DICARI DENGAN SEGERA
Asisten pribadi.
• Perempuan usia max 27 tahun.
• Pendidikan terakhir min S1.
• Mampu berkomunikasi dengan baik dan bernegosiasi.
• Penampilan tidak diutamakan yang penting bersih dan rapi. (Lebih bagus jika berkaca mata, tidak banyak senyum, dan tidak cerewet.)
Kejadian itu satu setengah tahun lalu, saat dia benar-benar membutuhkan uang, jadi dia melamar pekerjaan tersebut. Namun setelah dia di terima itu adalah penyesalan untuknya, sebab pekerjaanya sebagai asisten pribadi benar-benar di luar nalar.
Bosnya yang tampan dan sangat di gemari banyak wanita itu selalu menyusahkannya dalam hal pekerjaan.
Dan pekerjaannya selain menyiapkan segala kebutuhan pribadi bosnya, Jessy juga bertugas menyingkirkan wanita yang sudah bosan dia kencaninya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengakhiri
"Selamat pagi, Sayang," ucap Chris saat Jessy tengah menyiapkan pakaian untuknya. Pria itu memeluknya dari belakang.
"Pakai ini?" tanya Chris, saat Jessy menyerahkan stelan jas untuknya.
"Hm." Jessy melepas pelukan Chris, lalu berjalan ke arah laci berisi arloji berikut tie clip, juga dasi yang senada dengan jas yang dia pilihkan.
"Pertemuan hari ini kamu akan ikut?" Chris mengenakan kemejanya.
"Tidak, Mike yang ikut."
Chris mengerutkan keningnya. "Kamu tidak ikut?"
"Untuk kali ini Mike yang lebih penting, dia juga yang berhubungan sejak awal dengan mereka." Chris masih mengerutkan keningnya sebab Jessy yang terlihat sibuk seolah menghindar sebab tak menoleh padanya.
"Tidak masalah kalau kamu ingin ikut." Tentu saja Chris akan sangat senang.
"Aku yang meng-handle jika ada sesuatu di kantor." Jessy meletakan dasi dan arloji di atas meja, lalu beralih pada parfum yang biasa digunakan Chris.
"Jess?"
"Ya?"
"Tolong pasangkan dasi untukku." Jessy menoleh dan bergerak untuk memasangkan dasi di leher Chris. Jessy tahu sepanjang dia memasangkan dasi tersebut tatapan Chris terus tertuju padanya, namun dia berusaha menghindari dan tak melihat ke arah Chris.
"Kamu menghindar?" Jessy menghentikan gerakannya. Benar, tapi dia tak mungkin mengakuinya di depan Chris, jadi dia mendongak dengan dahi mengeryit.
"Menghindar?" dia pura-pura bodoh.
"Kamu terus tidak menatapku?"
"Tidak."
Chris mengangguk, "Aku kira kau marah karena aku bercanda tadi malam."
"Bercanda?"
"Hm, aku tidak benar-benar iri dengan Jordy. Sungguh!" Chris menaikan kedua jarinya. "Aku hanya ingin tahu, bagaimana reaksimu jika aku mengajakmu menikah." Jessy mengepalkan tangannya. Chris sialan. Lagi- lagi dia mempermainkannya.
Apa menurut Chris ini lucu? "Tapi sepertinya kamu tidak senang."
Lalu aku harus apa, aku harus menerimanya lalu berkata dengan gembira 'Aku sangat ingin menikah denganmu.' Begitu? Lalu kamu akan menertawakan aku yang begitu mudah masuk perangkapmu? Batin Jessy berteriak.
Jessy menghela nafasnya. "Baguslah kalau kamu hanya bercanda. Aku kira kamu serius."
"Tidak mungkin aku iri dengan Jordy. Aku tentu ikut bahagia untuknya."
Jessy tersenyum menekan hatinya yang ternyata merasakan sakit. "Baguslah."
"Kamu sungguh tidak ikut ke pertemuan bisnis kita?" tanya Chris lagi.
"Tidak."
"Aku akan pergi seharian, dan aku pasti akan merindukanmu." Chris memeluk Jessy.
Jessy balas memeluk Chris untuk beberapa saat hingga Chris tersenyum.
Mungkinkah dia terlalu banyak berpikir.
"Aku sudah minta Mike datang, mungkin dia menunggumu." Jessy mendorong tubuh Chris.
"Hm baiklah." Chris bergerak dengan malas, lalu keluar dari kamar diikuti Jessy yang terkekeh.
Benar saja saat mereka turun ke lantai satu Mike sudah ada di sana. Bersiap dengan segala keperluan Chris termasuk berkas- berkas yang di perlukan.
"Selamat pagi, Tuan," sapa Mike.
"Pagi. Ikutlah sarapan bersama kami, Mike." Chris pergi ke arah meja makan.
Mike melihat Jessy. "Ayo, jangan sungkan," ajak Jessy pada Mike dengan tertawa kecil.
....
Jessy sedang bekerja saat telepon di meja berdering, lalu sebelah tangannya menerima panggilan tersebut dengan pendekatkan ujung telepon ke telinganya.
"Nona Jessy, ada seorang wanita datang mencari Tuan Chris," ucap seorang resepsionis di seberang sana.
Jessy mengerutkan keningnya. "Aku akan kesana." Jessy menyimpan telepon ke tempatnya, lalu beranjak untuk pergi ke lantai satu.
Sejak Alena membuat keributan, Chris membuat peraturan lebih ketat. Setiap tamu yang datang tidak boleh naik sembarangan dan hanya boleh naik setelah mendapatkan ijin dari Chris tentu saja. Dan sekarang karena Chris tidak ada Jessy harus melihat lebih dulu siapa tamu yang datang sebelum diijinkan naik ke lantai ruangan Chris berada.
Tiba di lantai satu Jessy memasuki ruang tunggu. Namun saat melihat siapa yang ada di sana Jessy menghentikan langkahnya.
Disana di depannya, duduk seorang wanita yang membawa seorang anak laki-laki yang Jessy kira berusia tiga tahun.
Langkah Jessy memelan hingga dia berada di depan wanita tersebut. "Hallo, aku asisten Tuan Chris. Ada yang bisa aku bantu?
Wanita itu mendongak dan menatap Jessy, dia tersenyum lembut dengan wajah cantiknya.
"Aku Caterina, dan ini anakku, Mikael. Aku ingin bertemu Chris," katanya.
"Tuan Chris sedang tidak di tempat, Nona. Kau bisa bicara padaku, dan aku akan menyampaikannya."
Wanita itu membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah map. "Aku datang untuk meminta pertanggung jawaban Chris."
Jessy mengerutkan keningnya, lalu membuka map tersebut.
Dan saat map terbuka Jessy tak bisa tak terkejut melihat isi di dalamnya.
Wajah Jessy sangat tegang dengan tangan yang tiba-tiba bergetar, Jessy membaca satu persatu kata hingga selesai. Jantungnya terasa berhenti berdetak beberapa detik saat dia menyadari berkas apa yang ada di tangannya.
Jessy menunduk melihat anak kecil yang duduk di dekat wanita bernama Caterina tersebut. Wajah kecilnya sangat tampan.
Jessy mengerjap dengan bibir bergetar. "Aku akan menyampaikannya pada Tuan Chris."
"Tolong jangan terlalu lama, aku tidak punya waktu." Jessy mengangguk. "Aku akan datang besok, semoga aku bisa bertemu Chris." Wanita itu berdiri. "Ayo Mikael, kita pulang." Bocah kecil itu mengeryit namun dia tetap menurut dan mengikutinya.
Setelah pintu tertutup Jessy jatuh terduduk dengan tubuh yang lemas. Jessi menyentuh dadanya yang terasa sesak. "Kenapa rasanya sakit. Bukankah ini hanya permainan?" Harusnya ini tidak berarti apa- apa.
Jessy meremas dadanya dengan erat.
Mina benar dia akan tersakiti. Dan Jessy benar-benar sakit hati sekarang. Bukan karena Chris yang mencampakannya tapi karena keadaan.
Jessy kembali mengerjapkan matanya. Seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat, Jessy membuka berkas itu sekali lagi. Hanya saja hasilnya tetap sama.
Berkas itu menunjukkan jika anak yang di bawa wanita itu 99,9 persen memiliki keterikatan dengan Chris dengan kata lain dia adalah anak Chris.
Jessy mengepalkan tangannya erat, rasanya campur aduk memenuhi hatinya. Marah, kecewa, dan sakit hati.
Tapi untuk apa perasaan itu?
....
Jessy keluar dari lift yang membawanya dari lantai satu. Hampir 1 jam Jessy di ruang tunggu merenung dan memikirkan apa yang baru saja terjadi. Hingga dia memutuskan kembali saat menerima panggilan dari Chris, pria itu bilang jika dia sudah kembali dan tak menemukan Jessy di ruangannya.
Tiba di depan ruangan Chris, Jessy melihat map di tangannya sekali lagi, lalu membuka pintu.
Begitu masuk Jessy merasakan tubuhnya di peluk dari belakang, sepertinya Chris menunggunya di belakang pintu, hingga dia tak menyadari kehadirannya. "Dari mana saja? Aku mencarimu." Jessy diam. "Aku benar-benar merindukanmu," ucap Chris. Namun saat Jessy terkekeh Chris mengeryit. Bukan apa- apa dari nadanya Chris bisa mendengar jika Jessy menahan kesedihan.
"Kenapa?"
Jessy melepas tangan Chris lalu berbalik. Jessy menghela nafasnya lalu tersenyum. "Mau makan malam bersama?"
Chris tersenyum. "Tentu. Dimana?"
"Di apartemen."
Chris mengangguk. "Kalau begitu kita harus siapkan."
Jessy menggeleng, dia menyembunyikan berkas di belakang punggungnya. "Aku yang akan siapkan semuanya ... aku juga punya sesuatu untukmu."
"Apa?"
"Aku berikan setelah makan malam." Jessy tersenyum manis dengan mendongak.
Chris mengangguk, "Aku tidak sabar kalau begitu."
Mungkin ini saatnya Jessy mengakhiri drama ini.
semangat juga buat Othornya biar Up terus😍😍🔥🔥🔥🔥🔥