Novel ini Season Kedua Janda Judes....
Daniel Arandra Hampir seluruh hidupnya diliputi kebencian sebelum akhirnya segala kebenaran terungkap. Ia yang dulu tumbuh tanpa kasih sayang kini berada dalam kehangatan dan limpahan kasih keluarga tercintanya.
Namun agaknya Tuhan ingin mengujinya sekali lagi. Entah itu karma atas perbuatannya di masalalu atau inilah awal dari kebahagiaan yang sesungguhnya.
Saat hatinya terpaut pada seorang gadis keadaan menjadi dinding penghalang untuk cintanya.
Dena Syavira adik dari sang kakak ipar adalah gadis yang mampu membuat hatinya bergetar. Gadis yang ceria yang memiliki senyum yang hangat.
Akankah Cinta mereka bisa bersatu? Mari kita ikuti kisah Daniel dan Dena...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aksaraprabu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dena
Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari....
Kini mobil mereka berhenti di lokasi yang tidak terlalu jauh dari titik keberadaan Dena. Daniel turun dari mobil diikuti Joe ia memperhatikan bangunan tinggi nan kusam yang letaknya cukup jauh dari tempat mereka berhenti.
Ya...
Itulah bangunan satu-satunya yang ada di sana, meski jalanan yang mereka lewati cukup bagus, tapi kanan dan kirinya adalah hutan yang sangat lebat.
Dan demi berjaga-jaga dari musuh, mereka sengaja masuk kedalam hutan di sebrang bangunan itu.
"tuan, apa kita perlu bergerak sekarang?" tanya Joe.
"tunggu Joe, kuta tidak tahu bagaimana keadaan di dalam sana, dan Ramon,"
"jika kita bergerak sekarang biar Zyan yang menjaga Ramon tuan, dia sangat bisa di andalkan."
"hmm..."
.....
Dena...
Dena mengerjap menyesuaikan pandangan matanya saat ia baru saja sadar. Kepalanya sedikit pusing setelah pingsan tadi, ia bisa merasakan dibagian belakang kepala berdenyut nyeri.
Ia menatap sekeliling, tempat itu begitu asing baginya. Namun tiba-tiba rintihan seseorang membuat Dena mengalihkan perhatian.
"Ramon..." mata Dena membulat sempurna melihat keponakannya meringkuk tidak jauh darinya. Dena segera mendekat, lalu memeluk tubuh Ramon yang ketakutan.
"a..aunty..." Ramon terisak dalam dekapannya.
"ssttt... Tenang lah sayang... Ada aunty disini, jangan menangis ya.." Dena mengusap punggung Ramon lembut.
Setelah cukup lama akhirnya pria kecil itu mulai tenang, ia masih memeluk tubuh Dena dengan eratnya.
Brakk
Pintu di dorong begitu keras, membuat Dena dan Ramon terlonjak kaget.
Sesaat kemudian masuklah beberapa pria kekar menyeret tubuh seseorang. Dena menajamkan pandangannya, ingin tahu siapa orang yang di seret itu.
Hingga akhirnya seorang pria melemparkannya tepat di depan Dena.
"Kak Fia.." pekik Dena.
"nona..." Fia gemetar takut, ia beringsut duduk di samping Dena.
Tap... Tap... Tap...
Suara langkah seseorang mendekat, seorang pria dengan wajah di tutupi topeng berdiri dihadapan mereka. Ia memainkan senjata yang ia bawa.
"hai cantik... Kau sudah bangun rupanya..." pria itu berjongkok mencengkeram rahang Dena.
"siapa kalian..." Dena bersuara dengan mata nyalang.
Hahaha
Pria itu tertawa dengan sangat keras, "aku tidak menduga kau begitu berani menatap ku begitu sayang..."
"apa mau mu?" tanya Dena dengan nafas memburu.
"aku mau tubuh indah mu..." lalu beralih menatap Ramon yang kembali gemetar ketakutan, "dan kematian anak ini,"
"berani kau menyentuh Ramon, aku akan membunuh mu!!!" teriak Dena lantang, pria itu justru semakin tergelak melihat reaksi Dena.
"sepertinya kau begitu menyayanginya ya... Atau mencintai ayahnya?" pancing Pria misterius itu.
"itu bukan urusan mu, cepat lepaskan kami!!!"
"tidak semudah itu sayang... Pertama-tama ayo kita lihat bagaimana anak ini mati."
Seorang pria menarik Ramon menjauh dari Dena, "jangan sentuh dia!!!" teriak Dena, ia mencoba meraih keponakannya namun tubuhnya kini di pegang oleh si pria misterius.
"kau ingin melihatnya langsung mati atau mati dengan perlahan...hmm..." ia mengunci pergerakan Dena.
"jangan aku mohon tuan, lepaskan Ramon... Apa salahnya hingga kau tega menyakitinya..." Dena mulai terisak, wajahnya menunduk air mata mengalir begitu deras.
"Ck...ck...ck... Apa sesayang itu kau padanya hmm..."
"dia hanya anak-anak tuan, tolong lepaskan dia." tubuh Dena sudah meluruh ke lantai, ia menangis memohon agar Ramon dibebaskan.
"aunty..." cicit Ramon dalam dekapan seorang pria.
"aku akan membebaskannya, asal kau mau melayani ku!!" Pria itu duduk mensejajari tubuh Dena, mengusap lembut pipi Dena dengan seringai licik.
Dena menggeleng kuat, "lebih baik aku mati dari pada harus melayani pria baj ingan seperti mu!!!" sentak Dena.
Plaaakk
"aunty..."
"nona .."
Teriak Ramon dan Fia bersamaan.
Si pria menampar Dena dengan sangat kuat, membuat tubuhnya ambruk, Dena bisa merasakan ujung bibirnya sobek dan berdarah.
"baiklah, jika itu pilihan mu, maka kau akan lihat pria kecil itu mati perlahan-lahan."
Grep
Dena memeluk kaki si pria dengan kuat, "jangan aku mohon, bunuh saja aku tapi bebaskan dia, apa salah seorang kecil hingga kau tega ingin membunuhnya tuan... Bunuh saja aku..."
Bug
Dena di tendang hingga ia kembali tersungkur. Pria itu mengarahkan senjata tepat pada Ramon namun Dena dengan cepat berlari dan berdiri di depannya.
"tembak aku tuan, aku rela jika harus mati sekarang, tapi satu permintaan ku bebaskan dia, biarkan anak ini hidup tuan aku mohon," Dena menakupkan kedua tangannya di depan dada memohon agar Ramon di bebaskan.
Pria itu memincing menatap Dena, "kau memang gadis bodoh!!! Kau relakan nyawa mu untuk anak itu, dia bahkan tidak ada hubungan darah dengan mu," sentaknya.
"apa kasih sayang hanya muncul saat kita memiliki hubungan darah tuan? Terkadang darah tidak lebih kental dari air..." ucap Dena lirih, "tidak kah tuan memiliki rasa iba barang hanya sedikit dalam hati mu untuk anak tak bersalah ini? Aku mohon tuan bebaskan dia, dan kau bisa membunuh ku,"
"Ck...Sial!!!"
Plaaakkk
Lagi-lagi tamparan keras mendarat di pipi mulus Dena. Gadis itu hanya mampu menahan isakannya. Ia merangkak memeluk tubuh Ramon, "aunty akan melindungi mu sayang..." bisik Dena.
"bawa anak itu pergi dari sini, biarkan dia hidup!!!" titah si Pria misterius.
Saat dalam dekapan Dena itu, Ramon menyelipkan gelang pemberian sang ayah di saku Dena. Sesaat kemudian ia di tarik paksa meninggalkan ruangan itu.
"Kau berhutang satu nyawa pada ku!" sentak si pria. "anak itu boleh bebas tapi tidak dengan ayahnya, dia akan mati di tangan ku setelah dia melihat aku menghancurkan kau dan dia. Lalu kita lihat mana diantara kalian wanita yang paling dia cintai." ucap pria itu.
Deg
Dena menatap Fia yang masih saja tertunduk takut, ia tersenyum getir.
"apa tuan benar-benar membebaskannya?" tanya Dena.
"apa kau ingin aku membunuhnya disini? Aku tidak akan menarik ucapan ku. Jika kau tidak mati di tangan ku kau mungkin bisa melihatnya hidup." ucap si pria sebelum meninggalkan Dena dan Fia di sana. Dena sedikit bernafas lega. Semoga saja pria tadi benar-benar membebaskan Ramon.
Lindungi Ramon tuhan, jagalah dia, jangan sampai hal buruk terjadi padanya. gumam Dena.
Dena duduk memeluk lututnya, ia terisak memikirkan bagaimana keadaan Ramon. Fia sendiri masih duduk diam tidak jauh dari Dena, Gadis itu tampak ketakutan.
Cukup lama mereka berdua di tinggalkan di ruangan itu. Dena merasakan tubuhnya sakit luar biasa, bagaimana tidak pukulan pria misterius itu benar-benar kuat.
Setelah merasa lebih baik, Dena beranjak dari duduknya, ia berjalan mengelilingi ruangan tempatnya di sekap. Tidak ada jendela atau pintu selain pintu dimana orang-orangan itu masuk tadi.
Dena mencari-cari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk bisa kabur atau paling tidak bisa ia gunakan untuk mempertahankan diri. Dia tidak ingin mati tanpa berusaha melawan.
"apa yang nona lakukan?" Fia membuka suara.
Dena meliriknya, "mencari sesuatu yang bisa untuk mempertahankan diri, memangnya kau mau mati sia-sia disini?" tanya Dena dengan ketus.
"apa yang bisa kita lakukan nona..." tanya Fia dengan putus asa.
"apa saja, setidaknya harus melawan sampai kak Rizal dan kak Daniel datang menolong kita." Dena menyentak Fia. "apa kau benar-benar tidak bisa melawan?"
......................
Next ....