Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.
Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.
Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#6
Dengan duduk bersila dan tangan menyilang di dada, Sora terus menatap pria yang masih terbaring di tanah itu. Ia memperhatikan setiap detail dari pria itu, terutama pakaian yang dikenakannya.
Jubah besar yang didominasi warna hitam, dan balutan pakaian di dalamnya terlihat berlapis seperti kimono, berwarna putih polos namun terkesan sangat mewah.
“Tapi kalo dilihat-lihat…” Sora memiringkan kepalanya menatap wajah pria itu, ‘ganteng juga’ sambung Sora dalam hatinya.
Merasa pria itu telah terlalu lama berbaring tak sadarkan diri, Sora mendekatkan telapak tangannya di dekat hidung mancung pria itu. Kali ini, Ia bahkan bisa menyentuh hidung pria itu. Tidak ada lagi pelindung ajaib seperti ketika pria itu masih sadar.
“Tapi masih nafas.” Kata Sora setelah beberapa detik bertahan dalam posisi itu
Kemudian Ia kembali menyilangkan tangannya.
‘Lu yang ngelametin gua bukan, sih? Apa makhluk itu yang nyelametin gua?’ pertanyaan itu muncul dalam benak Sora. Sora menatap pria itu kemudian menatap burung raksasa bergantian.
“Bin…” gumam pria itu.
Sora dibuat penasaran dengan ucapan lirih pria itu. Sora semakin tak mau melepaskan pandangannya dan terus menatap pria itu.
“Bintang…” pria itu akhirnya membuka kedua matanya .
Dan hal yang pertama Ia lihat adalah tatapan Sora yang penuh pertanyaan.
Pria itu tampak akan bangkit namun urung karena Ia terlihat meringis sambil memegangi kepalanya.
“Sakit? Pusing?” tanya Sora segera sambil membantu pria itu duduk.
“Iya…” Pria itu memegangi kepalanya seraya menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon.
Setelah pria itu menyandarkan tubuhnya pada sebuah pohon, Sora kembali pada posisi awalnya; duduk menyilangkan kaki dan bersidekap.
“Ck. Padahal gua penasaran banget sama makhluk itu. Gua kira-“
“Makhluk apa?” pria itu menyela ucapan Sora.
“Burung gede itu, tuh.” Sora menunjuk burung besar yang saat itu telah terlelap.
“Lu bisa liat dia?” Pria itu keheranan.
“Burung segede gitu emang lu gak liat?” Sora balik bertanya sambil memasang wajah keheranan.
Kali ini, justru pria itu yang terlihat kebingungan.
“Woi. Jangan ngelamun lu. Entar kesambet. Oiya, gua Sora-” ucap Sora sambil mengulurkan tangannya.
“Rayn. Panggil aja gua Rayn” Rayn tak membalas uluran tangan Sora. Ia masih memegangi kepalanya yang masih sedikit berputar.
‘Sombong amat,’ gadis itu menggerutu dalam hatinya. Ia juga menarik kembali uluran tangannya.
‘Manusia biasa gak mungkin bisa liat Bintang… Sebenernya dia siapa? Bintang juga gak biasanya peduli bahkan sampe maksa nolongin manusia’ Rayn larut dalam pikirannya.
Bagi Sora, saat ini Rayn terlihat seperti orang linglung.
“Ngomong-ngomong, tahu jalan ke pos terdekat dari sini gak? Anterin gua dong.” Kata Sora sedikit ketus. Jauh didalam hatinya, Ia begitu enggan meminta bantuan pada sosok pria asing itu.
Entah apa yang dilakukan Rayn, pria itu hanya terlihat membuka telapak tangannya sambil kembali memejamkan matanya. Sesuatu yang aneh jika dilihat dari sudut pandang Sora.
Namun, tiba-tiba saja muncul segerombolan kunang-kunang dari dalam gelapnya hutan. Gerombolan serangga bercahaya itu kini terbang di atas Sora dan Rayn.
“Ikutin mereka aja.” Ucap Rayn singkat.
“M-maksud lu?” Sora tercengang mendengar ucapan Rayn. Ia sebenarnya memahami ucapan singkat Rayn itu. Tapi yang benar saja? Apa Ia benar-benar bisa mengandalkan kunang-kunang itu?
“Ya tinggal jalan, ikutin mereka-“
“Gak mau lah. Nanti ada hantu.” Sora memotong ucapan Rayn.
Tiba-tiba saja pandangan Sora bertemu dengan iris biru terang Rayn.
“Ishh…” Sora mendengus sebal. Ia terkejut karena Rayn yang berada tepat di hadapannya malah sekilas terlihat seperti hantu.
Saat itu, Sora merasa bahwa apa yang berada di sekelilingnya benar-benar tak masuk akal. Seorang pria dengan jubah dan rambut putih panjang yang kini tiba-tiba menjadi hitam pendek, seekor burung raksasa, gerombolan kunang-kunang, dan bahkan luka-luka di tubuhnya yang mendadak sembuh.
Setelah menimbang-nimbang, Sora memilih untuk merebahkan kembali tubuhnya di tanah.
“Mudah-mudahan gua cuma mimpi,” Sora menutup kedua matanya, kemudian Ia kembali membuka matanya. Dilihatnya lagi Rayn masih berada di sana, burung besar, dan kunang-kunang, semua masih sama.
“Rayn. Lu kesasar juga? Terdampar ke dunia manusia?” Tanya Sora tanpa menatap Rayn. Gadis itu masih terlentang menatap gerombolan kunang-kunang yang terbang di atas mereka berdua.
Lengan kanannya merogoh kantong celananya yang untungnya saat itu masih berisi ponselnya dan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu. Dilihatnya pada layar ponselnya waktu menunjukkan angka 03:03. Benda pipih itu kemudian Ia masukkan kembali pada kantong celananya.
“Gak. Lagi pengen balik aja.” Balas Rayn singkat.
“Lu tinggal di sini?” Sora baru melirik Rayn penasaran.
“Em,” balas Rayn yang berarti ucapan Sora benar.
“Setau gua tarzan gak begitu.” Timpal Sora sambil mengingat sosok tarzan yang selama ini diketahuinya hanya memakai secarik kain dan hobi bergelantungan dari pohon ke pohon..
“Tarzan?” Rayn keheranan.
“Iya. Tarzan… Cowok yang tinggalnya di hutan itu. Lu sejenis tarzan, Rayn?” Sora kemudian terkekeh.
“Apa sih, manusia aneh,” cibir Rayn, “terus sekarang masih tiduran di situ? Gak mau balik?”
“Nanggung lah, nunggu pagi.” Sora memejamkan matanya.
Dalam hatinya Ia berharap dirinya akan terlelap dan akan bangun dalam keadaan seperti semula.
#
Cahaya matahari telah menyelinap diantara tingginya pepohonan. Suara kicau burung juga mulai menyapa indra pendengaran Sora. Dengan kedua mata yang masih terpejam, Sora bisa merasakan sesuatu seperti benda berbulu cukup tebal tengah bergerak di sekitar kakinya.
“Huwaa… !” Sora terperanjat dan segera bangkit dari tidurnya.
Seekor kucing yang tadi berbaring diatas betis Sora yang semalam terluka juga melayang di udara karena kelakuan gadis itu.
“Adududuh… Kasian banget sih kamu…” Sora memungut hewan berkaki empat dengan bulu yang sangat putih itu.
Ketika Sora hendak mengelus kepala kucing itu, Ia kembali terkejut ketika melihat iris matanya yang berwarna biru terang.
“Heh!” Sora tak sengaja mengeratkan genggamannya pada leher kucing itu sehingga kucing itu berontak dan melompat dari pangkuan Sora.
Kucing itu mengeong dengan keras lalu mengibas-ngibaskan ekornya. Kemudian, kucing itu merangkak dari tempatnya dan mengabaikan Sora yang kelimpungan sendirian.
Untuk sesaat Sora seperti melihat sosok pria itu dari kucing putih yang baru saja meloncat dari genggamannya.
“Eh, eh. Rayn! Tunggu tunggu…” Sora segera mengikuti kucing itu sebelum makhluk itu menghilang dari pandangannya.
Entah makhluk berbulu itu adalah wujud lain dari pria asing semalam atau bukan, namun rasanya tak buruk memanggilnya ‘Rayn’, bukan?
Langkah kecil makhluk berbulu putih itu diikuti Sora yang masih kebingungan dengan apa yang terekam dalam ingatannya. Gadis itu kemudian melangkah meninggalkan banyak pertanyaan yang mungkin tak akan pernah mendapatkan jawaban di sana.