Alena mengorbankan usia mudanya dengan menikahi Aviano. Dia menikah di usia yang terbilang masih sangat muda yaitu 18 tahun. Dirinya bahkan mengubur dalam-dalam impiannya untuk berkuliah dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga. Mengurus rumah dan 2 buah hatinya adalah pekerjaannya sehari-hari.
5 tahun pernikahan mereka, hal yang mengejutkan pun terkuak, Alviano suaminya ternyata diam-diam memiliki wanita lain. Dia telah mengkhianati kesetiaan, ketulusan bahkan semua pengorbanan yang telah di lakukan oleh istrinya selama ini.
Akankah Alena bertahan demi kedua buah hatinya, memaafkan dan memberi kesempatan kedua kepada suaminya itu? Atau, dia akan memilih mundur dan mengejar cita-citanya yang sempat dia kubur dalam-dalam?
"Perselingkuhan Suamiku"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu Daddy
Fazril masuk ke dalam kamarnya. Dia pun menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang berbaring terlentang menatap langit-langit kamar. Jujur, kegagalan adiknya dalam membina rumah tangga membuatnya berpikir 2 kali untuk memulai sebuah pernikahan.
Dia ingin lebih memantapkan hati, mencari wanita yang benar-benar mampu menggetarkan jiwanya, agar dia tidak tergoda oleh wanita lain lagi ketika dirinya telah menjadikan wanita itu seorang istri nantinya.
"Sebenarnya wanita seperti apa yang saya inginkan? Saya juga bingung. Saya ingin wanita yang spesial," gumamnya seketika memejamkan kedua matanya.
Tok! Tok! Tok!
"Abang, ini aku? Aku masuk ya?"
Ceklek!
Pintu di ketuk dan buka, suara Alena pun terdengar nyaring sebelum dia benar-benar masuk ke dalam kamar. Fazril sontak membuka kedua matanya. Dia pun menatap wajah sang adik bersama Lian yang saat dia gendong.
"Lian pengen tiduran di sini katanya," ujar Alena berjalan menghampiri.
"Wah, tumben banget keponakan Om yang ganteng ini pengen tidur sama Om. Sini, berbaring di samping Om," jawab Fazril ramah.
Lian mengerucutkan bibirnya. Wajahnya terlihat kuyu dan juga lesu. Balita yang sebentar lagi menginjak usia 4 tahun itu berbaring tepat di samping Fazril. Dia melingkarkan satu tangannya di perut Om yang sudah seperti ayahnya sendiri itu.
"Kamu kenapa sih? Ko cemberut kayak gini?" tanya Fazril mengusap rambut sang keponakan lembut dan penuh kasih sayang.
"Lian ngambek, katanya dia ingin ikut sama Daddy-nya," jawab Alena mewakili sang putra menjawab pertanyaan Fazril sang kakak.
"O ya? Kamu 'kan lagi tidak enak badan, sayang. Hmmm! Gini aja, besok 'kan hari minggu gimana kalau Om ajak kamu jalan-jalan ke mall. Kita nonton film di bioskop, main time zone, belanja mainan juga, mau?"
Lian seketika tersenyum lebar.
"Mau, Om. Mau ..." Jawabnya merasa senang.
"Ya sudah, sekarang kamu tidur sama Om di sini. Karena besok kita mau jalan-jalan, kamu harus banyak istirahat, jangan lupa di minum obatnya juga, oke?"
Lian menganggukkan kepalanya. Dia pun mengalihkan pandangan matanya menatap wajah sang ibu kemudian. Raut wajah Lian seketika berubah serius membuat Alena seketika merasa heran.
"Mom, kapan kita jalan-jalan bareng sama Daddy? Sudah lama sekali kita tidak melakukannya. Aku kangen kumpul berempat sama kalian," tanya Lian membuat Alena seketika merasa tercengang. Dia tidak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan putranya.
"Eu ... Anu, Mommy--" Alena tidak meneruskan ucapannya karena dia memang tidak tahu harus berkata apa.
"Sayang, bukankah besok kita memang akan melakukannya? Kita bakalan jalan berempat, Om, Mommy, Kaka Lani sama kamu," ujar Fazril mencoba untuk menghibur.
"Itu beda, Om. Gak ada Daddy-nya. Aku kangen Daddy," lemah Lian, wajahnya seketika terlihat murung.
Baik Alena maupun Fazril tidak mampu mengatakan apapun lagi kini. Tidak ada yang salah dengan apa yang saat ini dirasakan oleh anak ini. Dia hanya merindukan sosok sang ayah, Lian hanya rindu bagaimana rasanya berkumpul bersama kedua orang tuanya. Anak kecil ini hanya ingin keluarganya utuh kembali sepertu dulu, sayangnya hal itu sangat mustahil untuk terjadi.
"Sayang! Putranya Mommy. Nanti kapan-kapan kita lakukan apa yang kamu katakan tadi," lemah Alena duduk tepat di tepi ranjang.
"Beneran? Kita bisa kumpul bareng lagi? Bobo bareng lagi? Jalan-jalan bersama lagi?" tanya Lian, dengan begitu polosnya membuat Alena dan juga Fazril seketika merasa tercengang.
"Ti-tidak, sayang. Kita hanya akan jalan-jalan berempat saja. Maaf, karena Mommy tidak bisa melakukan apa yang kamu inginkan. Mommy benar-benar minta maaf," jawab Alena. Rasa bersalah itu tiba-tiba saja mendera hatinya.
Rasanya sakit sekali ketika dia tidak bisa memenuhi keinginan sang putra. Perasaanya pun kembali merasa terluka saat mengingat bahwa kedua putra-putrinya menjadi korban perceraian mereka, tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur dan waktu tidak dapat lagi di putar. Rumah tangganya yang sudah berakhir tidak mungkin kembali utuh seperti keinginan putra kesayangannya itu.
"Mom," lirih Lian membuyarkan lamunan panjang seorang Alena.
"Iya, sayang," jawab Alena mengusap kepala sang putra lembut dan penuh kasih sayang.
"Aku ingin pulang, bisakah kita menginap di rumah Daddy barang sehari saja."
Perasaan Alena seketika merasa terhenyak.
'Maafkan Mommy, Nak. maaf, Mommy tidak bisa memenuhi keinginan kamu. sekali lagi Mommy mohon maaf,' batin Alena seketika di landa rasa bersalah.
BERSAMBUNG
...****************...
mna ad orang tua yg rela anak x diselingkuhi ..
sdh tepat keputusan mm x alena.
untuk menempa ilmu buat msa depan
ak pun akan berbuat sma sesama .
orang tua
dri pd sakit hati berkepanjangan
klo berpisah bsa jd ad yg sanggup ..
mengobati luka mu..
yg bisa buat bahagia dan tenang..
banyak orang sukses ....
sarjana aj banyak nganggur ..
tergantung keberuntungan ..
contoh x ak bisa dibilang gk sekolah ..
bisa dibilang ak sekses dlm ekonomi..
keberuntungan berpihak pd ku...