Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan dengan Kakak Sherin
Beberapa jam kemudian, atau lebih tepatnya setelah belajar bersama di perpustakaan yang menurut Iyuna sangat membosankan. Ia sekarang sedang berjalan kembali pulang ke asramanya dengan langkah pelan, tangannya mengayun santai di sisi tubuh. Tas sekolahnya menggantung di bahu kanan, sesekali bergeser saat ia melangkah di trotoar yang mulai sepi.
Yeah, tidak ada yang menarik sampai dia kembali ke Asramanya. Kakinya menghentakkan langkah saat melihat dua sosok yang familiar berdiri di depan pagar masuk asrama. Keningnya berkerut sedikit, matanya menyipit mengamati kedua orang itu.
"Kau?" Gumamnya, menatap Alta dan Reza yang menunggu di pagar masuk dengan postur tegap. Jari-jarinya menggenggam tali tas lebih erat.
"Oh Iyuna" Ucap Reza, berjalan mendekat dengan langkah berat, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Matanya menatap tajam ke arah Iyuna yang berdiri diam.
"hm?" Gumam Iyuna, menatap datar sambil memiringkan kepala sedikit ke kanan. Tubuhnya tetap rileks meskipun Reza semakin mendekat.
Reza mendorong Iyuna hingga terpojok di pagar dengan kedua tangannya, tubuh Iyuna terdorong mundur hingga punggungnya menyentuh besi dingin pagar. Tangan kanannya kemudian memukul pagar dengan keras, suara dentuman logam bergema di sekitar mereka.
"Apa yang kau rencanakan?" Tanyanya dengan nada menuntut, wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari Iyuna.
"Tidak tidak" Lanjutnya, melirik ke arah lain sambil menggeleng-gelengkan kepala, tangannya masih menahan tubuh Iyuna di pagar.
Ia kemudian menatap Iyuna dengan tajam, pupilnya melebar, "maksudku, bagaimana kau bisa mengetahuinya?" Tanya Reza sambil mencengkeram kerah seragam Iyuna.
"Mengetahui? Mengetahui apa?" Tanya Iyuna datar, matanya tidak berkedip menatap Reza. Tangannya tetap tergantung santai di sisi tubuh.
"Apalagi? Masa laluku" Jawab Reza sambil mengguncang-guncang tubuh Iyuna pelan, giginya bergemeretak.
"Tentu saja aku tau, semua orang juga tau soal itu" Jawab Iyuna santai, bahunya terangkat sedikit dalam gerakan acuh tak acuh.
Reza yang sudah kehabisan kesabaran maju lebih dekat dan memukul keras pagar di belakang Iyuna dengan kepalan tangannya. Suara benturan keras terdengar nyaring, membuat beberapa daun di pohon terdekat bergetar. Sedangkan Iyuna hanya menatap datar Reza tanpa menunjukkan rasa takut, kelopak matanya berkedip sekali dengan tenang.
"Hei hei, apa yang kau lakukan!" Terdengar suara seorang gadis dari belakang pagar atau dari dalam asrama. Suaranya keras dan penuh kemarahan, langkah kakinya berlari cepat mendekat.
Reza, Iyuna dan Alta sontak menoleh ke arah sumber suara itu, kepala mereka berputar bersamaan. Alta yang tadinya berdiri diam langsung menegakkan tubuhnya dengan mata membulat.
"Membully itu ngga baik loh" Ucap gadis itu, yang tak lain adalah Vera Donovania. Vera langsung berlari menghampiri Iyuna dengan langkah cepat, rambutnya berkibar di belakang punggung. Kedua tangannya terkepal di sisi tubuh, wajahnya memerah karena marah.
"Ka—kami tidak melakukan apapun" Elak Reza, melepas Iyuna dan mundur beberapa langkah dengan tangan terangkat. Tubuhnya bergetar sedikit, keringat mulai mengucur di pelipisnya.
"Dia? Mirip sekali dengan Sherin" Monolog Iyuna, menatap tajam Vera yang berdiri menghadang Reza dengan postur tegap dan dagu terangkat. Matanya mengamati setiap detail wajah Vera yang memang memiliki kemiripan dengan Sherin.
"Masa sih? Aku melihat dengan jelas kau membully gadis ini" Ucap Vera, nadanya tinggi sambil melangkah maju ke arah Reza. Jari telunjuknya menuding Reza dengan gerakan tegas.
"Dan tentu, aku sebagai calon ketua osis—"
"—tidak akan membiarkan hal ini terjadi!" Lanjut Vera, mengepalkan tangannya ke atas dengan gerakan dramatis. Dadanya naik turun karena emosi yang menggebu.
Mendengarnya, Reza tersentak dan mundur beberapa langkah, tangannya bergetar di sisi tubuh. "Ba—baiklah, tapi tampaknya ini kesalah pahaman" ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala cepat.
"Tapi, baiklah. Aku akan pergi" Ucap Reza, kemudian berbalik dan berjalan pergi dengan langkah tergesa. Kakinya melangkah cepat di trotoar, sesekali menoleh ke belakang. Tentu, diikuti oleh Alta yang berlari kecil menyusul.
Vera langsung berbalik menatap Iyuna, ekspresinya berubah menjadi khawatir. "Kau tidak apa apa?" Tanyanya, memegang bahu Iyuna dengan kedua tangannya. Jari-jarinya meremas lembut bahu Iyuna.
"Tidak apa apa" Jawab Iyuna datar, melepas tangan Vera dengan lembut. Gerakannya halus dan tidak kasar.
Vera mencondongkan tubuhnya ke Iyuna, kepalanya miring ke kanan. "kau—dari kelas F yah?" Tanya Vera sambil menyipitkan mata, mencoba mengingat-ingat.
Iyuna mengedip kedipkan matanya beberapa kali, "Yeah" Jawabnya sambil mengangguk sekali.
"Begitu yah, berarti kamu temannya Sherin dong!?" Balas Vera antusias, matanya berbinar dan tangannya bertepuk sekali. Tubuhnya melompat kecil karena kegembiraan.
"dan, siapa namamu?" Tanya Vera, mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke Iyuna sambil tersenyum lebar. Kepalanya miring ke kiri dengan ekspresi penasaran.
"Iyuna Marge" Jawab Iyuna datar, tangannya bermain dengan tali tas yang menggantung di bahunya.
Mendengarnya, mata Vera membulat lebar dan mulutnya terbuka sedikit. Tubuhnya menegang sejenak.
"Benar, jika Sherin menceritakan tentangku kepadanya. Dia pasti akan marah" Monolog Iyuna, menatap Vera sambil memegang dagunya dengan ibu jari dan telunjuk.
"Oh begitu yah! Berarti yang kencan dengan ketua osis kemarin?"
"Kau tau kan? Yang bareng Sherin dan Eid itu" Ucap Vera antusias sambil menepuk-nepuk tangannya. Jari-jarinya saling bertautan di depan dada.
"E—eh? I—iya" Balas Iyuna, memiringkan kepalanya ke kanan dengan ekspresi sedikit bingung.
Vera menjabat tangan Iyuna dengan kedua tangannya, "Wah, kebetulan macam apa ini? Aku sangat ingin bertemu denganmu!" Ucapnya, mengayun ayunkan tangan Iyuna naik turun. Senyumnya mengembang lebar.
"Eh? I—Iya, kebetulan sekali" Balas Iyuna sambil membiarkan tangannya diayun-ayunkan.
Vera melepas tangan Iyuna, lalu menepuk tangannya sekali dengan suara yang nyaring. "Oh benar juga! Terima kasih Yah sudah mau berteman dengan Sherin" Ucap Vera, menunduk dalam-dalam. Rambutnya jatuh menutupi wajahnya.
"Ya, kenapa tidak? Semua orang di kelas menyukai Sherin" Jawab Iyuna, memiringkan kepalanya heran sambil mengangkat alis.
Vera menunduk lebih dalam, tangannya mengepal di sisi tubuh. "Kau tau? Sherin bilang kau salah satu orang yang mengetahui masa lalunya—" Jawabnya, nadanya menurun dan suaranya bergetar sedikit.
"—Tapi, kau tetap menganggapnya teman" Lanjutnya sambil mengangkat kepala menatap Iyuna dengan mata berkaca-kaca.
"Begitu yah, jadi Sherin mengatakan itu kepada kakaknya" Pikir Iyuna sambil menatap Vera dengan ekspresi datar.
"Tapi, Kakaknya malah menganggap aku menganggap Sherin teman tanpa tau aku memanfaatkannya" Lanjut pikir Iyuna sambil memegang dagunya.
"Omong omong, anda ini siapa ya? Kulihat, anda mirip dengan Sherin" Tanya Iyuna, memiringkan kepalanya ke kiri sambil mengamati wajah Vera.
"Oh aku lupa memperkenalkan diri—" Balas Vera, memukul kepalanya pelan dengan kepalan tangan. Lidahnya terjulur sedikit karena merasa bodoh.
"Aku Vera Donovania, Aku Kakak perempuannya Sherin. Kami ini 2 bersaudara" Lanjut Vera, menunjuk ke dirinya sendiri dengan ibu jari sambil tersenyum bangga.
"Sudah kuduga, dia ini kakaknya Sherin. Atau setidaknya, memiliki hubungan dekat dengan Sherin" Pikir Iyuna, mengamati Vera sambil matanya bergerak dari atas ke bawah.
"Tapi kelihatannya Vera-Senpai lebih terlihat ceria daripada Sherin yang sok dingin di depan umum" Lanjut pikir Iyuna, memegang dagunya sambil mengangguk-angguk kecil.
"Oh iya! Aku juga kandidat calon ketua osis pasangan ke2!" Lanjut Vera dengan nada tinggi sambil melompat kecil. Jarinya membentuk peace sign di samping wajahnya.
"Apa? Kandidat ketua osis juga?" Monolog Iyuna, mengangkat kepalanya dengan mata sedikit membulat.