SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #30 - Biarkan Aku Yang Memilih!
Micheal yang saat ini sudah dalam perjalanan ke kantornya terpaksa harus putar balik karena ada berkas yang ketinggalan di rumahnya.
Sesampainya di rumah, Micheal mengernyit karena ia melihat ada mobil Ummi Ridha yang terparkir di depan rumah, ia pun mempercepat langkahnya masuk ke dalam rumah dan betapa terkejutnya Micheal saat mendengar apa yang di katakan Ummi Ridha pada Aira.
"Jika kamu tidak bisa menerima Anggun, Ummi mohon tinggalkan Arsyad!"
Aira seperti di sambar petir mendengar permintaan ibu mertuanya yang sungguh sangat mencengangkan itu, kedua bola mata Aira terbuka lebat dan sesaat ia menahan napas.
Apakah ia tidak salah dengar?
"Tante...." seru Micheal dengan amarah yang terpendam, ia melangkah lebar mendekati Aira yang saat ini masih berdiri mematung dan tampak shock.
Ummi Ridha yang mendengar suara Micheal pun langsung berdiri dan menatap Micheal. "Tante bilang apa tadi?" Desis Micheal tajam.
"Maksudku...."
"Tante ingat nggak, apa yang dulu Tante katakan saat meminta Aira pada orang tua kami? Huh?" sela Micheal dengan emosi yang memuncak.
"Kak...." lirih Aira sembari menarik tangan Micheal namun Micheal justru menghempaskan tangan Aira. Sementara Ummi Ridha hanya bisa menatap Micheal dengan nanar.
"Tante bilang, nggak ada wanita yang sebaik Aira untuk menjadi teman hidup Arsyad. Dan setelah Tante tahu kekurangan Aira, sekarang Tante mau membuang dia begitu saja?" geram Micheal.
Zenwa yang saat ini berada di kamar Tanvir pun langsung keluar setelah mendengar suara sang suami dari luar. Sebelum pergi, Zenwa memerintahkan Tanvir juga Via agar tidak keluar kamar karena Zenwa tak ingin anak-anak itu menyaksikan masalah orang dewasa.
"Kak...." rengek Aira dengan mata yang berkaca-kaca, ia memegang lengan Micheal yang terbakar emosi.
Hati Aira begitu sakit mendengar apa yang di katakan ibu mertuanya itu, Micheal benar, kini ia telah di hempaskan oleh wanita yang sudah ia anggap ibu itu.
"Bukan begitu maksudku, Micheal," sanggah Ummi Ridha. "Aku meminta Aira melepaskan Arsyad jika Aira tidak bisa menerima Anggun. Tapi jika dia mau...."
"Aira tidak akan menerima Anggun ataupun Arsyad!" sela Micheal dengan suara lantang.
Aira hanya bisa menitikan air matanya karena kini keadaan seolah benar-benar memojokannya.
"Sekarang panggil anakmu kesini dan kita selesaikan masalah ini sekarang juga!" geram Micheal lagi dengan tatapan yang berapi-api.
"Tapi, Micheal...."
"Baik, biar aku yang memanggilnya," desis Micheal, tanpa membuang waktu ia pun langsung memanggil Arsyad dan tentu itu membuat Ummi Ridha cemas.
"Micheal, aku mohon. Biar aku yang bicara dengan Arsyad." rengek Ummi Ridha namun Micheal tak menanggapi permohonan itu.
Zenwa pun hanya bisa diam membisu sambil menatap Aira yang berlinang air mata, Zenwa menggengam tangan Aira, berharap itu sedikit menguatkannya.
"Aku tidak mau tahu, kamu harus datang ke rumahku, sekarang!"
"SEKARANG!" Seru Micheal penuh penekanan kemudian ia memutuskan sambungan telfon dari Arsyad.
"Aku rasa kalian salah faham," kata Ummi Ridha kemudian. "Aku tidak bermaksud meminta Aira menceraikan Arsyad, hanya saja, jika Aira tidak mau menerima Anggun, maka Arsyad akan menceraikan Anggun. Sedangkan Anggun sedang hamil, Micheal. Anak pertama Arsyad!" seru Ummi Ridha yang justru membuat Micheal tersenyum sinis.
"Tante fikir adikku robot, huh? Yang harus menerima apapun yang Tante mau? Dia manusia, Tante! Dia juga punya perasaan, dia punya pilihan!" Micheal kini menatap Aira dengan tajam namun ia menghapus air mata Aira dengan lembut.
"Sekarang kamu pilih, Aira. Bertahan atau melepaskan?"
...****************...
Tanpa membuang waktu sedikitpun Arsyad langsung bergegas ke rumah Micheal setelah ia mendapatkan telfon dari Micheal.
Hati Arsyad gelisah apalagi mengingat perintah Micheal dengan suara lantang itu, seolah Micheal sedang sangat marah saat ini.
Arsyad melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju rumah Micheal, dan sesampainya disana, ia terkejut karena melihat mobil ibunya terpakir di depan rumah Micheal.
Arsyad langsung berlari masuk ke dalam rumah dan ia hanya bisa menatap semua orang yang kini duduk di sofa dan tampak tegang, atmosphere ruangan itupun terasa sangat berbeda.
Kini tatapan Arsyad tertuju pada Aira yang menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit di artikan.
"Ada apa?" Tanya Arsyad kemudian.
"Arsyad, sebenarnya...."
"Ibumu ingin Aira memilih...." potong Micheal yang tak membiarkan Ummi Ridha menyelesaikan ucapannya.
Arsyad yang mendengar ucapan Micheal itu langsung mengerutkan dahi nya, ia menatap ibu dan istrinya bergantian.
"Memilih apa?" Tanya Arsyad bingung.
"Apakah dia mau menerima madunya atau kehilanganmu," jawab Micheal dengan lugas yang justru membuat Arsyad semakin bingung.
"Aku nggak ngerti maksud kamu apa, Micheal," tukas Arsyad.
"Biar Ummi jelas...."
"Oh, silakan...." Micheal kembali memotong perkataan Ummi Ridha dengan dingin.
"Tidak, biar Aira yang jelaskan," kata Arsyad kemudian yang membuat Micheal tersenyum sinis.
"Ayo, Dek. Jelaskan!" titah Micheal namun lidah Aira terasa kelu bahkan untuk mengucapkan satu patah katapun.
Arsyad duduk di samping Aira, menatap mata Aira yang kembali berkaca-kaca, hati Arsyad terasa pilu melihat kesedihan yang tak kunjung surut di mata sang istri.
"Dengar...." Arsyad menggenggam tangan Aira dengan lembut kemudian mengecupnya penuh cinta, yang membuat hati Aira semakin terasa perih dan air mata tak bisa lagi di bendungnya. "Aku memilihmu di atas wanita manapun, Humaira. Aku tahu aku membuat kesalahan, dan aku janji akan aku perbaiki semua itu, Sayang. Aku janji...."
"Kamu ... nggak bisa memilih," kata Aira dengan suara tercekat. "Kamu nggak akan pernah bisa memilih, aku atau ibumu."
Arsyad tercengang mendengar apa yang di katakan Aira, ia menatap sang istri penuh tanda tanya karena ia yakin, Aira yang ia kenal tidak akan mengucapkan hal seperti itu.
"Aira...." lirih Arsyad dengan suara rendah, keningnya berkerut dalam dan tatapannya begitu sendu.
"Karena itulah, aku yang akan memilih," ucap Aira sembari mengusap air mata yang kembali terjun bebas di pipinya. "Ibumu memberiku pilihan, terima Anggun atau tinggalkan kamu."
Kedua bola mata Arsyad langsung melotot sempurna mendengar pernyataan Aira, ia langsung menatap ibunya dan sang ibu hanya bisa menatap Arsyad dengan nanar.
"Aku baru sadar sesuatu," kata Aira kemudian sembari menarik tangannya dari tangan Arsyad, dan itu membuat hati Arsyad terkesiap, ia hanya bisa menatap tangan Aira yang kini mengepal. "Sebenarnya ini bukan tentang aku dan Anggun, Arsyad. Bukan tentang aku yang katanya nggak bisa hamil dan Anggun yang nyatanya bisa hamil. Bukan....." ujar Aira penuh penekanan, ia menatap Arsyad dengan sedih, sungguh sedih.
Karena memang bener, yang menjadi penghalang cinta mereka bukan diagnosa Dokter ataupun kehadiran wanita lain. Tapi penghalang yang sesungguhnya adalah ibu Arsyad sendiri, orang ketiga yang sesungguhnya.
"Tapi ini tentang aku dan ibu kamu," air mata Aira kembali mengalir dari sudut matanya namun Aira langsung menyekanya dengan cepat, ia sudah lelah menangis dan tak lagi ingin menangis.
"Aira, kamu salah faham," sanggah Ummi Ridha.
"Biarkan dia bicara!" seru Micheal tajam. "Biarkan adikku bicara karena sudah saatnya dia bicara!"
Arsyad tak tahu harus bereaksi seperti apa, atau harus mengatakan apa. Karena Arsyad sadar, apa yang Aira katakan sangat benar.
Sejak awal, ini bukan tentang kekurangan Aira ataupun kelebihan wanita lain. Tapi ini tentang ibunya yang memimpikan sosok menantu seperti yang ia inginkan, bukan sosok istri yang Arsyad impikan.
"Aku tahu, kamu tidak akan sanggup memilih, tidak akan bisa memilih, sampai kapanpun. Karena itulah, aku yang akan memilih, kembalikan aku pada orang tuaku! Lepaskan aku! Tinggalkan aku!"
...TBC......