Banyak Typo 🙏🏻 Sedang Proses Revisi. Terima kasih ❤️
"Maafkan aku Mas, jika selama ini aku membuatmu tersiksa dengan pernikahan ini. Selama 2 tahun aku berusaha menjadi istri yang sempurna untukmu, melakukan apa yang aku bisa agar membuatmu bahagia. Tapi ternyata, itu semua sia-sia dan tidak bisa membuatmu mencintaiku, aku menyerah Mas! menyerah untuk segalanya, berbahagialah dengan wanita yang kau cintai. Aku akan pergi dari kehidupanmu, dan semoga takdir tidak akan pernah mempertemukan kita kembali, dengan alasan apapun."
Itulah yang di katakan Rana pada lelaki yang menikahinya 2 tahun silam.
Hatinya hancur, setelah mengetahui jika Seno tidak pernah mencintainya dan menjalani pernikahan dengan penuh tekanan. Hingga akhirnya Mereka memutuskan untuk berpisah.
Setelah 4 tahun berpisah, Takdir kembali mempertemukan mereka.
Banyak cerita dan tragedi yang mengiringi pertemuan mereka kali ini.
🍁🍁🍁
Mohon dukunganny
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecemasan Rana
Selamat! Membaca 🤗
🍁🍁🍁🍁
Sesampainya di tenda, Rana segera mengambil Ponselnya, dan melakukan panggilan kepada Sarah.
Sarah dan Kartika yang tengah dilanda kecemasan dan kekhawatiran luar biasa di sana, merasa bahagia ketika adik satu-satunya itu menghubungi.
("Rana, kau baik-baik saja di sana kan? Kakak dan ibu serta Ayah sangat mengkhawatirkanmu. Beberapa berita mengatakan jika tempat tersebut semakin berbahaya, kau baik-baik saja kan?)
"Kakak jangan khawatir, dan katakan kepada Ibu, aku baik-baik saja di sini, tidak terjadi apapun."
(Syukurlah Kakak senang mendengarnya. Lalu kapan kau akan kembali? Ibu sangat mencemaskan mu, setiap malam ia menangis memikirkan mu, mintalah kepada mereka untuk memulangkan mu sesegera mungkin")
"Aku masih beberapa hari ke depan di sini Kak, dan aku tidak bisa pulang sendiri jika tidak bersama yang lainnya. Tolong katakan kepada ibu untuk tidak mengkhawatirkan ku aku bisa jaga diri dan akan baik-baik saja."
("Apa kau selalu bersama dengan dokter Vir? Mungkin ibu akan merasa lega dan tenang jika tahu kau tidak jauh dari dokter Vir?")
"Iya aku selalu bersama dengan, dokter Vir."
Setelah melakukan percakapan panjang lebar dengan Sarah dan ibunya, Rana pun mulai menanyakan apa yang menjadi tujuan yang menghubungi Sarah selain mengabari jika dirinya baik-baik saja.
"Kak, aku ingin bertanya satu hal kepadamu, dan aku minta Kak Sarah menjawabnya dengan jujur tanpa harus ada yang ditutup-tutupi?"
("Ada apa? Apa ada sesuatu, katakanlah?")
"4 tahun yang lalu, di saat Kakak mengabari ku. Jika perceraianku dengan Mas berjalan dengan lancar, apakah itu benar?"
Hening...
Tidak ada sahutan dari Sarah, di balik sambungan telepon.
"Kak, apa kau mendengar ku?"
("Rana, kenapa kau tiba-tiba menanyakan soal ini. Kenapa kau juga menyebut Nama Seno, apa sesuatu terjadi di sana?") Nada khawatir sudah terdengar dari suara Sarah.
Dan tanpa ditutup-tutupi, Rana pun mengatakan yang sebenarnya jika ia bertemu dengan Seno di tempat itu.
"Jadi, apakah semua proses perceraian ku dan Mas Seno. Benar-benar terjadi?"Rana memastikan.
Namun tiba-tiba Sarah kembali terdiam tidak ada sahutan dari sana.
Membuat Rana semakin gelisah.
"Kak, kenapa kau diam? Kak Sarah bisa mendengar suaraku kan?"
("Halo! Rana? Kakak tidak bisa mendengar suaramu dengan jelas... Rana. Rana... Sinyal di sini sangat buruk, kau bertanya apa tadi?")
"Apa mungkin sinyalnya buruk, tidak! di sini bagus."Kata Rana, sambil menatap sinyal di layar ponselnya.
"Kak, aku bertanya.....!"
Tuuut..
Tuuut ..
Tuuut...
Sebelum Rana kembali menanyakan kebenaran kepada kakaknya, sambungan telepon terputus lebih dulu, mungkin buruknya sinyal menjadi alasan tersebut.
Rana kembali menghubungi nomor ponsel Sarah, namun malah mbak-mbak operator yang menyahuti nya dengan mengatakan (Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi)
Rana semakin dibuat pusing karena tidak mendapatkan jawaban dari apa yang menjadi kegelisahannya di saat ini. Dan tanpa ia sadari ada sepasang mata yang menyaksikan itu semua. Dia adalah dokter Vir, yang berdiri di pintu tenda mendengar semua percakapan Rana dan Sarah.
"Baiklah! Aku yang akan membantumu untuk mengurus semuanya, dan memastikan kau benar-benar bercerai dengan Seno."Gumam Vir dalam hatinya.
🍁🍁🍁
Dua hari berlalu.
Rana dan rekannya kembali di tarik dari tempat tersebut.
Sesampainya di kota tempatnya menetap selama 4 tahun ini, tanpa membuang-buang waktu, Rana segera menuju ke rumah orang tuanya, karena selama dua hari ini pikirannya selalu diganggu dengan kegelisahan dari ucapan Seno.
Namun sayang, ketika ia sampai rumah. Sarah dan Bima sudah terlebih dahulu pulang ke rumahnya yang ada di Kota XXX.
Kirana ingin bertanya kepada ibunya, namun ia rasa itu bukan hal yang tepat karena dari dulu pun Rana tidak pernah melibatkan orang tuanya dalam permasalahan rumah tangganya. Biar dia yang akan mengejar Sarah sendiri sampai mendapatkan kebenarannya.
"Aku sangat menyesal, kenapa aku dulu sampai terpuruk dan seperti orang yang tidak waras sampai aku tidak bisa mengurus perceraian aku dan Mas Seno. Seandainya dulu aku yang mengurus itu semua, mungkin aku sudah bisa memastikan dan melemparkan akte cerai kami di depan wajah mas Seno." Sesal Rana.
🍁🍁🍁
Di tempat yang berbeda.
Seno pun kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa, namun selama beberapa hari ini pikirannya tidak tenang dan lebih gelisah.
Raganya berada di sini, tapi dia selalu memikirkan Rana. Semenjak pertemuannya dengan Rana, Seno selalu dibayang-bayangi dengan wajah Rana yang selalu menari-nari di bola mata dan benaknya.
Ditambah lagi ketika ia memikirkan kedekatan Rana dan dokter Vir, jiwanya semakin terbakar.
Meskipun dia mengatakan dan membuat pengakuan jika dia tidak pernah menyayangi dan mencintai Rana, tapi sepertinya hati berbanding terbalik dengan ucapannya.
Karena selama ini, sejak kepergian istrinya itu Seno selalu dihantui rasa bersalah. Dan kehilangan.
CKLEK...
Seno membuka pintu rumahnya, rumah yang dulu pernah dia tempati bersama Rana.
"Ibu, kapan ibu datang ke sini?"Tanya Seno yang sedikit terkejut, melihat kehadiran Lian di dalam rumahnya.
"Siang tadi, kau ini kebiasaan sekali Sen. Tidak pernah mengunci pintu rumahmu jika kau berangkat bekerja, bagaimana jika ada pencuri atau orang yang berniat buruk masuk ke dalam rumahmu?"
"Itu tidak akan terjadi."Sahut Seno, lalu ia berjalan menuju ruang tengah sambil meletakkan Tasnya.
Jika 4 tahun yang lalu, Rana yang akan menyambutnya di depan pintu dan langsung meraih tas kerja yang ia bawa. Namun semenjak Wanita itu pergi, Seno melakukan semua itu seorang diri. Ini yang salah satu yang membuat Seno merasa kehilangan.
"Bagaimana dengan kondisi kakimu. bukankah minggu ini kau harus memeriksakan diri ke dokter?"tanya Lina kembali.
Lian datang mengunjungi rumah putranya karena merasa khawatir dengan kondisi Seno.
"Baik. Ibu tidak perlu khawatir, Lalu bagaimana dengan kondisi kakek?"sahut Seno.
"Kakek baik-baik saja, dan kondisinya sudah sangat stabil. Ibu datang ke sini untuk menjenguk mu, dan menyampaikan jika kakek Arif ingin bertemu denganmu. Kau sulit sekali dihubungi hingga membuat kakek Arif merasa khawatir."
"Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk. Jika ada waktu aku akan pulang untuk menjenguk kakek."
"Seno, jangan terlalu lelah dalam bekerja, ingat! kau harus banyak beristirahat. Ibu membawakan makanan kesukaanmu, sekarang makanlah. Dika bilang jika akhir-akhir ini nafsu makan sangat buruk."Ujar Lina, yang tengah merapikan beberapa menu di meja makan.
"Ibu tidak perlu repot-repot seperti ini, dan ibu juga tidak harus mendengarkan omongan Dika."
"Ibu rasa, Dika bisa dipercaya. Sekarang makalah."
Seno menarik kursi dan duduk, lalu Lina menyiapkan nasi ke piring Putra semata wayangnya itu.
Di saat seperti ini, Seno kembali mengingat Rana. Karena selama menjadi Istrinya, Rana tidak pernah sekalipun tidak melayaninya di meja makan. Meskipun ia lebih banyak menolak masakan sang istri dengan berbagai cara. Namun Rana selalu menyiapkan makan untuknya, meskipun itu tidak ia sentuh.
Usai menghabiskan makanannya, dan Seno ingin kembali ke kamar. Lina memanggil.
"Ada apa Bu?"
"Duduklah, Ibu ingin bicara serius denganmu."
"Katakan."Ujar Seno, setelah ia mendudukkan kembali tubuhnya di kursi yang menghadap ibunya.
"Seno, apa kau bertemu dengan Rana di tempat itu?"
Bersambung..
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Mohon dukungannya 🤗
Tolong koreksi jika ada Kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️