Cinta Yang Salah
melati Sabila putri wanita berambut panjang sepunggung, cantik, putih alami ala gadis desa, dia berumur 22 tahun sudah mempunyai suami bernama Arif yang usianya 5 tahun lebih tua dari melati, mereka menikah karena di jodohkan oleh orang tuanya, lalu ikut suaminya merantau ke kota menemani suaminya yang bekerja sebagai supir truk di salah satu perusahaan di Surabaya.
Awalnya melati menolak dijodohkan, tapi setelah melihat Arif yang manis dan tampan meski kulitnya gelap tidak seputih tipenya yang lumayan tinggi kalau soal cowok ganteng, beberapa kali pertemuan nya dengan arif melati menjadi nyaman dan akhirnya mau menikah, melati menikah saat berusia 21 tahun jadi pernikahan nya baru berjalan 1 tahun dan mereka sudah sepakat untuk menunda memiliki momongan.
Sebagai supir Arif sangat jarang pulang ke kos an, melati merasa sangat kesepian apalagi tidak terlalu akrab dengan beberapa tetangga, melati anaknya pendiam dan pemalu jadi ia sangat sulit untuk mencari teman kecuali jika memang kenal dari awal.
"Mas, melati pengen cari kerja ya, melati bosen di kosan terus, apalagi mas jarang pulang, kadang cuma 2 kali seminggu" izin melati pada Arif ketika mereka sedang menikmati sarapannya, kebetulan hari ini hari Kamis pagi, jadwal pulang nya Arif yaitu hari Rabu dan Sabtu.
"Boleh aja, tapi kamu harus bisa jaga diri ya, mas nggak mau kamu kelelahan" jawab Arif setelah berpikir singkat, toh mereka belum memiliki anak dan jika melati bekerja setidaknya ia membantu ekonomi nya serta melati tidak merasa bosan.
"Siap mas, besok melati mau mulai ngelamar kerja" semangat melati membara tatkala suaminya mengizinkan.
"Iya sayang, hati-hati ya pake motor nya" kata Arif mengingatkan istrinya, melati pun mengangguk.
Besoknya setelah semalam ia membuat CV lamaran dan menyiapkan beberapa berkas yang di butuhkan nya melati mulai mencari kerja.
ia pun mulai mencari-cari kesana-kemari tapi mungkin karena ijazahnya hanya lulusan SMA, membuatnya sangat sulit untuk mencari pekerjaan, setelah melati mencari seharian ia masih belum dapat pekerjaan juga.
"Ternyata cari kerja susah juga ya" gumam melati saat perjalanan pulang diatas motornya.
Besoknya ia mencoba kembali, dan beruntung nya melati ada sebuah perusahaan yang membutuhkan karyawan pabrik, awalnya karena ia melihat tulisan lowongan pekerjaan lalu ia mencoba menitipkan di satpam dan kata satpamnya disuruh langsung interview dan beruntung nya melati berhasil masuk.
melati menjalani hari-harinya dengan lebih semangat karena ia tidak hanya diam di kos dan tidak melakukan apa-apa. Kini ia sudah bekerja kurang lebih sudah 6 bulan, di tempat kerjanya banyakan ibu-ibu jadi melati agak kesulitan mencari teman karena kadang ngobrol nya kurang nyambung.
"melati kamu udah menikah belum? Kalau belum mau ya sama anak ku, ganteng loh" pertanyaan itulah yang sering ibu-ibu itu tanyakan pada melati sampai harus puluhan kali ia menjelaskan tentang statusnya.
"Sudah Bu Elis, saya sudah menikah" jawab melati dengan tetap tersenyum padahal ia bosan karena sudah banyak yang bertanya seperti itu.
"Ehh sudah ya, kirain belum, abisnya kayak masih gadis banget nggak kelihatan sama sekali kalau sudah nikah"
melati hanya tersenyum mendengar ucapan Bu Elis.
"Bu, saya permisi ke toilet ya " izin melati karena sudah kebelet pipis.
melati masuk toilet, baru saja akan membuka celana ia mendengar suara rintihan dan ******* di toilet sebelah.
"Shh ... Ahhh.. enak .." terdengar ******* tertahan suara perempuan.
"Enak kan?? Shh.. suami kamu nggak bisa kasih ini kan?" Balas yang laki-laki.
Tubuh melati gemetar sendiri mendengar itu, ia ingin cepat-cepat pergi dari sana jadi ia melanjutkan membuang air kecilnya lalu menyiram dengan cepat dan langsung pergi.
"Yang cewek kok sampek gitu ya des*hnya, emang suaminya nggak bisa kasih di rumah?" Kesal melati sambil berjalan kembali ke tempat kerjanya, pasalnya tidak sekali ini ia mendengar suara-suara begitu, memang kata yang sudah senior di kamar mandi memang tempatnya karyawan dan karyawati berselingkuh dari suami maupun istrinya.
Beberapa Minggu kemudian seluruh karyawan di pesan agar bekerja lebih hati-hati karena akan ada anak bos pemilik perusahaan yang akan mengawasi secara langsung produksi pabriknya.
Mereka tidak perlu menyambut tapi bekerja seperti biasa saja akan tetapi disuruh hati-hati karena semua gerakan di awasi penuh.
Pukul 12 siang anak bos nya datang, melati melongo, ia tidak pernah bertemu bosnya yang ia kira sudah tua, gemuk dan jelek ternyata masih muda tampan dan gagah,. Diam-diam melati melirik beberapa kali pada bosnya saat berjalan mengecek sana sini di dampingi atasan nya.
Sudah berhari-hari pak bos yang namanya ternyata Athar daneswara ini mengawasi terus karyawan-karyawan nya bekerja. Ia mengawasi langsung karena perusahaan nya baru meluncurkan produk terbaru atas usulannya, dan papanya menyuruhnya mengawasi langsung kalau-kalau ada kekurangan langsung bisa diselesaikan.
Tapi yang membuat Athar tidak tenang adalah seorang wanita muda yang menarik perhatian nya bahkan sudah dua Minggu ini athar memandangi wanita muda cantik dengan rambut sebahu itu, ia sangat penasaran sampai-sampai tidurnya terganggu karena terus memikirkannya. Bagaimana tidak setiap athar mengingat nya gejolak dalam tubuh athar tidak dapat dibendung.
Akhirnya athar memberanikan diri bertanya pada atasan yang mengawasi wanita itu. Ternyata melati namanya tapi yang membuat athar kecewa dia sudah bersuami.
"Bisa nggak pak nanti dia suruh ke ruangan saya" ujar athar pada atasan melati.
"Bis.. bisa pak, memangnya kalau boleh tau ada apa ya pak, apa dia buat kesalahan pak? Tanya atasan itu.
"Nggak ada apa-apa" ucapnya kemudian melenggang pergi.
Setelah jam istirahat yaitu jam satu siang melati segera menuju ruangan pak bos nya, tangannya sudah gemetar karena takut ia telah melakukan kesalahan.
Tok tok tok
Ketuk melati pada pintu ruangan pak bos nya.
"Masuklah"
Terdengar teriakan dari dalam melati segera masuk dan menutup pintu kembali.
"Permisi pak, bapak panggil saya ada apa ya?" Tanya melati sopan.
"Nggak papa, ayo kamu duduk dulu di sofa sana" ujar athar dengan masih sibuk pada laptopnya, padahal ia hanya pura-pura Karena jantung nya berdegup kencang.
melati pun duduk di sofa menuruti perintah atasannya.
"Nama kamu Melati Sabila putri?" Tanya athar yang baru duduk di sofa mengusir rasa canggung.
"Iya pak"
"Nama yang bagus" gumam Athar membuat melati heran tak mengerti arah pembicaraan bosnya.
"Maaf pak, bapak mau bicarakan soal apa ya?" Tanya melati to the point.
"Saya .. cuma.. mau kamu temani saya ngobrol" ujar athar seraya mendekatkan tubuhnya ke samping melati, melati sontak menggeser duduknya lebih menjauh.
athar yang sudah berhari-hari ini kepalanya dipenuhi senyuman melati itu tak bisa mengendalikan dirinya sendiri duduk di dekat melati membuatnya gelisah tidak karuan, ia segera menggenggam tangan melati.
"Pak, bapak mau kurang ajar ya?" Tanya melati dengan nada menbentak bos nya.
"Tolong saya" ujar athar dengan tangan yang gemetar membuat melati urung melepaskan tangan athar.
athar memejamkan matanya merasakan genggaman tangan melati, membuat melati lebih khawatir.
"Pak saya panggilkan orang ya pak biar bantu bapak ke rumah sakit"ujar melati, tapi athar menggeleng malah tangan melati Sekaran di tempelkan ke dada athar yang berdegup kencang.
"P..pak.. bapak kena..pa?" Tanya melati dengan suara terbata-bata.
athar dengan tiba-tiba memeluk melati dengan erat, melati tidak tau harus berbuat apa ia tidak berani membalas apalagi menghindar karena pelukannya terasa sangat erat.
melati memandang wajah dan mata athar, "tampan dan gagah sekali, dadanya sangat kencang" batin melati yang mulai nyaman, jantungnya sendiri berdegup kencang dan di hatinya entah perasaan apa ini yang melati sendiri tidak pernah merasakannya.
Tak lama menatap athar, tiba-tiba athar menci*m bibir melati, melati sontak kaget dan segera ingin melepaskan pelukan serta menjauhkan wajahnya dengan kasar, tak peduli bibir nya yang langsung berdarah karena melepas paksa tautan bibir bos nya.
"Pak.. bapak gila ya, saya sudah punya suami " bentak melati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments