Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Senada Bak Couple
Jam 08.00 pagi, Lavanya kebingungan. Ia tidak tahu harus memakai baju yang seperti apa? Kebaya? Rasanya tidak mungkin. Sejak semalam Lavanya memikirkan harus memaki baju yang mana.
Ada tiga pilihan warna yang menurutnya pantas untuk dipakai ke acara pernikahan. Tapi antara tiga itu Lavanya bingung menentukan.
"Bismillah," tunjuknya seraya meraih salah satu yang ia tunjuk. Pilihannya jatuh pada salah satu gaun berwarna kuning keemasan.
"Ini sepertinya bagus," gumamnya seraya meraih gaun kuning keemasan berbahan brukat.
"Norak nggak, ya? Tapi, aku nggak ada gaun lain lagi selain tiga ini." Memang diantara tiga warna gaun di depannya, Lavanya lebih memilih warna kuning keemasan. Sedangkan gaun yang dua masing-masing berwarna hijau toska dan biru muda. Keduanya sudah sering digunakan dulu saat pernikahan beberapa temannya.
Akhirnya hati Lavanya mantap memilih gaun warna kuning keemasan dipadu sendal kelom berwarna senada yang satu-satunya ia punya, itupun warisan dari almarhumah ibunya yang masih bagus.
"Ini saja, semoga tidak malu-maluin. Tapi kerudungnya? Kerudungnya krem saja senada dengan warna tas. Masa iya aku harus pakai setelan kuning semua," gumamnya seraya berjalan menghampiri cermin dan mulai bersiap.
"Kerudung krem, gaun kuning, apakah tidak numpang atau norak? Gimana kalau tamu-tamu undangan di temannya Aa si kembar orang kaya semua?" Lavanya mulai muncul rasa tidak percaya diri.
Jam di tangan sudah menapaki angka sembilan, sejak tadi Lavanya hanya duduk terdiam sembari memikirkan suasana di pernikahan temannya Sakala seperti apa.
"Aduh, sudah jam sembilan. Aku harus cepat." Lavanya segera berdandan dan merias tipis wajahnya yang sudah menarik. Matanya yang indah mulai ia kasih sentuhan maskara. Kelopak mata di-touch dengan blush on berwarna krem shimmer tapi tidak terlalu tebal karena takut kelihatan mencolok. Pipi kiri kanan dikasih perona merah muda, sehingga memperlihatkan Lavanya yang fresh bak gadis ABG.
"Semoga tidak malu-maluin." Lavanya menilai dirinya di cermin, menurutnya dandanan minimalisnya kali ini tidak norak atau menor-menor amat. Karena Lavanya sudah bisa sedikit demi sedikit mengaplikasikan make up di wajahnya. Itupun dia pelajari secara otodidak dari media sosial Kutube.
Ting.
"Sudah siap, aku akan turun dan meminta ijin sama ayah kamu untuk menjemputmu."
Sebuah pesan dari Sakala tiba sesaat setelah Lavanya selesai mengeksekusi dandanannya.
"Ya ampun, gawat. Aa si kembar mau meminta ijin sama ayah untuk menjemput aku sekarang. Gimana kalau ayah menganggap kalau Aa si kembar pacar aku? Duhhh, jangan sampai," risaunya seraya buru-buru keluar dari kamar untuk segera berpamitan pada Pak Lutfi sang ayah.
"Assalamualaikum."
Namun ucapan salam dari pemilik suara bariton itu, sudah terdengar jelas di depan. Disambut balasan salam dari Pak Lutfi yang sedikit ngebass.
"Waalaikumsalam."
Membuat langkah kaki Lavanya terhenti di tengah-tengah pintu ruang tengah. Untuk beberapa saat Lavanya tidak akan keluar dulu, ia mau menguping perbincangan Sakala dengan sang ayah.
"Anak ini dengan siapa? Mau mencari siapa?" Pak Lutfi mulai bertanya penuh keheranan. Ada pemuda tampan, rapi, wangi dengan tubuh tegap, rambut cepak rapi dan klimis, tiba-tiba bertamu padanya.
"Mohon maaf, Pak. Saya datang ke sini sengaja ingin menjemput Lavanya. Kami akan ke acara pernikahan teman kami. Apakah Lavanya sudah siap?" tanya Sakala seraya menghampiri Pak Lutfi, tidak lupa memperkenalkan diri dan menyalami tangan ayahnya Lavanya.
"Sakala."
"Silahkan Nak Saka, tunggu sebentar. Saya akan cari Lava ke dalam. Apakah sudah siap atau belum." Pak Lutfi berdiri dari kursi lalu bergegas menuju ke dalam untuk menyusul Lavanya.
Lavanya yang sejak tadi menguping, buru-buru membalikkan badan dan berjalan menjauh dari tempat tadi, lalu kembali berbalik tepat di dekat pintu kamarnya seakan-akan baru saja keluar dari kamarnya.
"Lava, di depan ada yang mencarimu. Apakah itu teman kamu yang semalam kamu bilang itu?" lapor sang ayah seraya menunggu Lavanya mendekat.
"Oh, siapa namanya, Yah?" Lavanya pura-pura tidak tahu.
"Tadi bilangnya Sakala. Dia sepertinya lebih dewasa dari kamu. Seumuran dengan Luki kakakmu agaknya," ujar Pak Lutfi.
"Oh."
"Temui sana cepat. Tidak enak dibiarkan menunggu," ujar Pak Lutfi.
"Jadi, Lava boleh pergi, Yah?" Lavanya masih ragu.
"Pergilah. Tapi hati-hati, ingat pesan ayah. Tapi, ngomong-ngomong apakah kalian sudah janjian, baju kalian senada?" ucap Pak Lutfi mengingatkan, diimbuhi sebuah pertanyaan di akhir kalimat yang membuat Lavanya mengerutkan kening.
"Iya, Yah. Kalau gitu Lava pamit, ya. Assalamualaikum." Lavanya meraih tangan ayahnya lalu diciumnya. Tidak lupa otaknya berpikir memikirkan perkataan ayahnya tadi. Janjian dan pakaian yang senada.
Keduanya berjalan beriringan menuju ruang tamu di mana Sakala sedang menunggu.
Tiba di ruang tamu, Lavanya menatap Sakala dengan sedikit terkejut. Lavanya baru mengerti maksud ucapan ayahnya tadi di dalam.
Begitupun Sakala, dia tersentak sekaligus tersenyum senang, saat melihat gaun yang dipakai Lavanya warnanya senada dengan kemeja yang saat ini dia pakai.
"Aa, sudah lama, A?"
"Tidak, baru lima menit. Baiklah kalau kamu sudah siap, sebaiknya kita segera pergi." Lavanya mengangguk sembari badannya berbalik menghadap sang ayah.
"Kalau begitu, kami pamit dulu Pak. Mohon ijin saya membawa Lavanya," lanjut Sakala memohon ijin. Pak Lutfi mengangguk seraya berjalan mengantar mereka sampai depan.
"Nak Saka, tolong hati-hati ya, bawa mobilnya. Dan, saya mohon, segera antar pulang putri saya setelah acara selesai," ujar Pak Lutfi mewanti-wanti.
"Insya Allah, Pak. Kalau begitu kami pamit. Assalamualaikum." Sakala dan Lavanya berjalan menuju mobil Sakala yang diparkir di depan pagar rumah.
Di dalam mobil keheningan melanda, hanya suara deru mesin mobil dan helaan nafas yang terdengar. Malah sesekali helaan nafas itu kadang teratur kadang juga cepat. Sepertinya salah satu diantara mereka merasa gugup.
"Akhirnya, kamu mau juga pergi. Oh iya ngomong-ngomong gaun yang kamu pakai ini sangat cantik, sesuai dengan orangnya. Dan kompaknya lagi tanpa janjian, warna baju kita kenapa bisa sama? Apakah kamu punya telepati sehingga bisa tahu baju apa yang saya pakai?" oceh Sakala yang membuat Lavanya jengah.
Padahal sudah semalaman Lavanya bingung memilih gaun mana yang akan dia pilih diantara tiga. Kini, Sakala justru menuduhnya punya telepati sehingga bisa tahu pakaian apa yang dia pakai.
"Aa ini sembarangan. Ini hanya kebetulan saja. Tahu begini, lebih baik saya tadi memilih gaun warna merah jambu," protes Lavanya sembari memalingkan muka.
Sakala tertawa kecil melihat Lavanya kesal.
"Baiklah. Maafkan aku. Tapi, sebenarnya aku merasa diuntungkan. Mereka pasti menganggap kalau kita pasangan," celoteh Sakala membuat Lavanya terbelalak.
"Maksud Aa pasangan apa?" kejutnya.
"Kamu maunya apa?" Sakala balik bertanya dan menatap Lavanya. Lavanya diam, dia tidak tahu maunya apa, sebab berada di samping Sakala saja saat ini sudah sangat gugup.
Kalau tahu mantan pacar Seira yang dokter itu lagi dekat dengan adik sepupu Sakala, pasti Seira tambah stres😅
bahwa aa serius ingin menjadikan Lavanya istri.
biar seira mkin gila dia...😂😂😂
org kok gk ada kapok nya...