Alana Jovanka (25), perempuan yang dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Pengkhianatan dan hinaan yang ia terima, membuatnya nekat membalaskan dendam dengan cara menikahi pria yang kaya raya. Alana akhirnya sepakat menjalani proses pernikahan kontrak dengan Dave Dirgantara yang sedang mencari istri sementara demi menggagalkan perjodohan yang diatur orang tuanya, dengan sebuah kesepakatan tidak akan ada cinta diantara keduanya.
Sayangnya, semua tak semudah yang Alana kira. Setelah pernikahannya dengan Dave, semakin banyak masalah yang menimpanya, yang berdampak pada hubungannya dengan Dave. Kala orang-orang terdekat Dave mulai mengusiknya, berusaha memisahkan keduanya. Lantas akankah perpisahan menjadi jalan terbaik bagi keduanya? Persaingan bisnis akan menjadi bumbu intrik dalam novel ini.
Simak ceritanya, jangan lupa masukan ke rak biar gak ketinggalan update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsyazzahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbayang Ciuman
Hening seketika ketika ruangan itu kini hanya menyisakan tiga orang di sana. Dave melangkah mendekati Alana yang sedari terdiam dan duduk di sampingnya.
“Alana, apakah masih sakit pada pundakmu?” tanya Dave cemas.
Alana hanya terdiam menggigit bibirnya, lalu menggeleng pelan.
“Kita ke rumah sakit ya,” bujuk Dave kemudian.
Alana mendongak menatap wajah Dave, ia meringis kala memegang bahunya yang terasa sakit. Ia pikir bahunya pasti memar.
“Tidak perlu Dave. Aku baik-baik saja. Kau mau berangkat ke kantor kan,” ujar Alana dengan suara cukup lantang, ia tersenyum menutupi rasa sakit di bahunya.
“Tapi Alana–”
“Aku tidak apa-apa Dave. Pergilah, aku akan memeriksa lukaku sendiri. Ini hanya perlu dikompres sedikit.” Alana beranjak dari lantai, sambil meringis menahan sakit.
Dave menatap Alana dengan perasaan bingung, di satu sisi hari ini ia harus menghadiri meeting pagi-pagi yang memang tak bisa ia wakilkan, tapi di sisi lain rasa khawatir dan bersalah itu menyergap bila mana Alana terluka karena membantu dirinya.
“Tuan apakah kita akan menunda meetingnya?” tanya Zain membuka suara.
“Tidak perlu Zain. Untuk apa? Aku tidak kenapa-napa. Jangan khawatir, aku akan kembali lebih ke kamar,” kata Alana.
“Aku akan mengantarmu.” Dave berniat beranjak mengantar Alana.
Alana menggeleng, melangkah secara tertatih menjauh dari pandangan Dave. “Tidak perlu. Aku bisa sendiri, sampai jumpa di kantor nanti.”
Alana melangkah dengan cepat, menjauh dari Dave. Bahkan tak membiarkan Dave untuk membuka suaranya, padahal lelaki itu berniat menyampaikan jika Alana tak perlu kembali ke kantor. Tapi, melihat sikap Alana yang kerasa kepala Dave rasa semua akan percuma.
Alana terus melangkah sedikit berlari menuju kamarnya, tanpa berniat untuk kembali menoleh ke belakang. Begitu tiba di kamarnya, tanpa ia sadari air matanya merembes hingga jatuh ke pipi. Bukan hanya bahunya yang berdenyut, tetapi juga tusukan rasa malu di hatinya. Ia tahu jika dipikir secara logika, apa yang ia katakan hal yang wajar jika saja pernikahan yang terjadi umum pada semestinya. Tapi mengingat latar belakang yang terjadi. Alana ingin berteriak menangis.
“Ahh kenapa aku seperti pelacur,” desisnya kala mengingat perkataan yang teramat vulgar dan menjijikkan yang ia katakan di depan Natasha dan keluarga suaminya tadi. Dengan air mata yang mengalir tiada henti, Alana meratapi dirinya.
****
Alana mengerang di atas ranjang, ketika membuka pakaiannya. Terlihat bahunya memar, ngilu, sakit dan terasa ada yang retak di dalam. Pukulan Natasha benar-benar membuatnya tak berdaya, beruntung ada Dave yang melindunginya. Jika tidak, kemungkinan kepalanya pun akan ikut remuk. Hari ini ada rapat kantor, jadi ia harus tetap datang bekerja. Jika saja tidak ada, Alana mungkin akan lebih memilih istirahat.
“Inikah harga yang harus ku bayar ketika menikah dengan seorang lelaki yang berbeda kasta. Aku bahkan belum melakukan apapun untuk membalaskan rasa sakit hatiku pada Edo. Tapi, dengan Dave. Belum apa-apa, aku sudah berkali-kali menerima caci hinaan. Aku tak ubahnya seperti perempuan rendahan di mata mereka.” Alana menghela nafasnya, kemudian beranjak dengan pelan menuju meja rias. “Tapi, setidaknya aku bisa mengobati ibuku. Aku ingin ibu sembuh,” imbuhnya.
Ia berdiri di depan cermin dan memeriksa bahunya. Kemudian, gerakannya terhenti ia mengusap pipinya, kemudian ke bibirnya. Hingga tak lama ia mengutuk dirinya, saat menyadari tindakannya tadi.
“Ya ampun. Lagi memar seperti ini, dan yang ku pikirku justru ciuman,” gumamnya merasa stres sendiri.
****
Mobil mercy milik Dave perlahan melesat dari kediamannya. Sepanjang jalan menuju kantornya, Dave hanya terdiam memikirkan keadaan Alana di rumah.
Sementara Zain sesekali akan melirik ke arah belakang, seperti ada yang ingin ia tanyakan. Aksinya terpergok oleh Dave.
“Kenapa Zain? Ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya Dave.
“Saya tidak mengerti.” Zain terus melajukan mobilnya sesekali akan membunyikan klaksonnya.
“Tuan, saya benar-benar tidak mengerti dan tidak percaya,” ulang Zain sambil mengetuk-etuk gagang stir mobilnya kala mobil terhenti di lampu merah.
Dave menarik nafasnya. “Mengerti apa?”
“Mengerti tentang ucapan Nona Alana,” jawab Zain.
“Yang mana?”
“Tuan, apa benar anda masokis?”
Dave mendengus. Ingatannya kembalikan terbayang bagaimana Alana mengatakan dirinya pengidap penyakit **** menyimpang. Ia pikir Alana akan berdrama menjadi perempuan yang hamil, atau bagaimana. Tak ia duga perempuan itu memilih cara lain. Tapi, jika dipikir lebih dalam lagi. Ada baiknya Alana mengatakan hal itu, buktinya Natasha jadi membatalkan perjodohan itu, dan bilamana Alana memilih berpura-pura hamil, akan seperti apa sandiwara ke depannya.
.
.
.
.
.
Jangan lua jejaknya ya guys.
Thank you teman-teman.🥰
itu yg membuat ibunya depresi.
jadi dave n alana kakak adik tapi beda ayah.
gitu ya thor
semoga aku bisa membuat cerita yang seru sprti kk
tolong dave.
bawa pulang
dave kamu gak nyadar siapa yg sdh bantu kamu