NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Dokter Dingin

Terpaksa Menikahi Dokter Dingin

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Nikah Kontrak / Dokter
Popularitas:4.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: EvaNurul

ATMAJA FAMILY SERIES#1



"Bagaimana jika aku melunaskan saja semua biaya operasi ayahmu itu?" ucap dingin pria tinggi berwajah tampan.

Wanita yang berada dihadapannya itu menatapnya berbinar. "Beneran Dok? terimaksih Dokk terimakasih banyak."

"Tapi semua itu tidak gratis." Dokter itu menarik smrik-nya.

"Mak-maksud dokter?"

"Aku akan melunaskan semua biaya operasi ayahmu itu serta pengobatannya sampai dia sembuh dan bayarannya kau harus bersedia menikah dengan ku."

Bagaimana jadinya jika seorang dokter tampan tiba-tiba berbaik hati melunaskan pengobatan ayah dari gadis tak mampu seperti Elena tapi semua itu tidak gratis, Elena harus membayarnya dengan kehidupan dan masa depannya itu.

Apakah Elena menerima tawaran Dokter itu? bagaimana kelanjutannya?

SELAMAT MEMBACA❤



[ JANGAN LUPA DUKUNGAN NYA DENGAN LIKE, VOTE DAN KOMEN YA! JANGAN LUPA FOLLOW BIAR GAK KETINGGALAN UP ]



Cover by Pinterest.
Copyright 2020

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EvaNurul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB30: Wilson kecewa

HAPPR READING GUYS🍁

Elena menatap wajah Wilson yang nampak berubah. Ia langsung mengalihkan tatapannya pada Bryan disampingnya. Pria ini tiba-tiba datang dan mengangkat tangannya untuk menunjukan cincin yang dipakai di jari manisnya.

Wilson terdiam dengan pikiran yang berkecamuk. Wanita yang dicintainya sudah menikah dengan pria lain?

"Na? semua ini benar?" tanya Wilson. Sebenarnya ia masih diambang percaya dan tidak percaya dengan fakta yang diucapkan pria disamping Elena, ia tau pria itu adalah Bryan tak lain adalah anak pertama dari keluarga Atmaja.

"Iya Pak, ya-yang jadi pengantinnya malam ini saya sama Dokter Bryan." Elena menunduk. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana lagi ekspresi dari mantan Bos nya ini ketika mendengar jawaban darinya.

Jelas saja ia tidak merasa enak karna Wilson pernah menyatakan cinta pada dirinya saat ia masih bekerja di restaurant milik Wilson. Saat itu Elena menolak karna Wilson menyatakan sembari langsung melamarnya membuat dirinya dilanda kebingungan. Elena tidak tau apa dirinya cinta juga dengan Wilson atau tidak namun yang jelas ketika berada disamping Wilson jantungnya selalu berdetak hebat, tapi hal itu belum meyakinkan dirinya jika ia benar-benar mencintai Wilson, alhasil Elena pun menolak pria itu dengan alasan dirinya belum yakin serta ia ingin menjaga dan merawat sang Bapak yang sedang sakit dan untungnya Wilson mengerti, pria itu berucap akan menunggu Elena sampai Elena siap untuk di pinangnya namun ternyata takdir berkata lain. Elena malah menikah dengan Bryan yang notabenya adalah seorang dokter yang cukup dikenali banyak orang.

Wajah terkejut sekaligus kecewa diperlihatkan oleh Wilson.

Lain dengan ekspresi Bryan yang masih tersenyum miring, ia sudah menurunkan tangannya dan juga tangan Elena namun Bryan masih mengenggam jari-jari Elena dibawah sana.

Tak lama Wilson tersenyum masam. Pria itu mencoba untuk tetap tersenyum walau hatinya belum bisa menerima fakta ini semua. "Selamat ya untuk kalian." ucapnya.

Elena mengangkat wajahnya menatap Wilson, walau mantan bos-nya ini tersenyum ia cukup tau jika Wilson memendam kekecewaan. "Makasih Pak, maaf saya baru kasih tau Bapak kalo-"

"Gapapa Na saya ngerti ko. Kalo kamu bahagia sama pilihan kamu, saya juga ikut bahagia liatnya." potong Wilson.

Bryan hanya terdiam. Ia tidak minat mengobrol panjang lebar dengan pria dihadapannya ini karna menurutnya itu tidak penting.

"Kalo gitu saya pamit dulu ya Na, jadwal check up Mamah saya sebentar lagi jadi saya harus segera pergi." Wilson menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sekali lagi, congratulation untuk kalian." setelah mengucapkan itu Wilson pun berjalan dan kembali menuju tempat dimana Mamahnya berada.

Elena menatap kepergian Wilson. Apa dirinya bersikap jahat sekarang? ia tidak tega dengan pria itu namun ia bisa apa sekarang? semuanya sudah terjadi, mungkin ini sudah menjadi bagian dari takdir tuhan yang direncanakan untuknya.

"Kau menyukai pria itu?" dingin Bryan ketika melihat Elena menatap kepergian Wilson.

Mendengar pertanyaan itu membuat Elena mengalihkan tatapannya pada Bryan. "Pak Wilson?" tanya-nya.

"Iya, pria itu. Kau menyukai nya?"

Dengan segera Elena menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak." ia pun binggung dengan hatinya, Elena merasa delima antara menyukai Wilson atau tidak.

Bryan mendekatkan wajahnya pada Elena membuat gadis itu sedikit memundurkan wajahnya.

"Kau sudah menikah denganku yang artinya kau sudah tidak boleh lagi berdekatan dengan pria lain atau menyukai pria lain, paham?" ucap Bryan dengan wajah dinginnya.

Elena meneguk salivanya kasar dengan mata yang membulat "Pa-paham."

Setelah mendapatkan jawaban dari gadis dihadapannya Bryan pun menjauhkan kembali wajahnya. "Ikut aku."

Bryan menarik lengan Elena menuntun istrinya ini untuk mengikuti langkahnya.

Dengan jantung yang masih berdetak tak karuan Elena pun mengikuti setiap langkah pria yang menggenggam tangannya. Entah mau kemana dokter ini membawanya, ia tidak tau.

Saat diperjalanan menuju kearah dalam rumah tiba-tiba saja ada seorang pria yang menghalang perjalanan Bryan dan juga Elena.

Bryan menatap pria dihadapannya dengan pandangan penuh dendam, ia sedikit kesal juga karna langkahnya dihentikan oleh orang itu.

"Wes! Kakak mau bawa Kakak Ipar kemana?" Aiden tersenyum penuh maksud, sepertinya ada sesuatu yang akan dilakukan pengantin baru ini.

"Bukan urusanmu." dingin Bryan masih dengan tangan yang mengenggam pergelangan tangan Elena erat.

Elena sedikit maju untuk mensejajarkan tubuhnya disamping Bryan. Ia lantas tersenyum sopan menatap adik iparnya ini.

"Ekhem." Aiden sedikit berdekhem. "Kek nya gue mencium aroma-aroma tidak sabaran nih."

Wajah Elena mengkerut. Ia tidak paham dengan apa yang dilontarkan Aiden, maksud dia apa?

Tak lama setelah Aiden berbicara tadi tiba-tiba saja seorang gadis menghampiri ketiga orang yang sedang berkumpul itu. Wajah kesal terlihat sekali diwajahnya.

"Ini kapan selesainya sih?! gue rusuh pake baju karung goni sama sepatu tinggi kayak gini." keluh Chaca dengan menghentakan kakinya ke tanah.

Chaca menghampiri Aiden dan berdiri disamping kakak keduanya itu. Ia lantas menatap dua orang yang sekarang berdiri persis didepannya.

"Oh ya selamat ya untuk pernikahan kalian. Gue turut berduka cita."

Tadinya Aiden merasa senang karna adiknya ini mengucapkan selamat pada Elena dan juga Bryan tapi mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Chaca membuat dirinya menganga tak percaya.

"Cha? lo ngomong apa tadi?" Aiden menatap tajam gadis yang berdiri disampingnya ini.

"Gue bercanda kali." Chaca tersenyum simpul menatap Aiden setelahnya ia kembali menatap kedua pasutri itu. "Selamat untuk kalian, gue turut bahagia."

"Terimakasih." ucap Elena tersenyum, ia merasa tatapan yang diberikan Chaca sedikit memiliki maksud namun ia tidak ingin berfikiran negatif pada adik iparnya.

Bryan melihat wajah dan gerak-gerik adik bungsu-nya ini. Ia tau apa yang ada diotak adiknya itu karna dirinya pernah belajar ilmu psikolog, jadi Bryan cukup mudah mengetahui sikap dan pikiran orang hanya melalui gerak-gerik atau tekstur wajah. Tapi ia mencoba acuh, selagi adiknya tidak berbuat macam-macam ia tidak pedulikan itu.

Acara syukuran ini berjalan lancar. Para tamu sudah menyapa dan memberi selamat kepada Kedua pengantin, mereka semua turut bahagia atas pernikahan ini. Bryan mencoba untuk tetap sopan dan menunjukan sedikit senyumnya, Elena pun sama. Gadis itu mencoba tetap tersenyum bahagia walau itu semua adalah sebuah keterpaksaan. Sebenarnya Elena menyayangkan tidak ada kehadiran sang Bapak disini namun ia cukup paham dengan kondisi Dimas yang harus beristirahat total.

Berjam-jam syukuran ini diadakan akhirnya pesta pun berakhir. Para tamu mulai berhamburan keluar untuk pulang kerumah masih-masing.

"kalian berdua pasti cape-kan? mendingan kalian ke kamar aja duluan." Meldi tersenyum menatap menantunya dan juga anak pertamanya yang berada didepannya.

Elena membalas senyuman mertuanya itu. Ya, dirinya cukup lelah hari ini.

"Yasudah kalo begitu kami ke kamar dulu," Bryan pun berbalik dan berjalan menuju ke lantai atas menuju tempat dimana kamarnya berada.

Elena menatap Bryan yang mulai berjalan menjauhinya, dengan segera ia menatap Meldi dan juga Abraham. "Saya permisi." Setelah mengucapkan itu Elena pun berbalik dan segera mengikuti langkah suaminya.

Senyuman mengembang tercetak di wajah Meldi, semoga saja malam pertama anak-nya itu berjalan lancar dan ia berharap segera mendapatkan kabar baik dari Elena.

___

Sampai didepan sebuah pintu berwarna hitam. Bryan terlihat membuka kamar tersebut dan masuk kedalamnya.

Elena yang melihat Bryan masuk pun ikut masuk kedalam kamar itu. Mata Elena membulat takjub menatap tekstur dan dekorasi ruangan yang ia masuki ini.

Ruangan disini terlihat di dominasi oleh warna hitam dan putih, warnanya cukup cocok dan terlihat elegan dikamar ini.

Tak terasa senyuman terbit dibibir Elena. Ia tak menyangka bisa masuk kedalam kamar mewah ini dan akan tidur disini.

"Kau pilih saja akan tidur dimana. Kau boleh tidur di balkon, sofa atau di kasur bersamaku." Bryan berbalik menatap Elena yang masih terdiam ditempatnya.

Apa katanya? dibalkon? memangnya aku kucing apa tidur disana

Elena sedikit mencemooh Bryan didalam hatinya. Wajah kesalnya mulai tercetak di wajahnya.

Keadaan kamar cukup minim cahaya, hanya ada cahaya terang yang berasal dari arah balkon diujung kamar ini. Elena berfikir keras, ia tidak mau tidur bersama pria itu jadi lebih baik ia tidur di sofa. Tapi apa Bryan tidak mau mengalah dengannya? seharusnya pria tidur disofa dan wanita yang tidur dikasur.

"Jika kau ingin tidur bersamaku di kasur tidak masalah, namun jangan salahkan saja jika tanganku tidak bisa diam." ucap Bryan dengan tersenyum miring. Senyumannya nampak terlihat menyeramkan dimata Elena.

"Le-lebih baik aku tidur disofa." Persetanan dengan rasa tak nyaman di sofa nanti yang penting kesuciannya harus tetap terjaga disini, itu pikiran Elena.

Bryan menaikkan sebelah alisnya. "Kau yakin tidak ingin tidur dikasur?"

"Yakin." ucap Elena tetap pada pendiriannya.

"Yasudah kalo begitu," Bryan pun berjalan menuju kearah kasur dan merebahkan tubuhnya disana mengacuhkan Elena yang masih diam.

Elena menatap Bryan yang mulai tertidur di kasur empuknya. Ia menatap sebuah sofa dan meja yang berada didekat tengah-tengah kamar ini.

Karna merasa lelah dan ngantuk Elena pun melangkahkan kakinya menuju sofa tersebut dan duduk disana. Sofa nya cukup besar dan panjang tapi tetap saja pasti jika dirinya tidur disini ia akan merasakan pegal-pegal namun mau bagaimana lagi? ia mencoba saja untuk tidur disini.

Elena merebahkan tubuhnya dengan bantal sofa sebagai tumpuan kepalanya. Udara dikamar ini cukup dingin, apalagi ia masih memakai gaun yang tadi. Karna tak kuat Elena pun memejamkan matanya dan mulai tertidur.

Beberapa menit kemudian terdengar dengkuran pelan dari bibir Elena membuat Bryan membalikkan posisi tidurnya dan menatap Elena yang tidur disana. Bryan mulai bangkit dari tidurnya, ia akan mengganti pakaiannya namun sebelum itu ia mendekat kearah sofa yang ditempati Elena.

Bryan mendekat kearah Elena dan mensejajarkan tubuhnya didepan wajah milik Elena.

Ia terseyum menatap wajah cantik milik Elena. Sejak pertama kali bertemu dirinya menatap wajah ini, wajah yang mampu membuatnya terhipnotis.

Cantik

↔↔↔

Nexttt? jangan lupa dukungannya ya!

Termakasih sudah membaca❤

Sampai jumpa di part selanjutnya, salam manis semuanya😍

1
nissa
cuekin aja mereka na
nissa
tanda merah di leher elena kali
nissa
kasar banget sih mulut nya si brayn
nissa
aduh patah hati nanti si wilson nya
nissa
nah lho ketemu wilson
nissa
yo itu gengsi biasal lah orang kaya
nissa
saba2 elena, walaupun dongkol hati nya
nissa
pasti bahagia elena tenang saja
nissa
iya lama banget sih nikah nya
nissa
sirik aja lo put
nissa
haduh seperti nya brayen cemburu nih sama aiden
nissa
hm,papa sama adik nya brayen tu
nissa
ternyata ramah juga mama nya brayen sama adik nya bryen ya
nissa
mati ketakutan elena, sampai tangan nya dingin
nissa
baik banget hati elena , mau berbagi makanan nya sama yang membutuhkan, sedangkan bryen nya cuek gak oerduli
nissa
hmm ternyata perhatian juga pak dokter sama elena
nissa
bikin kesel bener tu dokter
nissa
dingin amat tu dokter, membuat elina takut saja
nissa
mantap seru nih kayak nya
nissa
duh kenalan tu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!