“Leeeettts Partyyyyyy…” Teriak Ara dengan semangat.
Di Villa tempat Ara tinggal, kini telah berkumpul banyak orang yang tidak lain adalah teman – teman Ara. Dia mengajak teman – temannya untuk berpesta. Ini bukan yang pertama kali Ara mengajak berpesta teman – temannya di rumah, bahkan bisa dikatakan sudah terlalu sering. Tetapi hari ini adalah puncaknya, karena Ara dengan berani hampir menghabiskan seluruh uang pemberian deddynya untuk membeli barang.
.
Arabella Swan adalah anak pertama dari Antony Swan. Dia mempunyai seorang adik yang bernama Rosalia Swan.
Saat ini Ara duduk di bangku kelas 12 sekolah menengah atas di sebuah sekolah Internasional yang ada di negara Itali.
**
Lima orang lelaki yang memiliki good looking, good money dan good power dengan satu orang sebagai leadernya yang terkenal dengan julukannya ‘Devil Hand atau Ace’.
Mereka berlima adalah Max atau yang sering mereka sebut dengan ‘Devil Hand atau Ace’ sang leader, Alexi asisten Max, Leonid sang hacker, Kevin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca 15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 11
“Silahkan dinikmati tuan, nona…mohon maaf, apakah nona tidak enak badan lagi?” tanya kepala pelayan saat akan mempersilahkan kepada Vinent dan Ara. Karena tanpa sengaja ia melihat wajah Ara yang merah persis seperti tadi malam saat Ara demam.
“A… ah… oh.. tidak!... hanya gerah saja…” Ara menjawab dengan malu pada kepala pelayan.
“baiklah nona.. kalau begitu saya permisi” ucap kepala pelayan dengan sopan.
Ara yang masih menahan malu, kemudian menutup sebelah wajahnya dengan tangan kiri. Ia sama sekali tidak mau menatap kepada Max.
***
Ara pun kemudian makan dalam diam tanpa menatap ke arah Max. Ia tidak perduli mau seperti apa penilaian Max tentang caranya makan. Ara sudah kepalang malu dengan kejadian tadi.
Tanpa Ara ketahui sedari tadi Max selalu memperhatikan Ara dari ujung matanya. Semua gerak gerik Ara tak pernah sedikitpun lolos dari pandangan Max.
“Tidak usah terburu – buru, kau boleh menghabiskan semuanya!” Goda Max pada Ara sambil mendekatkan beberapa piring ke depan piring Ara.
“Aku tidak serakus itu!” sahut Ara jengkel.
“Memang siapa yang mengataimu rakus?” ledek Max.
Ara langsung menghembuskan nafas kasarnya begitu mendengar balasan dari Max.
“Aku sudah selesai antar aku pulang!” Ia tidak ingin terlalu lama berada di rumah itu.
“Kau datang ke hutan ku tanpa aku jemput, Maka dari itu, jika kau ingin pulang… pulang saja sendiri!” … “Dan harusnya kau bersyukur karena ada aku yang menyelamatkan mu!” ucap Max dalam mode tidak perduli dan sombongnya.
“Oke, kalau begitu sekalian hitung semua fasilitas yang sudah aku gunakan selama di rumah anda ini tuan Max, karena saya juga tidak suka berhutang budi!” jawab Ara tak kalah acuh.
“Baiklah jika itu yang kau mau!” sahut Max dan langsung menghubungi Alexi.
Tuut!
Tuut!
“Buatkah kalkulasi pengeluaran yang digunakan gadis ini selama ia menginap di Villa ku!” begitulah perintah yang Max berikan.
“Kau serius Max?” Alexi memastikan omongan sahabat sekaligus bossnya itu.
“Iya” jawab singkat dari sekarang.
“Kirimkan saja tagihannya ke Asrama Ace World, karena saat ini aku tidak membawa uang!” setelah berucap kalimat tersebut, Ara lantas berdiri. Namun belum sampai Ara melangkah, Alexi sudah datang ke kamar Max membawa selembar kertas.
“Ini yang anda minta tuan” ucap Alexi dengan gaya professional. Dan tanpa menunggu Max meminta, Alexi langsung meninggalkan kamar Max setelah menyerahkan apa yang diminta oleh bos nya itu.
“Tak perlu menunggu, ini tagihan mu…kau bisa membawanya sekarang! Dan pintu ada di depan sana!” ucap Max dengan nada santai sambil menunjuk ke arah pintu kamar.
Ara yang sudah dipermalukan dengan ucapan Max, lantas merebut kertas ditangan Max dan langsung keluar dari kamar tersebut. Namun saat sampai di depan pintu, Ara berbalik badan dan mengucapkan kata terimakasih pada Max. Meskipun marah, ia tidak mau di cap sebagai orang yang tidak tahu terimakasih.
Berbekal emosi Ara keluar dari Villa Max. Tetapi saat ia sudah di pintu luar Villa Max, ia baru teringat jika ia tidak mungkin kembali ke asrama melalui gerbang depan. Kemudian Ara pun masuk kembali ke dalam Villa Max. Ia mencari seseorang yang bisa menunjukkan jalan menuju hutan.
Dan beruntunglah Ara bertemu dengan kepala pelayan.
“Permisi paman, bisakah paman menunjukkan jalan menuju hutan!” tanya Ara dengn sopan kepada kepala pelayan yang tadi menyiapkan makanan untuknya.
“Mari saya tunjukkan nona!” jawab kepala pelayan.
Ara pun mengikuti kemana kepala pelayan tersebut menuntunnya. Dan ternyata jalan menuju hutan adalah melalui halaman belakang Villa ini.
“Lewat sini nona.” Ucap kepala pelayan
“Terimakasih paman”
Ara pun langsung memasuki hutan tersebut dan tanpa bertanya apakah kemarin waktu Max menyelamatkannya juga melalui jalur belakang Villa ini.
“Ah, gara – gara laki – laki menyebalkan itu…..”
“Dasar laki – laki tidak berperasaan, untung ini masih sore jadi aku bisa melihat sekitar.” Ara berbicara sendiri.
“Aku kira di pria baik – baik, ternyata sama saja! Hanya Richard rasa ku yang baik.. ngomong – ngomong, Richard saat ini sedang apa ya?” Ara terus mengomel sambil berjalan mengikuti arah Matahari.
Cukup lama sudah Ara berjalan di dalam hutan. Dia tahu bisa saja ia tersesat karena tidak tahu ada di bagian mana hutan letak Asramanya. Saat ini fokus Ara adalah danau. Jika ia bisa menemukan danau itu, maka ia bisa kembali menuju asrama.
Krasak
Krasak
Ara menoleh kesekeliling tempatnya berdiri.
Kresek
Jantung Ara berdegup tidak beraturan. Bagaimana tidak, ternyata suara tersebut adalah suara seekor Leopard yang berjalan menuju ke arahnya.
Ara panik. (Jika aku lari, dia berlari jauh lebih cepat dariku. Tapi jika aku hanya diam, sama saja aku mengantarkan nyawaku sendiri.)
Setelah menimbang keputusannya, akhirnya Ara pun berlari. Dan sesuai dugaan, Leopard tersebut ikut berlari dan mengejarnya.
Bruk
“Aaaaaaaaa….” Ara berteriak karena terjatuh karena terkena akar pohon dan punggungnya mendapatkan sebuah carakan dari Leopard tersebut.
Ia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.
Tubuh Ara bergetar menahan sakit dan takut karena saat ini leopard itu berada di atas punggungnya. Ara memegang erat kalungnya dengan Mata terpejam.
Gggggrrrrr
Suara geraman binatang itu dekat sekali dengan telinga Ara. (tolong aku, siapapun itu!) ucap Ara dalam hati. Kali ini Ara sungguh – sungguh pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Bruk!
Gggrrrrrr
Aaaauuuuuuu
Setelah terdengar seperti suara benda jatuh dan juga suara binatang berbeda, Ara merasakan punggungnya lebih ringan. Kemudian dengan perlahan Ara membalikkan badannya. Ternyata dia ditengah di tolong seekor serigala.
Serigala tersebut memblok Ara agar tidak diserang oleh Leopard tersebut. (Kenapa dua binatang ini tidak saling serang dan hanya saling melihat! Apa mereka berteman? Hah.. kenapa aku jadi halu gini!) ucap Ara dalam hati setelah melihat interaksi antara dua binatang tersebut yang tidak saling serang.
Untuk sementara Ara bisa bernafas karena ada yang menolongnya. Tetapi Ara juga was – was, takutnya nanti malah gantian dia menjadi buruan serigara tersebut.
Perlahan Ara mundur dan menjauh dari dua binatang tersebut. Secara dim – diam Ara bersembunyi dibalik pohon besar. Dengan harapan binatang tersebut tidak akan menemukannya.
Ggggggrrrrrr….
Aaauuuuuuuuu…
Ara menutup telinganya sambil memejamkan Mata. Dan saat Ara tengah memejamkan Mata, ia merasakan ada sebuah tangan yang memegang kedua bahunya. Sontak Ara langsung berteriak “Aaaaaaaaaaaaaaaa…”
“Hey, buka makamu! Ini aku!” Terdengar suara yang tidak asing, akhirnya Ara membuka Matanya.
Merasa mendapatkan dewa penolong, Ara langsung menangis dalam pelukan Max.
“Huuaaaaa… Kenapa kau lama.. Aku takut mati… huaaaaa” setelah menangis dan meluapkan rasa takutnya, tubuh Ara langsung lemas.
Dengan sigap, Max menangkap tubuh Ara. Namun saat tangan Max tepat memegang punggung Ara, tangannya terasa basah.
(darah!) ucap Max dalam hati saat melihat tangannya berlumuran darah.
Max pun lantas melihat punggung Ara. Ternyata di punggungnya ada luka bekas cakaran binatang yang terhitung masih baru. Dan jika Max tidak salah tebak, luka itu pasti di berikan oleh Blake. Mengingat posisi Blake yang menghadap ke arah Ara dan Desmond.
Max lantas membawa Ara kembali lagi ke Villa uttuk segera mendapatkan perawatan.
semangat author dalam berkarya 💪