Seorang polisi harus menikahi putri dari jendral yang menjadikannya ajudan. Dengan kejadian tak terduga dan tanpa ia ketahui siapa orang yang telah menjebak dirinya.
"Ini semua pasti kerjaan kamu 'kan? Kamu sengaja melakukan hal ini padaku!" Sentak Khanza saat menyadari dirinya telah tidur dengan ajudan yang diberikan oleh Papanya.
"Mbak, saya benar-benar tidak tahu. Saya tidak ingat apapun," jelas Yusuf, polisi yang ditunjuk sebagai ajudan untuk putri jenderal bintang dua itu.
Jangan ditanya bagaimana takutnya Pria itu saat menyadari, bahwa ia telah menodai anak dari jenderal bintang dua itu.
Siapakah Jendral bintang dua itu? Kalau sudah pernah mampir di karya aku yang berjudul, (Dokter tampan itu ayah anakku) pasti tahu dong😉 Yuk kepoin kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu
Niatku yang ingin menemui Papa dan Bunda jadi teralihkan oleh kemarahan Abang. Aku mengikuti mereka ke teras belakang. Terdengar olehku Abang juga marah-marah pada Kak Arumi.
"Kamu ini gimana sih? Ini panas banget tau nggak?"
"Maaf, maaf. Saya benar-benar tidak sengaja." Kak Arumi segera mengambil tissue yang ada di atas meja, dengan spontan dia mengelap pakaian Abang yang ketumpahan teh hangat.
Aku melihat Abang hanya diam terpana mengamati wajah wanita yang sedang fokus dihadapannya. Aku tidak tahu apakah Abang juga mempunyai perasaan terhadap Kak Arumi?
"Ehem..." Aku menghampiri mereka, sehingga keduanya terkejut dan segera menjarak.
"Dek, udah pulang kamu?" tanya Abang sembari memperbaiki jasnya yang sedikit berantakan.
Ya, Abang seorang pemimpin di perusahaan Papa, perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan karet. Dari kecil cita-cita kami memang berbeda. Abang sama sekali tidak tertarik untuk menjadi polisi seperti Papa, dia lebih memilih menjadi pengusaha, bahkan kuliah Abang mengambil jurusan ekonomi.
Di awal pertemuannya dengan Kak Rayola, akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan, namun sepertinya beberapa minggu belakangan hubungan mereka tampak bermasalah, terlihat dari Abang yang selalu uring-uringan karena Kak Rayola selalu sibuk di dunia model.
"Ada apa ini?" tanyaku pura-pura tidak tahu.
"Ah, ta-tadi saya kesandung jadi tehnya tumpah kena Mas Khenzi," ujar Kak Arumi merasa bersalah.
"Oh, namanya juga nggak sengaja Kak, udah biasa aja, iya kan Bang?" tanyaku agar mereka tidak terlalu kaku.
"Ha? I-iya." Abang menjawab singkat.
"Bang, Bunda dan Papa mana?"
"Nggak, tahu. Abang baru pulang."
"Oh, yaudah kalau begitu aku temui Papa dulu ya. Mari Kak." Aku pamit dari hadapan mereka, sepertinya mereka terlihat begitu canggung.
Kutinggalkan mereka, aku fokus dengan niat awal, yaitu menemui Papa untuk menanyakan dimana Mas Yusuf bertugas.
Aku beranjak keruang tamu tetapi mereka tidak ada disana. Berarti Papa dan Bunda ada di kamar utama lantai tiga. Aku segera masuk lift untuk menuju kamar utama orangtuaku.
Saat aku sampai di lobby kamar, bertepatan Papa dan Bunda keluar.
"Khanza! Tumben kamu naik, ada apa?" tanya Bunda penasaran. Memang aku jarang sangat jarang naik keruangan privasi orangtuaku.
"Ah, Bunda dan Papa mau kemana?" tanyaku karena melihat mereka sudah rapi.
"Bunda mau temani Papa ada acara Lemdikpol. Kamu ada perlu apa?" tanya Bunda masih penasaran dengan kedatanganku.
"Ah, Pa, aku mau tanya, Mas Yusuf tugas dimana?" tanyaku menghadap Papa yang sedari tadi diam disamping Bunda dan memperhatikan aku.
"Kenapa kamu tanya Papa? Seharian kamu pergi dengannya, tetapi kamu tidak tahu kemana dia bertugas."
"Aku sudah tanyain, tapi Mas Yusuf tidak memberi jawaban. Emang dia tugas di kota mana Pa?"
"Papa juga tidak tahu, Khanza, dia hanya pamit tugas keluar kota, dan Papa juga tidak kepikiran untuk tanyain kemana tugasnya," jelas Papa yang membuat aku sedikit heran.
"Masa sih Papa tidak tahu?" tanyaku kembali ingin memastikan.
"Iya, kan dia di Polres, sedangkan Papa di Polda, jadi Papa memang tidak tahu dia dapat perintah tugas dari atasannya kemana."
"Oh, yaudah deh, kalau begitu aku balik ke kamar dulu ya, Pa, Bun." Ternyata Papa memang tidak tahu kemana Mas Yusuf bertugas. Yasudahlah, nanti kalau dia mengabariku lebih baik aku coba tanya kembali.
"Khanza?"
"Ya Pa?"
"Jangan khawatir, dia pasti akan baik-baik saja. Do'akan kebaikan untuk dirinya dan juga keluarganya.Terutama untuk kakak madumu."
Do'a untuk Mbak Tiara? Apa maksud Papa?
"Maksud Papa?"
"Tidak ada maksud apa-apa. Walau bagaimanapun Tiara tetap bagian dari keluarga kita juga. Maka, jika berdo'a ikut sertakan dirinya agar selalu diberikan kesehatan."
"Hmm, baiklah, Papa jangan ragu, aku selalu mendo'akannya."
Papa hanya mengangguk, aku segera turun kelantai dua kembali ke kamarku. Masih sedikit kepikiran dengan ucapan Papa, tentang Do'a untuk Mbak Tiara. Ah, sudahlah. Mungkin Papa hanya ingin mengajarkan aku agar bisa menerima kehadiran Mbak Tiara sebagai kakak maduku.
Aku berdiri dan menuju kamar mandi, untuk mengambil wudhu, dan segera menunaikan ibadah wajib empat rakaat, Setelah selesai beribadah, aku merebahkan diri untuk mencari kedamaian dalam tidurku.
Sebelum tidur aku memeriksa ponsel, berharap ada pesan dari Mas Yusuf. Namun, tak ada pesan apapun, mungkin Mas Yusuf sedang sibuk berberes untuk keberangkatannya besok. Jadi yasudah, aku memutuskan untuk segera tidur.
***
Hari ini aku sudah resmi berhenti bertugas di RS, karena Dokter penggantiku sudah aktif dan aku sudah lebih tenang untuk meninggalkan RS yang beberapa bulan ini tempat aku mengawali karir. Tapi kini karirku harus terpending oleh keadaan yang kini sedang aku jalani.
Terasa sedih, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku harus ikhlas dan tegar. Aku duduk di balkon sembari menatap rumah-rumah gedung yang ada di sekitar kompleks.
Sudah satu bulan lebih Mas Yusuf bertugas diluar kota. Dia jarang sekali mengabariku. Dan setiap kali aku menanyakan kapan dia pulang, tetapi Jawabannya selalu tak ada kepastian. Aku hanya bisa pasrah dan berlapang dada menerima semuanya. Tentu bukan aku saja yang merindukan dia, sudah pasti Mbak Tiara dan juga bayinya sangat merindukan Mas Yusuf.
Sore ini aku ada jadwal periksa kandungan, karena aku ada keluhan yang membuatku tidak nyaman. Aku selalu merasakan pusing. Sebagai seorang dokter kandungan, sebenarnya aku sudah bisa menebak apa penyebab keluhan yang sedang aku rasakan saat ini. Tetapi aku ingin melakukan USG, aku ingin melihat perkembangan bayiku untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja.
Rasanya cukup bosan bila selalu dirumah. Tapi harus bagaimana lagi, dengan kondisiku yang seperti ini membuat aku tak bisa bergerak kemana-mana. Bahkan aku harus menutupi kehamilanku dari orang-orang yang aku temui. Kecuali Art yang sudah Papa dan Bunda percayai bahwa mereka bisa menyimpan rahasia ini.
Sore ini aku ke RS ditemani oleh Bunda. Tentu saja aku dan Bunda harus menggunakan masker untuk menutupi wajah kami agar tak ada orang yang tahu.
Setibanya di RS aku dan Bunda duduk di barisan ibu-ibu hamil yang lainnya. Ini bukan RS tempat aku praktek. Kata Bunda ini adalah RS temannya Om Yandra, dan di RS ini juga tempat Papa ditangani oleh dokter ahli saat Papa mengalami penyakit ganas, yaitu kangker otak. Bersyukur sekarang Papa sudah sembuh dari penyakit mematikan itu.
Saat aku sedang duduk menunggu panggilan. Seketika netraku menangkap sosok Pria yang sangat aku rindukan. Pria itu berjalan begitu terburu-buru. Tanpa pikir panjang aku segera berdiri dan mengikutinya.
"Mas Yusuf!" Panggilku sedikit berteriak.
Bersambung....
Happy reading 🥰