KISAH CINTA AZZAHRA

Natasha berjalan mengendap menuju pintu ruang kerjanya. Dia tidak ingin mengganggu keasyikan sepasang calon pengantin yang sedang 'bercengkrama' dengan mesranya seolah tidak menyadari kehadirannya di ruangan itu. Sesampainya di pintu dia menarik kunci dan membuka pintu itu secara perlahan lalu menutupnya kembali dengan mengunci Azzahra dan Gavin dari luar sembari kecikikikan.

" Kok dikunci, Bu?" tanya Sinta heran saat bosnya itu mengunci ruang kerjanya sementara di dalam ruangan Natasha masih ada Gavin dan Azzahra.

" Sssttt, biarkan mereka melepas rindu." Natasha mendekatkan jari telunjuk ke dekat bibirnya.

" Maksud Ibu?"

" Kamu tahu pegawai toko florist Ci Lucy tadi? Cantik, kan?"

" I-iya cantik, ibarat kata bidadari dari surga." Sinta berumpama.

" Dia itu calonnya Kak Gavin, makanya kamu jangan coba-coba berani dekati kakak sepupuku, ya!" ancam Natasha.

" Calonnya Tuan Gavin karyawannya Alabama Florist?"

" Dia itu kabur, gara-gara orang tua Azzahra nggak merestui cinta mereka. Makanya mereka janjian di sini mau kabur, mau kawin lari." Natasha berseloroh.

" Sin, aku pinjam seratus ribu, aku lupa dompetku di dalam. Tolong kasihkan ke supir dari toko florist itu. Suruh dia pulang saja, nggak usah nunggu calon kakak iparku." Natasha lalu melenggang menuju kursi sofa yang terletak di depan ruang kerjanya. Dia sengaja menunggu suaminya yang akan menjemputnya makan siang.

Sementara di dalam ruang kerja Natasha, ketegangan masih terjadi antara Gavin juga Azzahra. Sepasang manusia itu layaknya rival abadi, seperti musuh bebuyutan yang tidak akan bisa akur saat bertemu.

Setelah terus berdebat akhirnya mereka menyadari jika hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu.

" Alexa?" Gavin berjalan menuju arah toilet di ruang kerja Natasha. Dia pikir Natasha ada di sana, tapi tak juga dia jumpai adik sepupunya itu.

Azzahra yang melihat Gavin beranjak ke arah toilet dengan langkah tergesa dia menuju arah pintu berniat ingin kabur dari sana. Tapi matanya membulat saat dia dapati pintu ruangan itu terkunci.

" Astaghfirullahal adzim, kok terkunci?" gumam Azzahra mendadak gelisah.

" Mau ke mana lagi kamu?" Gavin yang keluar dari toilet dan mendapati Azzahra sudah berdiri di pintu langsung menodongnya dengan pertanyaan. Tentu saja Gavin menduga jika Azzahra akan kabur lagi.

" Kamu mau kabur lagi? Dan menyusahkan saya kembali? Enak saja!" ketus Gavin.

" Saya ingin kembali ke toko. Saya nggak enak dengan atasan saya jika terlalu lama di sini." Azzahra berucap malas.

" Kamu tidak akan kembali ke sana."

" Mana bisa begitu. Saya ini bekerja di sana."

" Bisa saja. Buktinya Alexa sudah meminta bos kamu itu agar mengijinkan kau resign dari sana."

" Apa?? Resign? Siapa yang akan resign? Saya nggak mau!" Azzahra menentang keputusan yang diambil Gavin dan Natasha.

" Kamu akan kembali ke Bogor dan aku akan meminta pada orang tuamu supaya mereka memasungmu biar kau tidak bisa kabur-kaburan lagi seperti sekarang ini!" tegas Gavin.

" Kau ..." geram Azzahra sementara bola matanya sudah dipenuhi cairan kristal yang siap tumpah ke pipinya.

Gavin lalu berjalan seraya menunjuk ke Azzahra. " Kau, tetap di sini." Kemudian lengan kokohnya mengeser tubuh Azzahra yang berdiri di depan pintu hingga membuat Azzahra hampir terjatuh.

Gavin melirik ke arah Azzahra seraya mengangkat sedikit dagunya dengan jumawa lalu dengan percaya diri dia memutar knop pintu ruangan Natasha. Namun tak lama Gavin mengerutkan keningnya saat dia merasa kesusahan untuk membuka pintu itu. Gavin kembali menoleh ke Azzahra yang sedang mencebikkan bibirnya.

" Kau sengaja mengunci pintunya, ya?! Kemarikan kuncinya!" Gavin mengulurkan tangannya meminta kunci yang dia pikir disembunyikan Azzahra.

Azzahra tidak menjawab hanya air mata yang mulai menetes membasahi pipinya.

" Malah nangis, cengeng sekali." Gavin mencibir. " Pantas saja Yoga tidak melirikmu sama sekali, wanita aneh, wanita cengeng!"

Kekesalan Azzahra semakin membuncah sangat mendapati cibiran dari Gavin. Akhirnya dengan cepat dia mengambil cushion sofa lalu memukuli Gavin dengan sekuat tenaga.

" Dasar manusia menyebalkan!! Pergi sana yang jauh dan jangan pernah muncul lagi di hadapan saya! Saya benci kamu!! Manusia menyebalkan!!" pekik Azzahra geram terus memukul tubuh Gavin dengan bantal sofa itu.

Walaupun menghadapi seorang wanita tapi Gavin merasa kewalahan dengan serangan yang terus Azzahra lancarkan terhadapnya.

" Hei, perempuan bar-bar, hentikan!!" Gavin mencoba menghindari pukulan dari Azzahra. Lalu dia mencengkram lengan Azzahra hingga Azzahra menghentikan aktivitasnya karena lengannya yang dicengkeram kuat tangan Gavin.

" Aakkhh sakit ...!!" pekik Azzahra mencoba melepaskan tangannya dari belitan telapak tangan Gavin.

" Rasakan! Itu balasan untuk orang yang dzolim terhadapku." Seringai tipis kini tercetak di sudut bibir Gavin.

" Lepaskan saya!!" Azzahra terus berusaha memohon agar Gavin melepaskannya.

" Silahkan kalau kau bisa melepaskan tanganmu ini." Gavin terasa enggan melepaskan Azzahra begitu saja.

Azzahra yang merasa kesal karena Gavin tak juga melepaskan tangannya akhirnya dia berpikir untuk balik melukai tangan Gavin. Azzahra kemudian menggigiit tangan Gavin yang mencengkram erat tangannya hingga membuat Gavin meringis kesakitan

" Aaarrrgghh ... si*al, apa yang kau lakukan wanita bar-bar?!" geram Gavin memegang tangannya yang digigit Azzahra. Dia bahkan melihat bekas gigitan Azzahra itu tercetak di tangan kekarnya.

" Si*al ...!! Gigi kamu ini pasti mengandung bakteri dan pasti menyebarkan virus. Mesti saya cuci bersih biar virusnya tidak menyebar ke tubuh saya."

" Iya, memang! Gigi saya bukan saja mengandung bakteri dan virus tapi juga mengandung racun. Siapa yang habis terkena gigitannya nggak sampai setengah hari pasti akan mati mengenaskan." Azzahra benar-benar sudah kesal karena ulah Gavin.

Gavin membulatkan matanya mendengar kalimat yang sengaja dilontarkan untuk menakutinya.

" Kalau saya mati karena racunmu. Kamu pun akan mati di tanganku. Nanti arwahku akan datang mengejarmu." Gavin lalu mengangkat tangannya dan mengarah ke leher Azzahra.

" K-kamu mau apa?!" Azzahra mundur ke belakang saat melihat Gavin terlihat hendak mencekiknya.

" Saya tidak akan membiarkan kamu hidup tenang. Saya akan terus menghantuimu sampai mati karena ketakutan." Gavin terus berjalan maju mendekati Azzahra.

" Rara ... temani saya, Rara. Saya kesepian minta. kamu temani, Rara ..." Gavin terus menakuti Azzahra dengan tangan yang terus terarah ke leher Azzahra yang tertutup hijab.

Azzahra yang melihat Gavin terus mendekatinya membuat dia pun mundur ke belakang hingga akhirnya tersudut di sisi meja kaca sofa dan tubuhnya kehilangan keseimbangan hendak terjerembab ke meja kaca itu namun tangan Gavin dengan cepat merengkuh dan menarik tubuh ramping Azzahra hingga akhirnya Gavin jatuh terduduk di sofa dengan tubuh Azzahra yang berada di atasnya. Saat ini jarak mereka berdua terlihat sangat in*tim. Gavin menatap Azzahra yang sedari tadi memejamkan matanya. Wangi feminim dari kulit Azzahra menyeruak ke dalam Indra penciumannya. Azzahra yang merasakan tubuhnya tak terjatuh di kaca pun perlahan mulai membuka matanya. Dan bola matanya langsung membulat sempurna saat mendapati Gavin yang kini berada di bawah tubuhnya.

Ceklek

Saat Gavin dan Azzahra belum merubah posisinya tiba-tiba pintu terbuka lalu muncullah Natasha dan Prayoga dari balik pintu.

" Rara ...?"

" Oh astaga, ditinggal sebentar saja kalian sudah hampir berbuat mesum," celetuk Natasha melanjutkan perkataan suaminya yang terlihat syok mendapati posisi Gavin dan Azzahra yang terlihat sangat in*tim.

*

*

*

Bersambung

Happy Reading❤️