Tak semua perjodohan membawa kebahagiaan, hal ini terjadi pada Melisa Prameswari dan Dion Mahessa.
Keduanya menikah atas kesepakatan antara keluarga. Namun, setelah bertahun-tahun membina rumah tangga, tak ada kebahagiaan sama sekali.
Hingga satu hari, Dion dan Melisa pindah ke rumah baru dan saat itulah Melisa seolah menjadi sosok berbeda setelah bertemu dengan seorang pemuda bernama Arvino Sanjaya.
Puncaknya, saat Dion dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan perselingkuhan istri dan tetangga nya itu.
Bagaimanakah nasib pernikahan Dion dan Melisa? Apakah akan berakhir atau sebaliknya, ataukah Melisa malah memilih Arvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - SANG PEBINOR
Keesokan hari nya, seperti biasa nya Dion sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Dia sarapan dengan lahap, masakan Melisa memang enak dan pas di lidah nya, hanya saja penampilan nya yang kucel seringkali membuat nya emosi.
"Jangan lupa buat bungkus bubur kacang ijo nya, Mel."
"Yahh, maaf Mas. Aku lupa ngangetin semalam, pas aku cek tadi udah basi. Jadi nya, aku buang deh." Jawab Melisa lirih, seolah hal itu memang benar adanya. Padahal, Melisa menyembunyikan nya ke dalam lemari. Tentu nya dia tak rela berbagi makanan dengan selingkuhan suami nya.
"Ckk, ya sudahlah. Aku pergi dulu, jangan lupa belanja. Malam nanti, aku ingin makan cumi tepung asam manis." Ucap pria itu sedikit ketus.
"Uang nya, Mas?" Melisa menengadahkan tangan nya ke arah sang suami. Dion mengambil dompet dan mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah.
"Buat dua hari."
"Oke, Mas." Jawab Melisa, dia tersenyum sambil menerima uang pemberian suami nya.
"Giliran di kasih duit aja, senyum." Ucap Dion sambil mencubit pipi Melisa dengan gemas. Tunggu, ini pertama kali nya Dion melakukan hal semacam itu, apa ini mimpi?
"Mas pergi dulu."
"Iya Mas, hati-hati." Melisa pun menyaksikan suami nya pergi dari rumah dengan sepeda motor nya. Tanpa Melisa sadari, kalau hal itu membuat Arvin merasa cemburu. Pria itu sedang menggerutu di rumah nya karena kesal melihat wanita nya mengantarkan kepergian suami nya.
"Issshhh Mel, kenapa harus liatin dia sih? Harus nya kayak biasa nya, bikin kebakaran aja!" Gumam Arvin sambil menendang meja di ruang tengah.
"Awwwhhss, sialan! Kok sakit ya?" Arvin mengusap kaki nya yang terasa sakit setelah menendang meja yang tak bersalah itu untuk meluapkan ke kesalan nya. Padahal meja itu tak tau apa-apa, tapi menjadi pelampiasan amarah seorang Arvin.
Meja be like : Padahal, dari tadi aku diam lho.
Melisa keluar dari rumah untuk berbelanja sayur, namun yang mengherankan adalah Arvin tak keluar dari rumah nya pagi ini. Ada apa dengan pria itu? Padahal semalam, dia baik-baik saja kan. Bahkan dia sempat bercintaa dengan pria itu semalam.
"Tumben ya Arvin gak keluar rumah?" Celetuk Bu Ratmi, seolah dia juga mengerti akan jalan pikiran Melisa.
"Gak tau, mungkin sayuran nya masih ada."
"Tapi, dia juga gak lari pagi. Kira-kira kemana ya? Apa dia sakit?" Tanya Bu RT lagi, karena biasa nya Arvin selalu ikut nimbrung jika pagi-pagi. Tapi sekarang dia tak ada, tentu saja hal itu membuat ibu-ibu bertanya-tanya tentang keberadaan pemuda tampan itu.
"Iya, mungkin dia sakit."
Melisa hanya diam saja, sakit? Rasa nya tidak mungkin, karena pemuda itu begitu energik, semalam juga dia baik-baik saja bahkan bisa menghajar nya selama satu jam di dapur.
"Neng Meli, kenapa bengong?"
"Eehh, enggak kok Bu." Jawab Melisa dengan cepat, dia menyunggingkan senyuman nya agar mereka tak curiga.
Tak lama kemudian, tukang sayur datang. Melisa berpikir kalau Arvin memang benar sakit, dia pun memutuskan memasak sup ayam untuk Arvin. Sedangkan suami nya, dia akan memasakkan makanan sesuai keinginan nya tadi.
"Berapa semua nya, bang?"
"Enam puluh satu Neng, pas in aja deh enam puluh."
"Wahh, makasih bang." Jawab Melisa, dia pun mengeluarkan uang yang tadi di berikan oleh sang suami. Setelah menerima kembalian nya, dia pun langsung pulang untuk memasak.
Sesampai nya di rumah, sesuai rencana awal Melisa langsung memasak sup ayam untuk Arvin. Dia khawatir, kalau benar Arvin sedang sakit.
Setelah matang, Melisa memindahkan sebagian sup itu ke dalam mangkuk dan pergi ke rumah Arvin lewat pintu belakang, Melisa masuk dan rumah itu terasa sangat sepi.
"Sayang.." Panggil Melisa, dia meletakan sup buatan nya di atas meja makan, lalu menutup nya dengan tudung saji, khawatir saja kalau ada kucing nanti.
"Yang.." panggil nya lagi, namun hening tak ada jawaban apapun. Tentu saja hal itu membuat hati Melisa berdegup lebih kencang, dia takut kalau Arvin benar-benar sakit saat ini.
"Sayang.." Melisa membuka sedikit pintu, seketika itu kedua mata nya membulat sempurna saat melihat Arvin tengah tertelungkup di atas ranjang.
Melisa langsung masuk ke dalam kamar, lalu kembali menutup nya. Dia menepuk-nepuk pipi Arvin.
"Yang, bangun. Kamu kenapa?" Tanya Melisa, Arvin pun membuka kedua mata nya dengan malas. Dia menatap Melisa sekilas lalu memalingkan wajah nya, jelas sekali kalau pria itu tengah merajuk. Tapi apa yang membuat nya merajuk seperti ini? Itulah yang menjadi pertanyaan Melisa di dalam benak nya.
"Sayang, kamu marah? Kenapa, apa aku ada salah sama kamu? Kalau iya, aku minta maaf." Arvin masih bungkam, dia tak mau bicara sepatah kata pun pada Melisa, tentu saja membuat wanita itu sedikit kewalahan dengan tingkah sang pria yang menurut nya cukup kekanak-kanakan.
"Yang, bicara dong jangan diem aja. Kamu sakit? Sakit apa?"
"Iya, aku sakit. Sakit cemburu!" Jawab Arvin ketus.
"Penyakit macam apa itu, yang?"
"Ya penyakit cemburu!" Jawab Arvin, dia memalingkan wajah nya tak ingin menatap wajah Melisa.
Melisa tersenyum kecil, lalu meraih wajah Arvin agar mau menatap pada nya.
"Ayang cemburu?"
"Heem." Jawab Arvin manja, membuat Melisa terkekeh geli.
"Maaf ya? Aku gak tau kalau hal semacam itu bisa buat pacar ku ini cemburu."
"Jangan menunjukan nya lagi, aku gak rela."
"Iya sayang, enggak ya. Sekarang, udahan marah nya ya?" Ucap Melisa, dia mengusap lembut rahang tegas sang pria dengan jemari lentik nya, membuat Arvin memejamkan mata nya, menikmati sentuhan tangan wanita cantik itu.
Arvin menganggukan kepala nya pelan, lalu mendusel di ceruk leher Melisa, mengendus aroma memabukan dari tubuh Melisa, seperti biasa nya.
"Kamu sudah keramas, sayang?" Tanya Arvin dengan suara serak nya.
"Sudah, tadi pagi-pagi aku sudah mandi sambil keramas." Jawab Melisa, dia mengusap kepala Arvin yang tengah mencumbui leher nya.
"Kamu gak habis main sama suami kamu kan, yang?"
"Enggak tuh, tadi malem dia minta jatah nya, tapi aku bilang aku nya capek." Jelas Melisa.
"Pasti dia nanya habis ngapain, iya kan? Kamu jawab apa, yang?"
"Ya aku bilang capek aja habis beberes di rumah." Jawab Melisa sambil tersenyum.
"Baguslah, tapi dia tidak memaksa kamu kan yang?" Tanya Arvin lagi.
"Enggak kok, pas aku nolak dia langsung pasrah aja gitu, terus tidur."
"Hmmm, jadi ini kamu masih sakit?" Tanya Arvin sambil mengusap gundukan milik Melisa di bawah sana yang masih tertutup daster dan segitiga.
"Sedikit sih, tapi jangan lagi ya? Aku capek."
"Oke, kalo gitu nanti malem aja."
"Lho kok gitu?" Tanya Melisa.
"Jatah aku satu hari sekali, sayang. Harus nya tuh tiga kali sehari, kayak minum obat. Tapi berhubung milik kamu lubang nya masih kecil, jadi aku kurangi."
"Issshh, kok kamu jadi semesuum ini sih?" Tanya Melisa sambil menggeplak manja punggung Arvin.
"Mesuum itu tanda nya normal, sayang."
"Ya, normal sih normal tapi gak gini juga kali, yang."
"Terus, harus nya gimana yang?" Tanya Arvin sambil mendekatkan wajah nya.
"Aduhh, jangan gini dong sayang." Melisa berusaha menahan Arvin dengan kedua tangan nya, dia menahan dada bidang Arvin agar tak semakin mendekat pada nya.
"Kenapa, bukan nya kamu suka?"
"Iya, aku suka. Tapi sekarang.." ucapan Melisa terpotong saat perut nya berbunyi cukup keras. Dia belum makan pagi ini, tadi nya mau makan bersama Arvin, tapi pria itu malah menggoda nya
Krrukkk..
Blush, seketika wajah Melisa merona. Dia merasa malu karena perutnya berbunyi keras di depan Arvin.
'Aduh, malu kuadrat ini mah. Kenapa harus bunyi sekarang sih ini perut, kan jadi nya malu.'
"Kamu belum makan, sayang?" Tanya Arvin, Melisa menganggukan kepala nya perlahan.
"Kenapa telat makan hmm?"
"Tadi nya, aku mau makan sama kamu. Aku udah masakin sup ayam."
"Yaudah, ayo kita makan dulu sayang." Arvin menggandeng tangan wanita itu langsung ke dapur.
"Wangi banget sup nya, keliatan nya enak sekali, yang."
"Yuk makan dulu." Ajak Melisa, dia pun mengambil nasi di dalam penanak nasi dan kedua nya pun makan dengan lahap. Apalagi Arvin, tau saja Melisa nya kalau sup ayam adalah salah satu makanan kesukaan nya.
.......
🌻🌻🌻🌻🌻