Bukan keinginan untuk menjadi istri pengganti. Karena ulah saudara tirinya Zahra harus menjadi korban akibat saudara tirinya tidak hadir di acara pernikahannya membuatnya menggantikan dirinya untuk berada di pelaminan.
Pria yang menikah dengan Zahra tak lain adalah Dokter bimbingannya dengan keduanya sama-sama praktik di rumah sakit dan Zahra sebagai Dokter coast. Zahra harus menjadi korban untuk menyelamatkan dua nama keluarga.
Merelakan dirinya menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Tetapi bukannya niatnya dihargai dan justru. Suaminya menganggap bahwa dia memanfaatkan keadaan dan tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan Zahra.
Bagaimana Zahra menjalani pernikahannya dengan pria yang membencinya, pria itu awalnya biasa saja kepadanya tetapi ketika menikah dengannya sikap pria itu benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Zahra?"
Apakah Zahra akan bertahan dalam rumah tangganya?
Jangan lupa ngantuk terus mengikuti dari bab 1 sampai selesai.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Kepanasan.
Dengan pernah kekecewaan Zahra keluar dari rumahnya. Zahra menghentikan langkahnya ketika berpapasan dengan Tasya yang kebetulan ingin masuk rumah.
"Aku melihat kesedihan di wajahmu? Ada apa? Apa keinginanmu tidak tercapai. Hmmmm, aku mendengar kau akan dilantik menjadi seorang Dokter, tapi sayang sekali Papa tidak akan pergi ke acaramu," ucap Zahra.
"Kasihan sekali dirimu Zahra. Apapun yang kau inginkan tidak bisa diwujudkan. Mungkin Papa menyadari bahwa acara kelulusanmu sangat tidak penting dan lebih penting untuk acara launching Mama. Dengan begitu kau sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak dianggap," ucap Tasya sengaja membuat Zahra panas.
"Jadi maksud kamu acara kelulusanku tidak penting untuk Papa?" tanya Zahra.
"Benar! Baginya semua acara itu tidak penting, itu sama sekali tidak berguna untuknya!" jawab Tasya.
"Percuma saja, kalau lulus kedokteran dan hal itu sama sekali tidak berguna dan tidak berpengaruh apapun," ucap Zahra tersenyum miring.
"Tasya, kau mengatakan kelulusanku tidak berguna. Aku jauh lebih berguna dibandingkan dirinya. Aku saat ini sudah menjadi Dokter, menikah dengan seorang Dokter dan sementara dirimu masih tetap seperti ini. Kau terlalu sibuk mengurus rumah tangga orang lain, sehingga dirimu masih tetap seperti ini dan kau sebenarnya bukanlah bagian dari keluargaku dan kau juga tidak selevel denganku," ucap Zahra membalas semua perkataan Tasya dengan cukup menohok membuat Tasya tampak kesal.
"Seharusnya kau sadar diri, kenapa takdir pernikahanmu harus berakhir seperti ini. Karena pada kenyataannya kau tidak selevel dengan Dokter Naldy. Keluarga Dokter Naldy tidak harus menikah dengan wanita seperti mu!" tegas Zahra.
"Tutup mulutmu, jangan kau pikir bahwa Naldy sudah menerima dirimu. Naldy sama sekali tidak pernah memiliki perasaan apapun dan justru dia jijik kepadamu!" tegas Tasya.
"Bagaimana mungkin Dokter Naldy bisa jijik kepadaku dan sementara aku saat ini sedang mengandung anaknya? Bukankah anak ini ada karena ada hubungan romantis diantara kami berdua," ucap Zahra semakin membuat Tasya panas.
"Itu bukan anak Naldy!" tegas Tasya.
"Bahkan di depanmu dia mengaku bahwa anak ini adalah anaknya, sungguh kasihan sekali dirimu," ucap Zahra.
"Kau pasti menjebaknya, kau wanita yang sangat licik!" umpat Tasya dengan segala perkataannya.
Zahra hanya mengeluarkan senyum saja, betapa dia sangat menikmati wajah Tasya terlihat begitu marah.
"Kau jangan terlalu percaya diri Zahra, kau bukan tipe Naldy. Sampai kapanpun dia tidak akan peduli ke padamu!" tegas Tasya dengan wajah memerah.
"Benarkah! Tetapi dia harus menjemputku hari ini," ucap Zahra dengan arah matanya menatap lurus membuat Tasya kebingungan dengan mengerutkan dahi, membalikan tubuh melihat arah mata saudara tirinya itu.
Ternyata mobil Naldy. Mata Tasya melotot melihat mobil kekasihnya itu yang berhenti tepat di dekat mereka.
"Kau pikir apa tujuannya datang ke rumah ini jika bukan untuk menjemputku. Kau mengatakan masih tidak peduli. Tasya aku sudah menikah dengannya dan sejauh apapun kau berusaha atau kau membuat kami berdua bertengkar. Tetapi pasangan suami istri akan mengakhiri pertengkaran mereka di atas ranjang," ucap Zahra berbisik di telinga Tasya membuat Tasya kesal dengan tangan terkepal.
Zahra tidak mengatakan apapun lagi dan langsung pergi.
Tasya melihat kepergian Zahra dengan santai membuka pintu mobil dan bahkan Naldy tidak keluar dari mobil sama sekali.
"Zahra aku belum selesai bicara! Zahra apa yang kau katakan!"
"Naldy! Naldy!" Tasya juga memanggil kekasihnya dan tidak keluar dari mobil sama sekali.
Naldy sepertinya tidak ingin menambah masalah dan lebih baik tidak keluar dan ketika istrinya sudah memasuki mobil. Naldy juga langsung melajukan mobilnya.
Di dalam mobil Zahra melihat ke arah suaminya yang melihat kaca spion, di mana Tasya mengejar mobil tersebut.
"Berhenti saja, kasihan juga jika dia harus berlari seperti itu," ucap Zahra.
"Jangan kau pikir aku membiarkannya berlari seperti itu dan itu artinya aku berpihak kepadamu. Aku hanya tidak ingin mencari keributan dan membuat orang tuamu harus keluar dari rumah hanya karena masalah ini. Aku masih punya harga diri dan rasa malu!" tegas Zahra.
"Alhamdulillah jika memang masih mempunyai rasa malu. Takutnya tidak mempunyai rasa malu," ucap Zahra membuat Naldy langsung melihat serius ke arah Zahra.
"Apa maksud perkataanmu? Apa kau pikir aku tidak punya rasa malu," tanya Naldy.
"Sudah mempunyai istri dan bahkan istrinya sedang hamil dan masih saja memikirkan wanita lain. Bukankah itu adalah tipe laki-laki yang tidak punya rasa malu," ucap Zahra.
"Kau bisa bicara seperti itu, jika kita berdua sama-sama menginginkan pernikahan ini," sahut Naldy.
Zahra tidak menanggapi apapun lagi dan hanya menghela nafas.
"Baguslah, jika dia memang tidak keluar dari mobil dan itu artinya perkataanku memang pada kenyataannya. Tasya bisa melihat bahwa Naldy tidak semudah itu untuk bertemu dengannya ada dan tidak adanya aku," batin Zahra.
Zahra merasa menang dan puas karena memberi pelajaran kepada saudara tirinya. Tetapi Zahra dipenuhi dengan amarah memasuki rumah dengan menangis tidak jelas membuat kedua orang tuanya tampak bingung.
"Ada apa Tasya?" tanya Shakira tanpa khawatir pada putrinya.
"Ini semua gara-gara Zahra. Mama dan Papa benar-benar tegas membuat Tasya menjadi seperti ini," ucap Tasya dengan menangis sesenggukan.
"Ada apa sebenarnya dan kenapa tiba-tiba kamu membawa nama Zahra?" tanya Wildan.
"Jika Papa tidak mengambil keputusan untuk membiarkan calon suami Tasya menikah dengan Zahra ada maka Tasya tidak akan mengalami hal seperti ini," ucap Tasya.
"Astagfirullah, jadi sampai saat ini kamu masih saya membahas tentang pernikahan itu. Sudah berapa kali Papa mengatakan kepada kamu Tasya. Pernikahan tidak akan pernah terjadi, jika kamu tidak mengambil keputusan untuk pergi di hari pernikahan kamu dan menunda-nunda pernikahan kamu. 1 lagi keputusan untuk menikahkan Zahra dan Naldy itu adalah pihak keluarga Naldy! Papa setuju karena berupa pertanggungjawaban atas semua perbuatan kamu!" tegas Wildan.
"Tetapi seharusnya Papa....."
"Sudah! Papa tidak ingin membahas ini lagi. Kamu sudah dewasa dan bersikaplah lebih dewasa lagi. Masih banyak laki-laki lain dan hentikan untuk berpikiran dekat dengan Naldy. Papa juga tidak setuju jika kamu harus menikah dengan Naldy!" tegas Wildan.
"Apa maksud Papa? jadi Papa sekarang sedang menyuruh Tasya untuk melupakan Naldy?" tanyanya.
"Naldy sudah menikah secara agama dan juga negara. Istrinya sekarang sudah hamil dan keluarganya tidak menginginkan perceraian apapun itu dengan alasan apapun itu. Zahra dan Naldy juga tidak memungkinkan untuk berpisah. Jadi kamu berhenti bersikap dan berhenti berbicara apapun itu. Papa sudah muak melihat drama kamu," ucap Wildan.
"Mas, yang drama di sini bukan Tasya dan melainkan Zahra. Mas, tidak lihat Tasya datang kepada kita dengan tangisan seperti ini dan sudah dapat dipastikan bahwa Zahra mengatakan sesuatu kepadanya," ucap Shakira sudah pasti membela Tasya mati-matian.
"Mama juga stop. Mama jangan terus memanjakan Tasya. Lihat akibat Mama memanjakan Tasya. Anak ini tidak pernah belajar dari kesalahannya!" tegas Wildan juga tidak memberi kesempatan istrinya untuk membela diri.
"Sekarang Papa minta untuk kalian berdua bersikap lebih dewasa lagi dan jangan terus-menerus mempermalukan keluarga kita dengan pembahasan yang itu itu saja. Papa juga banyak pikiran dan bukan hanya Menurut kalian!" tegas Wildan memberi peringatan kepada anak dan istrinya itu dan kemudian dia langsung pergi.
Bersambung....