Arinsa, sorang dokter residen tahun ke-4 meninggal karena kelelahan. Tapi dia tiba-tiba membuka matanya dan melihat suasana yang jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya.
" Weeeh dimana ini, bukannya aku sudah mati? Beeeuh diiiingiiin."
Awalnya Arinsa tidak bisa mengetahui situasi nya hingga dia mendapatkan semua ingatan dari tubuh ini.
" Putri terbuang, dasar bajingan. Mereka yang tidak bisa mengendalikan kelaminnya tapi anak yang jadi korban. Tenang saja Arinsa, nama kita sama-sama Arinsa. Aku akan membalas semua rasa sakit hatimu. Dan kamu bisa istirahat dengan tenang. Kerajaan ini, akan aku hancurkan dengan tanganku."
Bagaimana cara Arinsa bertahan hidup dengan status barunya sebagai Putri Arinsa De Rouglas?
Dan bagaimana cara dia membalas dendam pemilik tubuh asli yang sudah diabaikan oleh keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAP 12
Sepajang perjalanan, Arinsa banyak mendengar cerita dari Gilman. Dan semua cerita itu belum pernah ia dengar sebelumnya. Ini berarti pemilik tubuh asli pun belum pernah mendengarkannya. Semua itu karena Arinsa merasa sangat asing dan tidak mengingat apapun.
" Maaf Rin, untuk malam ini kita harus bermalam di sini. Bersukur cuacanya sedang tidak terlalu dingin."
" Tidak masalah Paman, sekuat tenaga kita menghindari perjalanan malam melewati hutan, tentu tidak bisa karena hutan di berbagai wilayah memang banyak dan luas."
Gilman mengangguk, memang seperti itulah keadaannya. Sebisa mungkin mereka mengindari hutan, tetap saja akan melewatinya.
Meskipun udara malam ini tidak terlalu dingin, Gilman tetap menyalakan api unggun. Namun tidak lama kemudian Gilman mematikannya. Mereka harus hati-hati dengan datangnya bandit atau hewan buas. Mungkin bagi Gilman akan biasa saja, tapi pasti tidak dengar Arinsa. Seperti itulah isi kepala Gilman.
Dan pada akhirnya, Gilman meminta Arinsa untuk tidur di dalam kereta saja alih-alih di luar.Selain lebih hangat juga lebih aman.
Sraak sraak
Gilman yang baru saja bisa memejamkan matanya langsung terjaga. Dia memicingkan matanya dan menajamkan pendengarannya. Itu jelas sekali merupakan suara ranting dan dedaunan kering yang diinjak.
" Sial," gumam Gilman lirih. Dia menarik pedang secara perlahan dan bersiap untuk melawan. Entah hewan ataupun manusia, dia akan menghadapinya.
Krieeet
" Gilman, sepetinya ada yang datang."
" Rin, seharusnya kamu tetap di dalam saja."
Arinsa menggelengkan kepalanya, ia tahu bahwa ada sesuatu yang mendekat. Maka dari itu dia bangun dari tidurnya. Arinsa dulu sering sekali tidur hanya sebentar. Karena dia berjaga di rumah sakit yang mana sewaktu-waktu ada pasien datang.terlebih dia bertugas di ruang gawat darurat. Tidak peduli jam berapa, dia harus siap.
Kebiasaan itu ternyata bermanfaat sampai detik ini. Telinganya menjadi peka.
Srak srak srak
Suara dedaunan kering yang diinjak semakin mendekat. Meskipun dari suaranya terdengar hati-hati, baik Gilman maupun Arinsa tetap bisa mendengarnya dengan jelas.
" Tetap berada di sisiku."
Arinsa mengangguk, dia mungkin bisa sedikit bela diri namun dia tidak bisa menggunakan pedang sama sekali. Jadi jika nanti yang menyerang adalah manusia dengan senjata, mungkin Arinsa akan sedikit kesulitan. Tapi setidaknya dia tidak terlalu membebanu Gilman.
" Aku harus belajar pedang dari Gilman setelah ini," ucap Arinsa lirih.
" Hohoho, kita punya dua tikus yang sedang ketakutan di sini. Sebaiknya, mau diapakan ya?"
Gilman sedikit lega karena yang muncul adalah manusia dan bukannya hewan buas. Setelah dihitung setidaknya ada 5 orang disana. Tubuh mereka standar, dalam artian bukan yang besar-besar atau kecil.
" Sebaiknya cepat berikan barang-barang kalian, jadi kami tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga."
Sunyi, Gilman sama sekali tidak bicara pun dengan Arinsa. Keduanya tidak mau mengeluarkan kata-kata yang percuma atau hanya sekedar memprovokasi para bandit tersebut.
" Apa mungkin mereka ini bisu?"
" Tck, jangan kebanyakan bicara. Kita habisi saja dan ambil barang-barangnya."
Gilman mencengkeram erat pedangnya dan siap untuk mengibaskan nya. Sedangkan Arinsa, dia audah siap dengan kuda-kudanya. Semoga dia bisa sedikit membantu nantinya.
Hiyaaaa
Sring
Dugh dugh dug
Bugj bugj
Akhirnya pertarungan terjadi juga. Gilman berusaha melakukan dengan cepat agar mereka bisa segera pergi dari sini. Gilman khawatir, jika kawanan mereka yang lain akan datang. Jika itu terjadi maka akan menjadi sebuah kesulitan dalam menghadapi mereka.
Hiyaaa
Bugh dugh
Arghhh!
" Sialan, dasar jalang! Awas kau!"
Arghh
Jleb
Meskipun sedikit kewalahan tapi Arinsa sedikit bisa membantu Gilman dalam menghajar yang lainnya.
" Waaah, Anda hebat Yang~ maksud ku Rin. Ayo kita segera pergi dari sini."
" Baik Paman."
Dengan terengah-engah karena lelah, Arinsa segera naik ke kereta. Gilman lalu memacu keretanya dan berjalan sejauh mungkin yang dia bisa meninggalkan para bandit yang berhasil mereka kalahkan itu.
Meskipun gelap, namun beruntung ada cahaya bulan. Sehingga mereka masih bisa melihat jalanan.
Kiiiiiiik
Kuda meringik saat Gilman menghentikan kereta kudanya. Mereka sampai di sebuah kerjaan kecil lainnya.
" Kita sudah sampai di sini. Mungkin paling lambat lusa kita akan sampai di kekaisaran. Kita istirahat dulu sambil menunggu pagi lalu kita bergerak dengan cepat."
" Baik."
Arinsa masuk ke dalam kereta, dan hanya dalam hitungan detik saja dia sudah tertidur pulas. Rasa lelah begitu menggelayut karena semalaman dia memang tidak bisa tidur.
Berbeda dengan Gilman yang memang sudah biasa terjaga. Rupanya mau seperti apa pun, tubuh Arinsa memang sedikit lemah di sini. Dan Itu yang membuatnya sangat lelah.
" Sejak kapan Yang Mulia Putri berlatih ilmu bela diri, dan dengan siapa beliau berlatih. Dari gerakannya, dia sama sekali tidak kaku. Tapi bagus, paling tidak beliau mampu melindungi diri sendiri."
Hari mulai terang, matahari pun juga mulai muncul. Tanpa dibangunkan Arinsa sudah bangun lebih dulu. Ia merasa segar meksipun tubuhnya sedikit mengalami kaku-kaku.
" Tubuh ini beneran lemah, kayaknya aku harus lebih banyak berolah tubuh mulai saat ini."
Tok tok tok
" Run, ini sarapanmu."
" Oh, terimakasih Paman. Apakah sekarang kita akan berangkat?"
Gilman mengangguk, sembari memakan sarapannya, ia memacu kereta kudanya. Dia ingin segera sampai. Agar sang putri bisa beristirahat lebih banyak dan nyaman di penginapan sebelum pesta di istana di mulai.
Dan waktu bergulir dengan cepat, kekaisaran Sein sudah di depan mata. Baik Gilman maupun Arinsa tampak senang karena mereka sampai sehari lebih awal sebelum pesta dansa di mulai.
" Mari kita pergi ke penginapan, Tian Putri. Saya akan membawa barang-barang Anda. Dan untuk kereta kuda ini, akan saya titipkan. Tapi bagaimana kita akan pergi ke Istana besok?"
" Kita akan menyewanya, kemarin saat pelayan di kirimkan ke kastel. Aku menerima sejumlah koin emas. Itu akan cukup untuk menyewa kereta kuda. Untuk gaun, kan sudah ada. Nanti tinggal di pas kan saja."
Gilman mengangguk paham, setelah turun dari kereta, dia berjongkok lalu mengambil sesuatu di kolong kereta. Rupanya disana lah mereka menyimpan pakaian dan barang lainnya. Pakaian kesatria milik Gilman, dan gaun milik Arinsa tersimpan baik dibawah kereta, jadi kesatria penjaga pintu Kerajaan Rou tidak menemukannya.
" Oh iya. Pasti Ariga juga ada di sini, kita harus hati-hati agar tidak ketahuan sampai pesta berlangsung. Aku malas berurusan dengannya, nanti akan membuat mood maksudku suasana hatiku menjadi buruk."
" Saya paham, Yang Mulia."
Keduanya berjalan, mencari penginapan yang baik dna layak. Tidak perlu mewah karena malah bisa jadi nanti bertemu orang-orang yang tidak diharapkan.
Bruk!
Tanpa sadar, atau lebih tepatnya karena sedikit melamun, Arinsa menabrak seseorang saat tengah berjalan. Dari pakaiannya bisa diketahui mereka berdua adalah bangsawan tinggi. Meskipun tidak ada kesatria penjaga di sisinya, namun jarak beberapa meter mereka sungguh siap sedia serta waspada.
Ini akan jadi maslah jika berurusan dengan bangsawan saat Arinsa tengah berpenampilan seperti rakyat biasa.
" Ma-mafkan saya Nyonya dan Nona. Sa-saya sungguh minta maaf karen akurang berhati-hati saat berjalan." Arinsa langsung membungkukkan tubuh serendah mungkin untuk menunjukkan ketulusan. Dalam hati dia memohon semoga bangsawan yang ia temui ini bukan tipe yang arogan.
" Saya minta maaf Nyonya dan Lady, keponakan saya baru pertama kali kemari jadi masih belum paham jalanan sehingga berjalan sembarangan. Semoga Nyonya dan Lady memberi maaf." Gilman menambahi, mereka jelas tidak boleh terlibat apapun.
" Tidak masalah, tegakkan tubuhmu Nak. Setiap orang bisa salah. Dan jalanan ini milik umum, jadi jangan terlalu merasa bersalah. Baiklah silakan lanjutkan perjalananmu."
" Baik terimakasih. Terimakasih, Nyonya."
Gilman dan Arinsa saling pandang lalu bernafas lega. Mereka laku berjalan menuju tempat tujuannya.
TBC
semangat Arin demi cita-cita membangun negeri impian /Determined/
seperti othor yang tetap semangat untuk update, semoga selalu sehat dan bahagia /Kiss/
sudah dikasih yang manis-manis hingga bikin meleleh, nah sekarang saatnya tegang, semoga jantung aman.../Slight/