NovelToon NovelToon
Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Karyawanku Bahagia, Aku Menguasai Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Anak Lelaki/Pria Miskin / Slice of Life / Menjadi Pengusaha
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

"Apa gunanya uang 100 Miliar jika tidak bisa membeli kebahagiaan? Oh, tunggu... ternyata bisa."
Rian hanyalah pemuda yatim piatu yang kenyang makan nasi garam kehidupan. Dihina, dipecat, dan ditipu sudah jadi makanan sehari-hari. Hingga suatu malam, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[Sistem Kapitalis Bahagia Diaktifkan]
[Saldo Awal: Rp 100.000.000.000]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31: Di Antara Hidup dan Mati

Parkiran Instalasi Gawat Darurat RS Pusat Pertamina.

Pukul 14.15 WIB.

Suasana di depan rumah sakit itu menyerupai medan perang. Tenda-tenda darurat berwarna oranye didirikan di area parkir aspal yang panas. Ratusan pasien berjejalan, sebagian terbaring di velbed, sebagian hanya duduk di kursi roda, bahkan ada yang tergeletak beralaskan kardus.

Suara tangisan keluarga pasien bersahutan dengan bunyi sirine ambulans yang tak henti-hentinya datang.

Mobil Alphard Rian berhenti mendadak di depan gerbang yang dijaga ketat oleh satpam dan tentara.

Maaf Pak, penuh! Penuh! Cari rumah sakit lain! teriak seorang satpam dengan wajah lelah, menghadang mobil Rian.

Pak Teguh membuka kaca jendela. Wajahnya garang. Minggir! Kami bawa logistik medis darurat!

Satpam itu ragu sejenak melihat mobil mewah tersebut, tapi kemudian menggeleng. Tidak bisa Pak, oksigen habis. Dokter sudah tumbang tiga orang. Kami tidak menerima pasien baru.

Rian tidak sabar. Ia membuka pintu mobil dan melompat keluar. Ia berlari menerobos barikade, mengabaikan teriakan satpam. Matanya menyapu lautan manusia yang menderita itu, mencari sosok yang ia kenal.

Di pojok area parkir, di dekat sebuah ambulans tua yang mesinnya mati, Rian melihatnya.

Bu Ningsih terbaring di atas tandu lipat. Wajahnya yang biasanya cerah dan penuh senyum keibuan, kini pucat pasi. Bibirnya membiru gelap. Napasnya tersengal-sengal, pendek dan cepat, seperti ikan yang ditarik dari air. Di sampingnya, Rudi duduk bersimpuh sambil menangis, memegang tabung oksigen kecil yang sudah kosong.

Rudi! teriak Rian.

Rudi menoleh. Wajahnya basah oleh air mata. Bos... Ibu, Bos... Oksigennya habis... Dokter nggak ada yang mau periksa...

Rian jatuh berlutut di samping tandu. Ia memegang tangan Bu Ningsih. Dingin. Dingin sekali.

Bu... Rian di sini, Bu, bisik Rian, suaranya bergetar.

Bu Ningsih membuka matanya sedikit. Tatapannya kabur, tapi ia mengenali Rian. Bibirnya bergerak tanpa suara, membentuk kata: Ma...kan...

Bahkan di ambang kematian, wanita ini masih memikirkan apakah Rian sudah makan atau belum.

Hati Rian rasanya diremas hancur. Kemarahannya pada dunia, pada virus ini, pada ketidakberdayaan uangnya, meledak. Ia punya triliunan rupiah, tapi uang tidak bisa membeli napas.

Sistem! bentak Rian dalam hati. Apa yang harus gue lakukan?!

[ANALISIS KONDISI TARGET: NINGSIH]

[Status: Hipoksia Kritis (Kekurangan Oksigen Akut)]

[Kerusakan Paru: 80%]

[Estimasi Waktu Bertahan: Kurang dari 10 Menit]

[Saran: Gunakan VITALITA KONSENTRAT (High Grade) dikombinasikan dengan SALEP REGENERASI SEL (Oleskan di dada untuk merangsang sel paru).]

Rian merogoh tas yang dibawanya. Ia mengeluarkan botol kaca kecil berisi cairan hijau pekat bersinar (Vitalita Konsentrat) dan sisa Salep Regenerasi dari inventaris lamanya.

Rudi, pegang kepala Ibu. Buka mulutnya dikit, perintah Rian.

Rudi menurut meski bingung.

Rian meneteskan cairan hijau pekat itu ke mulut Bu Ningsih. Cairan itu kental, perlahan masuk ke tenggorokan.

Telan, Bu... tolong telan... mohon Rian.

Bu Ningsih tersedak sedikit, tapi refleks menelannya.

Setelah itu, Rian dengan cepat membuka sedikit kancing atas baju Bu Ningsih, lalu mengoleskan salep transparan ke area dadanya, tepat di atas paru-paru.

Sembuh... ayo sembuh... gumam Rian seperti mantra.

Satu menit berlalu. Tidak ada perubahan. Napas Bu Ningsih makin lemah.

Dua menit. Tubuh Bu Ningsih kejang pelan.

Bos... Ibu nggak napas! teriak Rudi panik.

Jantung Rian berhenti. Monitor EKG di ambulans sebelah yang kebetulan menyala berbunyi nyaring. Tiiiiiit...

Tidak. Tidak boleh.

Rian meletakkan tangannya di dada Bu Ningsih. Ia tidak peduli pada orang-orang di sekitar yang menonton. Ia memejamkan mata, memusatkan seluruh kehendaknya.

Sistem! Ambil Poin Kebahagiaan gue! Ambil semuanya! Gue nggak butuh poin! Selamatkan dia!

[PERINGATAN: Konversi Poin ke Energi Vital adalah fitur terlarang yang berisiko merusak tubuh Host.]

[Apakah Anda yakin?]

AMBIL!

[Konversi Disetujui. Mengorbankan 10.000 Poin Kebahagiaan untuk 'Vitality Surge'.]

Tiba-tiba, telapak tangan Rian terasa panas membara. Cahaya keemasan samar memancar dari tangannya, menembus dada Bu Ningsih. Energi hangat mengalir deras, memaksa sel-sel paru yang mati untuk hidup kembali.

UHUK!

Bu Ningsih tersentak bangun. Dia batuk keras. Sekali, dua kali, tiga kali.

Dari mulutnya keluar dahak hitam pekat.

Lalu, dia menarik napas panjang. Rakus. Dalam.

Dada yang tadinya diam itu kini naik turun dengan irama yang kuat. Warna biru di bibirnya perlahan memudar, berganti menjadi merah muda pucat.

Bu Ningsih membuka mata. Kali ini tatapannya fokus. Dia melihat Rian yang berkeringat deras dan wajahnya pucat (efek samping transfer energi).

Mas Rian... kok nangis? tanya Bu Ningsih lirih, suaranya parau tapi jelas.

Rian lemas. Ia merosot ke aspal, lalu tertawa sambil menangis. Ia memeluk kaki Bu Ningsih.

Ibu hidup... Ibu hidup...

Rudi ikut menangis meraung-raung, kali ini tangisan bahagia. Pak Teguh yang berdiri menjaga mereka dari kerumunan mengusap sudut matanya yang basah.

Keajaiban itu disaksikan oleh seorang dokter muda yang kebetulan lewat. Ia melongo melihat pasien yang tadi sudah ia vonis 'harapan tipis' tiba-tiba bisa bicara lancar.

Apa yang kamu kasih tadi? tanya dokter itu, mendekat ke Rian. Obat apa itu?

Rian berdiri perlahan. Kepalanya pening luar biasa, tapi tatapannya tajam.

Itu VITALITA, Dok. Versi konsentrat, jawab Rian.

Dokter itu terbelalak. Minuman lima ribuan itu?

Rian mengangguk. Ia menatap tenda-tenda darurat di sekelilingnya. Ribuan orang masih sekarat. Ia baru menyelamatkan satu orang, tapi masih banyak ibu-ibu lain, ayah-ayah lain, yang sedang bertaruh nyawa.

Rian mengambil HP-nya. Menelepon Pak Gunawan di pabrik.

Halo, Pak Gunawan.

Iya, Pak Rian?

Naikkan kapasitas produksi Vitalita jadi 24 jam non-stop. Jangan ada mesin yang mati. Dan satu lagi... kirimkan truk tangki berisi Vitalita cair ke RS Pertamina dan RS Rujukan lainnya sekarang juga. Gratis.

Gratis, Pak? Itu ribuan liter...

Nyawa rakyat nggak ada harganya, Pak. Lakukan.

Rian menutup telepon. Ia menoleh ke Pak Teguh.

Pak, bawa Ibu pulang ke apartemen. Di sini nggak aman. Biar saya dan dokter ini yang urus sisanya di sini.

Rian menatap dokter muda itu.

Dok, saya punya ribuan liter suplemen peningkat imun yang sedang jalan ke sini. Saya butuh relawan untuk membagikannya ke pasien. Dokter bisa bantu saya?

Dokter itu menatap Rian—seorang konglomerat muda yang baru saja menyelamatkan ibunya dan kini mau menyelamatkan orang lain. Rasa lelah di mata dokter itu hilang, berganti semangat baru.

Saya bantu, Pak. Mari kita selamatkan mereka.

Sore itu, di tengah keputusasaan wabah Flu Biru, sebuah harapan baru muncul di parkiran rumah sakit. Bukan dari pemerintah, bukan dari WHO, tapi dari seorang pemuda penjual nasi yang tidak tega melihat orang lain kelaparan—dan kini, tidak tega melihat orang lain kehabisan napas.

[TING!]

[Prestasi Terbuka: The Savior]

[Efek: Reputasi Anda di mata Tenaga Medis menjadi 'Dihormati'. Kecepatan pemulihan Poin Kebahagiaan meningkat 200% saat melakukan aksi kemanusiaan.]

Rian tersenyum tipis. Perang dagang sudah lewat. Sekarang adalah perang kemanusiaan. Dan Rian baru saja memenangkan pertempuran pertamanya.

1
Purbalingga Jos
jangan kelamaan thor
Sukma Firmansyah: adohhhh, kopinya mana kopinyaaaa
biar author semangat wkwkwkkww
total 1 replies
Paulina al-fathir
wiiihh ceritamu memang the best lah 👏👏👏🤩🤩👍👍
Purbalingga Jos
jangan kelamaan dong
Sukma Firmansyah: baik diusahakan
total 1 replies
Paulina al-fathir
bagus banget ceritanya 😍😍smpi deg2an bacanya.mantap 👍💪
Denn King
gasss thorrr
Purbalingga Jos
lanjuuut donk
Travel Diaryska
mantull
Travel Diaryska
ini ceritanya bagus banget, tolong dilanjutin sampe tamat ya thorr🙏✨
Sukma Firmansyah: terimakasih atas support nya, jangan lupa like dan vote
agar author tetap semangat
total 1 replies
DREAMS
ini dilanjutkan atau sampai sini aja?
Sukma Firmansyah: baik
dibantu like/upvote
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!