Cinta Yang Salah

"Kenapa sayang? Kamu takut ketahuan athar ya, tenang aja athar belum dateng kok, mending kita main cepet ya" feri tangan feri meraih tangan melati dan langsung di tepis oleh melati, melati mengusap bibirnya yang basah karena bekas cium*n feri barusan.

melati segera berlari menuju pintu, membuka handle pintu tapi ternyata tidak bisa, pintu nya sudah di kunci oleh feri dan kuncinya mungkin di sembunyikan.

"Gila kamu mas, cepet bukain, tolong.... Tolong....." melati berteriak seraya menggedor pintu kamar berharap ada yang mendengar teriakannya. feri yang melihat melati berteriak segera menghampiri melati, melati pun langsung menjauh dari feri.

"Sayang.... udahlah nggak usah teriak-teriak gitu, mending kamu nurut aja, cuma bentar kok, nanti kamu juga bakal ngerasain enak" ujar feri yang terus berjalan mengejar melati yang berjalan mundur.

"Mas, aku mohon jangan gini, kamu sahabatnya mas athar, tolong pergi dari sini aku mohon" melati sudah menangis ia tidak ingin masuk ke jurang yang sama, dulu athar yang memaksanya melecehkannya dan membuatnya terjebak, menjadikan melati menghianati suaminya, malah sekarang sahabat athar yang ingin melecehkannya lagi, itu pasti akan menambah masalah yang semakin rumit, meskipun athar tidak mengetahui. Ini tidak boleh terjadi, melati harus lebih berani.

"mas jangan gini, aku mohon!!" Ujar melati seraya melangkah mundur sambil menangis.

"Nggak perlu nangis melati, aku bahkan lebih bisa ngasih kenikmatan buat kamu berkali-kali lipat daripada athar" kata feri melati semakin menangis, ia merasa terhina dengan ucapan feri, sekurang belaian itukah dirinya hingga feri hanya memikirkan nafsu melati saja.

" Mas athar... Tolong... Mas arif ... Maafin aku..." Batin melati, matanya tidak berhenti mengeluarkan air mata, melihat melati yang lengah feri segera berlari menghampiri melati dan segera ia peluk untuk mengunci tubuh melati. melati meronta-ronta minta di lepaskan.

"Sayang,. Kamu tenang aja, ini rahasia kita berdua, toh athar kan cuma selingkuhan kamu, athar dan suami kamu nggak bakal tau" bisik feri di telinga melati.

"Mas jangan gini, aku nggak mau mas, lepasin aku" ujar melati dengan terus meronta-ronta. athar mendorong tubuh melati sampai di satu pintu kaca menuju balkon yang tertutup, karena yang satu terbuka, tubuh melati di rapatkan di pintu tersebut, feri menggunakan kedua tangan serta kaki nya untuk mengunci tubuh melati, setelah aman feri mulai menjalankan aksinya, tidak peduli meskipun melati meronta ingin di lepaskan.

Cup

feri mulai dari menci*m bibir melati lembut, tapi justru melati yang terus bergerak tidak mau membuat ciumannya susah untuk dinikmati, tapi feri tidak memperdulikan itu, ciuman feri turun ke leher melati, tangannya mulai ia masukkan ke sela bathrobe yang melati pakai. feri sangat menikmati sampai-sampai ia melupakan kaki nya yang mengunci kaki melati.

melati yang merasa seperti bisa menggerakkan kaki kanannya pun segera menendang ************ feri, hampir mengenai junior nya. Tangan feri yang refleks pun langsung melepaskan tangan melati, melati segera pergi keluar salah satu pintu balkon yang terbuka.

"melati.. mau kemana kamu..." feri ikut mengejar melati menuju balkon.

"Ha ha ha, kamu nggak bisa lari sayang, nggak bakalan ada yang bantuin juga lagian" ujar feri tertawa menghampiri melati yang bingung mencari dan memikirkan jalan keluar. Apalagi tadi sebelum masuk kamar melati feri sudah mengunci kamar pembantu yang kebetulan tadi sedang tidur siang karena memang waktunya istirahat.

"Mas feri, tolong lepasin aku" ujar melati memelas sambil mengeluarkan air matanya.

" Hari ini kamu punyaku melati, aku akan buat kamu jadi wanita paling beruntung karena bisa tidur bareng aku" ujar feri membanggakan dirinya.

"Nggak mas, melati nggak mau" sentak melati berharap para asisten rumah tangga dapat mendengar karena memang posisi melati sekarang di luar ruangan.

"Tolongggg... Tolongggg.... " Teriak melati

melati melihat sekitar, haruskah ia melompat kebawah? Tapi sepertinya mustahil.

melati melihat ke ujung kanan, di bawah balkon ujung kanan tepat berada di atas kolam renang, melati menimang-nimang terlebih dahulu.

"Ayolah sayang" feri semakin mendekat.

Mumpung belum sampai menangkapnya melati segera berlari menuju balkon samping kanan, melati naik ke pagar pembatas dengan susah payah dan jantung berdetak kencang karena takut serta merinding berada di ketinggian seperti ini.

"melati kamu mau apa" teriak feri karena takut melati nekat dan membahayan dirinya sendiri.

"Jangan deket-deket feri brengsek..." Teriak melati memperingati feri agar menjauh darinya.

"Jangan nekat ya kamu, aku minta baik-baik loh" feri ingin mencegah melati yang sudah berhasil keluar dari pagar pembatas.

"Aku bisa lebih nekat dari ini mas kalau kamu berani macem-macem" kesabaran melati sepertinya habis, nafasnya tersengal menahan emosi dalam hatinya.

"Kalau aku mau kamu bisa aku perkosa dari tadi, ini aku udah minta nya pelan-pelan biar kamu juga menikmati malah kamu nggak mau, kalau mau jadi perempuan murahan ya sekalian lah, jangan nanggung cuma mau sama athar". Kesal feri.

melati yang sudah tidak tau lagi dan sangat kesal terpaksa memilih jalan ini, entah dia akan selamat masuk kolam atau mati jatuh ke lantai ia sudah tidak peduli, berbekal pengalaman nya waktu kecil suka mandi di sungai dan suka melompat dari atas pohon ke dalam sungai ia pun melompat dari atas. Dan tanpa pikir panjang lagi

Byurrrrr...

Tubuh melati berhasil masuk ke kolam membuat feri kaget.

"melati !!!!!!" teriak feri tadi ia fikir melati akan menyerahkan dirinya dan tunduk di bawah feri tapi ternyata ia salah ternyata melati se nekat itu, segera feri keluar dari kamar dan menuju lantai bawah ke kolam.

Kebetulan ada pak Samsul yang baru selesai membukakan pintu kamar para pembantu di villa ini yang tadi ia kunci, dua asisten rumah tangga yang tadi pintu kamarnya di kunci oleh feri. Mereka bertiga berjalan beriringan dari kamar belakang dan mendengar teriakan minta tolong terakhir melati, saat hendak menuju sumber suara mereka di kejutkan oleh suara terjatuhnya seseorang ke kolam renang.

"Non melati" teriak pak Samsul, bik Narti dan mbak Tami. Segera mereka bertiga menuju kolam, pak Samsul segera turun menyelamatkan melati, menggendongnya ke atas untuk memastikan melati baik-baik saja.

Kolam itu ternyata lumayan dalam bagi dia, membuat melati agak sulit Untuk mendapatkan nafas, pak Samsul membopong tubuhnya hingga naik ke atas kolam, setelah sampai di atas nafas melati tersenggal-senggal baru terasa sakit di keningnya yang berdarah karena terkena sedikit pinggiran lantai kolam yang sedikit tajam.

"melati kamu nggak apa-apa?" feri baru datang, melati yang sudah lemas melihat darah mengucur di kepalanya tidak bisa mempertahankan matanya, melati pun pingsan.

"Nonn... Bangun non, den feri mending kita bawa ke rumah sakit" ujar mbak Tami karena dilihat kepala melati semakin banyak mengeluarkan darah, feri mengangguk.