Ternyata, Aku Bukan Istri Pertama.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

"Coba buka lemarinya, Ra," titah Reza pada Melisa saat mereka sudah masuk kedalam kamar.

Melisa hanya mengangguk, ia berjalan mendekat kearah benda berpintu tiga itu, dibukanya pelan dan lebar hingga semua isinya jelas terlihat.

"Iya, ini pakaian Ola, Mas. Ini gamis, hijab dan cadarnya," jawab wanita baya itu yang nampak kaget meski ia sudah mempersiapkan kenyataan buruk tentang cucu kesayangannya tersebut.

Tak puas dengan isi lemari, Melisa pun melanjutkan langkahnya ke meja rias. Disana ada parfum, lotion dan skincare milik Ola juga. Melisa juga hafal akan hal itu karna selama ini cucunya sudah nampak cantik tanpa make-up berlebih.

"Mereka pisah kamar, Mas." Melisa menoleh sambil menggigit bibir bawahnya agar tak menjatuhkan air mata.

"Hem," sahut Reza yang hanya berdehem lalu merentang tangan meminta Khumairahnya itu masuk kedalam dekapannya.

.

.

Lain Melisa, lain hal juga dengan Aurora. Ia yang duduk ditepi ranjang masih mengelus kepala Sang Suami yang berada diatas pangkuannya sambil terisak pelan.

"Maaf," ucap Leo lagi yang entah sudah keberapa kalinya.

'Sudah, Mas. Aku selalu memaafkanmu."

"Kenapa? kenapa sebegitu baiknya dirimu, La?" tanya Leo yang sebenarnya untuk dirinya sendiri.

"Jangan tanya kenapa, karna yang ku tahu, antara Cinta dan Bodoh itu beda tipis," kekeh Aurora sembari menghapus air mata dikedua pipi Pria halalnya saat mendongak kearahnya.

"La--"

"Jangan pikirkan aku, aku memang bodoh terlalu cepat jatuh cinta padamu. Jatuh cinta pada sosok suami yang memang seharusnya ku lakukan demi utuhnya sebuah pernikahan," ucapnya tersenyum kecil.

Leo bangun dari duduknya dilantai, lalu menarik tubuh Aurora masuk kedalam pelukannya.

"Benci aku, aku pantas mendapatkannya. Aku yang terlalu egois tak seharusnya menikmati cinta tulusmu, La."

"Jangan buat aku berpikir jika aku sudah jatuh cinta pada orang yang salah, Mas." sahut Aurora.

Kini waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Keduanya pun memilih untuk beristirahat karna entah esok apa yang harus dilakukan untuk menutupi serpihan luka pernikahan mereka.

"Aku bisa tidur dilantai, La," ucap Leo yang langsung dicegah. Kamarnya memang tak memiliki sofa panjang jadi satu-satunya pilihan tentu hanya lantai.

"Tak perlu, tidurlah di sampingku."

Pasangan itupun akhirnya terlelap disatu ranjang dan selimut yang sama. Tak ada yang mereka bicarakan lagi sampai rasa kantuk benar-benar sudah menyerang keduanya.

Dan hingga pagi menjelang, Aurora yang bingung karna tak ada baju ganti hanya mondar mandir didalam kamar mandi setelah ia membersihkan diri.

Ceklek.. ceklek.. ceklek

"La," panggil Leo dari balik pintu sambil terus mencoba membuka karna khawatir istrinya tak kunjung keluar.

"I--ya, Mas."

"Kamu kenapa?" tanya Leo, ia mengernyitkan dahi saat melihat Aurora yang hanya memakai handuk berdiri tepat di depannya.

"Aku gak ada baju, Mas."

Leo terkekeh kecil, kedatangan Appa dan Amma memang sedikit merepotkan bagi mereka.

"Ayo, nanti kamu masuk angin," ucap Leo sambil menarik tangan Sang istri kearah ranjang.

Leo memberikan kaos oblongnya untuk dipakai sementara oleh Aurora.

"Pakai ini dulu, akan ku pesankan baju untukmu," titah Leo.

Aurora yang nampak ragu tetap meraihnya, tak ada, pilihan lain apalagi rasa dingin seolah menusuk hingga tulangnya.

"Bisa putar badanmu?"

"Ck, kenapa?" goda Leo.

"Jangan macam macam," ancam Aurora yang sorot matanya begitu tajam menatap Leo.

"Kamu pikir aku berani?"

Leo sedikit menggeleng kan kepalanya lalu membalikkan tubuhnya membelakangi istri sahnya tersebut.

"Sudah, terimakasih," ucap Aurora yang sontak membuat Leo menoleh.

Ia tersenyum sambil meraih handuk yang disodorkan Aurora.

Wanita itu duduk di ranjang dengan menutupi bagian bawah tubuhnya dengan selimut tebal.

Seumur hidupnya baru pagi ini ia tampil berbeda didepan sosok pria meski itu halal baginya.

.

.

Hampir enam puluh menit, akhirnya Aurora bisa bernapas lega saat Leo memberikannya paperbag berisi gamis dan hijab. Ia tentu langsung memakainya dan keluar dari kamar.

Senyum terukir di wajah cucu perempuan Rahardian saat melihat gajah dan pawangnya.

"Kamu sakit, sayang?" tanya Melisa saar Aurora bermanja dalam dekapan wanita baya itu.

"Enggak, cuma kesiangan," jawabnya sambil terkekeh.

"Kesiangan karna keenakan?" goda Reza yang gelak tawanya sampai menggema keruang tengah yang tak terlalu besar itu.

Siapa sangka, apa yang diucapkan Tuan Besar Rahardian itu mampu membuat Leo maupun Aurora salah tingkah secara mendadak.

"Appa...," seru cucu cantiknya yang kini merona kedua pipi putih mulusnya.

Reza yang masih terkekeh langsung menoleh kearah Leo yang masih menundukkan wajahnya.

"Leo," panggil Reza agar pria itu mau bertatap mata dengannya.

"Iya, Appa."

.

.

.

Jika kamu menyakiti hati seseorang dan dia masih menghormati serta tetap berbicara baik padamu, percayalah, orang itu benar-benar tulus mencintaimu....

kalian nanya, "Emang ada wanita se sebar Ola?

jawabnya, jelas ada!!

Siapa??

Diriku 🤣🤣🤣 kurang sabar apa coba nunggu di cium gajah tapi gak dapet2 😭😭😭😭