Alana Xaviera merasa seperti sosok yang terasing ketika pacarnya, Zergan Alexander, selalu terjebak dalam kesibukan pekerjaan.
Kecewa dan lapar akan perhatian, dia membuat keputusan nekad yang akan mengubah segalanya - menjadikan Zen Regantara, pria berusia tiga tahun lebih muda yang dia temui karena insiden tidak sengaja sebagai pacar cadangan.
"Jadi, statusku ini apa?" tanya Zen.
"Pacar cadangan." jawab Alana, tegas.
Awalnya semua berjalan normal, hingga ketika konflik antara hati dan pikiran Alana memuncak, dia harus membuat pilihan sulit.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19 :TCB
Ruangan apartemen terasa begitu sunyi dengan Alana yang berdiri termenung di dekat jendela kaca besar. Matanya menerawang jauh, menatap pemandangan kota yang diterangi lampu-lampu terang.
Zergan melangkahkan kakinya mendekat, melingkarkan kedua tangannya di pinggang Alana, memberikan pelukan hangat dari arah belakang. Malam ini setelah acara makan malam romantis, dia sengaja membawa Alana ke apartemen yang baru saja dibelinya beberapa waktu lalu untuk ditunjukkan pada Alana.
"Bagaimana? Kamu suka?" tanya Zergan.
"Terimakasih, tapi aku tidak bisa menerima ini sekarang." jawab Alana dengan suara pelan. "Masih ada hal yang perlu aku pertimbangkan."
"Tidak masalah, kamu tidak perlu memikirkan tentang itu. Setelah menikah nanti, kita bisa tinggal disini jika kamu mau." Zergan mengeratkan pelukannya, mencium wangi tubuh Alana yang membuatnya selalu rindu.
Bibir Zergan yang mulai bergerak menciumi lehernya membuat Alana merasa tidak nyaman, dia berusaha melerai tangan Zergan dari perutnya tapi Zergan enggan melepaskannya dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Zergan, kita pulang sekarang," ajak Alana masih dengan usahanya melepaskan tangan Zergan.
"Aku merindukanmu, Alana." Zergan melerai tangannya, membalikkan tubuh Alana menghadapnya. "Aku ingin menghabiskan malam ini berdua saja denganmu."
Alana menahan dada Zergan dengan kedua tangannya saat Zergan mendekatkan wajah kearahnya, "Aku ingin pulang sekarang." tekannya.
"Alana, tunggu!" diraihnya lengan Alana dengan kuat saat wanita itu hendak melangkah pergi. "Sebenarnya ada apa denganmu?"
"Sejak aku kembali sikapmu sangat berbeda, kamu terkesan dingin dan terus menghindariku. Ada apa? Apa ada yang kamu sembunyikan dariku?" Zergan menatap Alana lekat.
"Aku hanya merasa lelah." jawab Alana, mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Aku ingin pulang, Zergan."
Zergan menghela napas panjang, sebenarnya malam ini dia ingin menghabiskan malam panjang bersama dengan kekasihnya. Tapi sepertinya Alana sedang tidak bisa untuk diajak bekerjasama.
"Baiklah, kita pulang sekarang," jawab Zergan akhirnya.
-
-
-
Zen yang sedang duduk di bangku tunggu segera berdiri saat melihat Karina keluar dari ruang rawat putrinya. Beberapa waktu lalu dokter sudah memeriksa kondisi Kayla dan sekarang Kayla sudah tidur setelah diberi obat.
"Terimakasih ya, untung ada kamu yang datang menolong. Jika tidak---"
"Tidak usah dipikirkan," potong Zen, tersenyum tulus. "Bagaimana keadaan putrimu?"
"Demamnya sudah turun dan sekarang dia sudah bisa tidur dengan nyenyak," jawab Karina. "Sekali lagi aku ingin bilang terimakasih, semua ini berkat kamu yang datang membantu."
Zen mengangguk, "Oya, ngomong-ngomong dimana suami kamu? Kamu sudah memberitahunya kalau putri kalian sakit kan?" tanyanya dengan hati-hati.
Karina menundukkan pandangannya, tersenyum getir. "Aku single mom, Zen."
"Sorry, aku tidak bermaksud," sesal Zen karena telah lancang bertanya.
"Tidak apa-apa, Zen." Karina mengangkat kembali wajahnya dan tersenyum. "Oya, kamu sudah mau pulang? Ini sudah hampir jam satu pagi."
Zen menggeleng, "Kamu tadi sempat terkena air hujan saat sedang menunggu taksi, jadi sebaiknya kamu yang pulang untuk mengganti pakaianmu sebelum kamu juga ikut sakit. Aku akan disini dulu untuk menjaga putrimu."
Zen merogoh saku jasnya dan mengeluarkan kunci mobilnya, mengulurkannya pada Karina. "Ini, kamu bisa pakai mobilku untuk pulang, sekalian kamu bawa pakaian ganti untuk putri kamu. Kamu masih ingat kan tadi aku memarkirkannya dimana?"
Karina menatap kunci itu lama sebelum akhirnya dia mengangguk dan menerima kunci mobil itu dari tangan Zen.
"Ya, aku masih ingat." angguk Karina seraya tersenyum.
Selepas kepergian Karina, Zen membuka sedikit pintu ruang rawat untuk memastikan Kayla sudah tidur dengan nyenyak. Pengasuh yang menjaga Kayla pun sudah tidur dengan posisi duduk di atas sofa.
-
-
-
Zergan melangkahkan kakinya lebar. Setelah bertanya pada pihak resepsionis, dia berjalan menuju ruangan dimana Kayla tengah dirawat. Setelah mengantarkan Alana pulang tadi, dia kembali mendapatkan telefon dari Karina yang mengatakan jika Kayla tengah dirawat di rumah sakit.
Sebenarnya Zergan enggan untuk datang, tapi dia tidak ingin disalahkan jika sampai terjadi sesuatu pada Kayla. Terlebih Karina selalu mengancam akan menceritakan semuanya pada Alana jika dia tidak mau memperlakukan Kayla sebagai putrinya dengan baik.
Karina yang melihat Zergan memasuki ruangan pun segera menghampirinya, dia juga baru kembali kerumah sakit setelah beberapa waktu lalu pulang dengan memakai mobil yang Zen pinjamkan.
"Zergan, kita harus bicara." ucap Karina, siratan kekecewaan jelas terlihat diwajahnya.
Zergan hanya menatap datar, matanya tidak bergerak dari sosok Kayla yang sedang tertidur pulas di atas ranjang rumah sakit. Napas gadis itu teratur, pipinya sedikit memerah karena suhu ruangan yang sedikit hangat.
Zergan merasakan keheningan sesaat di dalam dada, sebelum matanya beralih menatap Karina yang sudah berdiri di dekat pintu dengan wajah penuh lelah.
Tanpa berkata apa-apa, Zergan mengikuti Karina yang berjalan keluar ruangan. Dia menutup kembali pintu itu dengan rapat dan penuh kehati-hatian, seolah tidak ingin mengganggu tidur Kayla dan pengasuh Kayla yang tertidur di sofa.
Jam yang terpasang di dinding lorong masih menunjukkan pukul tiga pagi. Karina berdiri memunggungi Zergan dengan kedua tangan yang dilipat di atas perut. Dia benar-benar kecewa karena Zergan terus mengabaikan kata-katanya hingga putri mereka harus dirawat di rumah sakit seperti sekarang.
"Bulan depan aku akan memindahkan kalian keluar negeri." ucap Zergan, memecah keheningan yang sempat tercipta. "Aku dan Alana akan segera menikah, aku tidak ingin kehadiran kalian merusak semuanya. Kali ini, biarkan aku bahagia, Karina."
Karina menurunkan tangannya, memutar tubuhnya dan menatap tak percaya pada Zergan. "Bahagia? Kayla itu anak kamu, Zergan. Anak kandung kita!"
"Aku tidak keberatan jika kamu akan menikahi Alana. Tapi sebelum itu terjadi, aku ingin kamu menceritakan tentang Kayla pada Alana. Alana harus tahu semuanya!" bentak Karina, air matanya tumpah dengan begitu saja.
"Itu tidak mungkin. Alana tidak akan bisa menerimanya, dia akan kecewa padaku!" tolak Zergan, merasa tidak setuju dengan usul Karina.
"Mau tidak mau, suka tidak suka kalian akan tetap akan aku kirim pergi jauh dari negara ini. Semua fasilitas untuk kalian sudah aku siapkan, tapi jangan pernah muncul dihadapanku dan Alana." imbuhnya menegaskan.
Karina melangkahkan kakinya mendekat, memukuli dada Zergan dengan tangan mengepal kuat. "Brengsek kamu, Zergan! Badjingan! Demi kebahagiaanmu, kamu mengorbankan aku dan anak kita."
Zergan menahan pergelangan tangan Karina, menatapnya dengan tajam. "Kamu yang sudah menghancurkan masa depanku dengan menjebakku lebih dulu, jadi sekarang kamu harus siap menanggung segala resikonya." tekannya.
Dibalik dinginnya dinding rumah sakit, sejak tadi Zen mendengarkan percakapan mereka berdua secara tidak sengaja. Sekarang dia tahu mengapa Zergan tak kunjung memberikan kepastian atas hubungannya dengan Alana. Rupanya Zergan menyimpan rahasia besar yang tidak ingin diketahui oleh siapapun, terkhusus oleh Alana.
-
-
-
Bersambung...
mo komen di paragrap gak bisa,, lagi repisi katanya🤧🤧
gonjang-ganjing hubungan
selamat berpusing ria ya lana 😂
Kalo zergan, Dateng lagi Jan diterima ya rin.dia ngebuang kelean sebegitu enaknya
sory ini ya Alana Mungin agak jahat. tapi Karin cerita aja dech.
biar bisa dapet selotip yang baek