Pendekar Sembilan Pedang
Suasana pagi hari Desa Matahari Terbenam sangatlah indah. Setiap pagi, burung-burung pasti berkicau dengan merdu dan riang gembira.
Pepohonan yang hijau menjulang tinggi ke atas langit. Embun pagi yang suci masih menetes jatuh membasahi tanah.
Di sebuah sekte kecil yang bernama Sekte Pedang Putih, di halaman belakang sekte tersebut, terlihat ada seorang pemuda berpakaian merah dengan usia sekitar empat belas tahun yang sedang berlatih ilmu pedang seorang diri.
Pemuda itu mempunyai tubuh tinggi langsing. Kedua alis matanya tebal dan membentuk golok. Bola matanya hitam bening. Hidungnya mancung dengan mulut yang sedikit kemerahan.
Pemuda yang dimaksud bernama Qiao Feng.
Qiao Feng adalah pemuda yang berasal dari tempat sekitar. Sejak berusia lima tahun, kedua orang tuanya telah mendaftarkan ia ke Sekte Pedang Putih.
Satu-satunya sekte yang terdapat di Desa Matahari Terbenam.
Alasan kenapa Qiao Feng didaftarkan sejak dini adalah karena kedua orang tuanya ingin dia menjadi pendekar yang sangat hebat. Di satu sisi lain, anak itu pun mempunyai cita-cita ingin menjadi pendekar nomor satu di negerinya.
Entah suatu kebetulan atau bukan, tapi Qiao Fen ini memang terhitung sebagai anak yang sangat cerdas dan berbakat dalam hal seni bela diri.
Bayangkan saja, di usianya yang sekarang baru empat belas tahun, dirinya sudah berada di tingkatan Pendekar Bumi tahap empat.
Itu adalah sebuah pencapaian yang sangat luar biasa. Apalagi bagi pemuda desa seperti dirinya.
Di Sekte Pedang Putih hanya terdapat sekitar dua puluh orang anak murid. Namun hal tersebut terbilang wajar, apalagi sekte itu hanya sekte kecil. Saking kecilnya, bahkan di sekte tersebut tidak ada yang namanya Wakil Ketua maupun para Tetua.
Yang ada hanya satu Ketua dan dibantu oleh dua orang anaknya.
Kembali ke halaman belakang, saat ini Qiao Feng baru saja menyelesaikan Jurus Pedang Besi. Itu adalah sebuah jurus yang diajarkan Ketua Sekte beberapa hari lalu.
Menurutnya, Jurus Pedang Besi merupakan jurus yang cukup hebat. Karena itulah Qiao Feng berniat untuk melatihnya sampai ke titik maksimal.
Dan hasil latihannya selama belakangan ini cukup memuaskan. Dia hampir saja menguasai jurus itu dengan sempurna.
Setelah merasa cukup, anak muda itu kemudian duduk bersila di atas rumput. Dia sedang mengumpulkan kembali tenaganya yang sudah terbuang.
Tidak lama setelah itu, terdengar suara lonceng yang dibunyikan sebanyak dua kali.
Qiao Feng segera bangkit berdiri. Itu adalah seruan dari Ketua Sekte supaya semua murid berkumpul di halaman untuk melakukan latihan pagi.
Dia kemudian berlari menuju ke halaman depan yang tidak seberapa luas. Tidak lama setelah dirinya tiba, anak murid yang lain pun segera berdatangan satu persatu.
"Selamat pagi murid-muridku semua," kata Ketua Sekte setelah semua murid berkumpul.
Ketua Sekte Pedang Putih itu bernama Hua Wei. Usianya sudah mencapai tujuh puluhan tahun. Walaupun sudah tua, tapi dia masih terlihat segar bugar.
Di sisi Ketua Hua Wei terdapat dua orang pria berusia empat puluhan tahun. Mereka adalah anak kembarnya yang diberi nama Hua Xu dan Hua Ming.
"Selamat pagi, Ketua," jawab semua murid secara serempak.
"Pagi ini kita akan meneruskan latihan yang kemarin,"
"Kami mengerti, Ketua,"
"Bagus. Ayo mulai,"
Para murid menganggukkan kepala. Mereka segera berlatih seperti pelajaran yang diberikan kemarin.
Hua Xu dan Hua Ming mulai memperhatikan dua puluh orang muridnya. Begitu juga dengan Hua Wei.
Mereka bertiga sesekali berjalan ke halaman sekte, apabila ada murid yang melakukan kesalahan ataupun tidak sempurna gerak latihannya, maka ayah dan anak itu akan segera membetulkannya.
"Bukan begitu, tapi begini," kata Hua Xu memberikan contoh kepada murid yang melakukan kesalahan.
"Nah, seperti itu. Lanjutkan,"
Latihan terus berlanjut. Dari dua puluh orang anak murid Sekte Pedang Putih, yang gerakannya sudah sempurna hanyalah Qiao Feng dan Lu Tianyin.
Lu Tianyin adalah pemuda sepantaran Qiao Feng. Malah sebelum Qiao Feng mendaftarkan diri jadi anak murid Sekte Pedang Putih, Lu Tianyin sudah lebih dulu ada di sana.
Maka dari itu, ia dianggap menjadi salah satu seniornya.
Selama ini, Lu Tianyin dikenal dengan sikapnya yang angkuh. Ia selalu meremehkan murid-murid yang lain. Malah kadang kala, dia sering mencari masalah dengan mereka.
Tetapi karena dia adalah murid senior, maka tentu saja tidak ada murid yang berani melawannya.
Kecuali Qiao Feng!
Ya, hanya Qiao Feng saja yang berani memberikan perlawanan.
Karena hal itu, Lu Tianyin tidak menyukainya. Ia bahkan ingin sekali Qiao Feng pergi dari Sekte Pedang Putih.
Sayangnya hal tersebut terlalu tidak mungkin. Apalagi Ketua Hua sangat menyukainya.
Tanpa terasa, siang hari sudah hampir tiba. Latihan pagi pun segera dihentikan.
Semua murid kemudian duduk bersila. Mereka mulai bermeditasi untuk mengumpulkan tenaga dalam yang sudah terbuang.
Beberapa saat kemudian, setelah semua murid selesai bermeditasi, terdengar Ketua Sekte bicara lagi.
"Pengumuman! Sore hari nanti kita akan melakukan pertandingan penentuan," katanya dengan tegas.
"Penentuan apa, Ketua?" tanya seorang murid yang berdiri di barisan belakang.
"Penentuan untuk murid yang akan dikirim ke kota,"
"Apakah murid itu akan disuruh bertugas?" tanya murid yang lain.
"Tentu saja bukan," Ketua Hua tertawa kecil saat mendengar pertanyaan murid tersebut. Setelah mengambil nafas, dia segera melanjutkan ucapannya.
"Jadi, murid yang nanti bisa lolos dari sini, akan segera dikirim ke kota dan dimasukkan kembali ke sekte yang lebih besar. Sekte itu merupakan cabang dari Sekte Pedang Putih. Kalau nanti ada pertandingan penentuan dan murid tersebut lulus lagi, maka dia akan langsung di kirim ke sekte pusat. Sekte tersebut bernama Sekte Pedang Utara,"
"Di sana, para murid akan dilatih dengan sungguh-sungguh supaya dia bisa menjadi pendekar ataupun pahlawan yang hebat. Bukan cuma itu saja, bahkan murid itu pun bisa menjadi seorang tabib yang terkenal,"
Ketua Hua menjelaskan dengan nada sungguh-sungguh. Semua murid yang mendengarnya langsung terlihat antusias. Tentu saja, mereka pun ingin menjadi pendekar yang hebat dan mempunyai nama besar.
"Wah, hebat sekali,"
"Aku sudah tidak sabar ingin segera melangsungkan pertandingan penentuan itu,"
"Aku juga. Aku ingin menjadi pendekar besar seperti Ketua,"
Suara perbincangan di antara para murid mulai terdengar tiada hentinya. Mereka mulai membayangkan dirinya menjadi pendekar atau pahlawan yang hebat serta dikenal oleh semua orang.
"Sudah, sudah. Sekarang kalian istirahat saja dulu. Siapkan tenaga untuk pertandingan nanti," ujar Ketua Hua menyuruh semua murid untuk beristirahat.
"Baik, Ketua," jawab para murid secara bersamaan.
Mereka kemudian langsung berjalan menuju ke ruangannya masing-masing. Kini di sana sudah tidak ada siapa-siapa lagi, kecuali hanya Ketua Hua Wei dan dua orang anaknya.
"Kakak Xu, menurutmu siapa yang akan terpilih nanti?" tanya Hua Ming kepada kakaknya.
"Tentu saja Qiao Feng dan Lu Tianyin," jawabnya dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
K4k3k 8¤d¤
💟🔔💟🔔💟🔔💟🔔💟
2023-08-14
1
K4k3k 8¤d¤
semangat semangat terus semangat thor lanjutin update sampai tamat ditunggu sama para reader yang setia menanti mu update kembali
2023-08-14
1
Sena Fiana
😃😃
2023-08-14
0