Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Ada rasa haru yang mengalir di dada Safeea saat mendengar perkataan William. Namun sebelum ia sempat menjawab, ia kembali teringat sesuatu yang juga penting. Dengan suara lirih tapi jelas, Safeea pun meminta kepada William untuk tidak memberitahu status pernikahan mereka kepada semua orang.
“Oh ya pak, kalau boleh saya juga ingin meminta satu hal lagi. Tolong jangan beritahu siapa pun tentang status pernikahan kita. Saya tidak ingin teman-teman saya bersikap berbeda hanya karena mereka tahu saya adalah istri pak William. Saya tidak ingin orang-orang merasa segan karena status yang saya miliki sekarang. Biarkan semuanya berjalan seperti biasa, tanpa ada yang berubah.” ucap Safeea dengan sungguh-sungguh.
William terdiam. Kata-kata yang diucapkan oleh Safeea barusan terdengar begitu jujur dan juga sederhana. Wanita yang baru saja ia nikahi ini benar-benar tidak seperti wanita yang pernah ia kenal sebelumnya. Semua wanita di luar sana berlomba ingin dikenal, ingin dipamerkan, ingin mendapat pengakuan bahwa mereka adalah bagian dari keluarga Prawira. Tapi Safeea justru meminta kebalikannya.
William menoleh sejenak, menatap wajah Safeea yang begitu tulus. Lalu ia tersenyum tipis, kali ini dengan tatapan penuh arti.
“Kau benar-benar berbeda, Safeea. Baiklah, kalau itu yang kau inginkan, aku akan menyembunyikan status pernikahan kita dihadapan semua orang.” ucap William pelan.
Safeea tersenyum lega. Ada perasaan hangat yang membuncah di hatinya. Ia merasa dihargai, didengar, dan dilindungi oleh William. Untuk pertama kalinya sejak sekian lama, ia benar-benar yakin bahwa perjalanan barunya ini, bukanlah perjalanan yang salah.
Sementara itu di Tirta Kencana Hotel, suasana yang awalnya berjalan normal dan penuh kesibukan mendadak berubah riuh ketika sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan lobi utama hotel.
Para pegawai hotel yang tengah sibuk dengan rutinitas masing-masing sontak menghentikan aktivitasnya ketika melihat sosok Pak Prawira, pemilik utama jaringan hotel sekaligus ayah dari William, keluar dari mobil dengan wibawa khasnya. Di sampingnya berjalan seorang wanita muda yang terlihat anggun dengan penampilan berkelas—Sherlyn.
Pak Hardi yang saat itu sedang memeriksa laporan di ruangannya langsung dibuat terperanjat ketika mendapat kabar dari resepsionis bahwa Pak Prawira datang secara mendadak. Ia pun segera keluar menuju lobi dengan wajah sedikit panik.
Sadar bahwa kehadiran orang nomor satu dalam keluarga besar pemilik hotel bukanlah hal sepele, Pak Hardi segera menoleh pada semua pegawai yang ada di lobi untuk menyambut kedatangan pak Prawira.
“Semuanya, cepat tinggalkan semua pekerjaan kalian. Sambut kedatangan Pak Prawira dengan baik!” perintah pak Hardi dengan tegas.
Para pegawai pun serempak berdiri dan berbaris rapi di area lobi untuk memberi salam hormat kepada pak Prawira. Suasana yang tadinya penuh aktivitas mendadak berubah menjadi hening dan sedikit tegang.
“Selamat datang di hotel, Pak Prawira.” ucap Pak Hardi sambil menundukkan kepala dengan penuh hormat.
Pak Prawira berjalan dengan langkah mantap, sementara Sherlyn mengikuti di sampingnya dengan senyum anggun, seolah menikmati perhatian yang kini tertuju padanya. Begitu sampai di hadapan Pak Hardi, barulah Pak Prawira membuka percakapan.
“Hardi, maafkan saya karena datang kemari dengan cukup mendadak. Saya datang untuk menyampaikan satu hal penting kepada kamu.” ucap Pak Prawira dengan suara beratnya.
Pak Hardi segera menegakkan tubuhnya, siap mendengarkan.
“Tentu, Pak. Silakan.”
....udah pasti kamu bakal hidup sangat berkecukupan.