Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Serius dan Koordinator Pengganti
Keesokan harinya, seperti biasa, Iyuna sedang tidur di asramanya dengan selimut yang menutupi sebagian wajahnya. Yeah, seperti biasa.
"E—enghh~" Erangnya sambil berbolak balik, tangannya meremas-remas bantal di bawah kepalanya.
Matanya perlahan terbuka dengan gerakan mengejap beberapa kali karena sadar sudah pagi, sinar matahari menyusup melalui celah tirai kamarnya. Tinggal 2 jam sebelum sekolah.
Ia mengangkat kepalanya dari bantal, lalu memutar tubuhnya ke arah jam dinding dengan gerakan malas. Jam menunjukkan pukul 05:02 AM, jarum detiknya bergerak dengan bunyi tik-tok yang pelan.
"Nghhh~" Ia bangkit dengan menyangga tubuhnya menggunakan siku, lalu meregangkan kedua tangannya ke atas sambil membusungkan dada.
Ia kemudian perlahan melepas satu persatu kancing baju tidurnya dengan jari-jari yang masih kaku, menurunkan celananya dengan tarikan pelan, lalu melangkah ke kamar mandi untuk mandi seperti pagi biasanya. Tak lupa, setelahnya ia berjalan ke dapur kecil dan menyeduh kopi dengan menuangkan air panas ke dalam cangkir terlebih dahulu. Dan, membuka kulkas untuk mengambil soda dingin yang langsung diminumnya dalam beberapa tegukan.
Di jalan dengan langkah santai di atas trotoar yang basah karena embun pagi, "Iyuna!" Teriak seseorang dari belakang, rambut pendek putihnya berkibar di udara sambil berlari mengejar.
Iyuna berpura pura tak mendengar dengan terus menatap lurus ke depan, dan mempercepat langkahnya di trotoar sambil mengeratkan tali tas di bahunya. Yeah, meski itu tak berguna karena Lucy sudah merangkulnya dengan lengan yang melingkar di bahunya.
"Apa?" Tanya Iyuna datar sambil melirik ke arah Lucy.
"Hihi, terima kasih yah" ucap Lucy sambil mengayun-ayunkan tubuhnya.
"sudah mengundang kami kemarin!" Ucap Lucy sambil menepuk pelan bahu Iyuna.
"Bukan aku yang mengundangmu, tapi Rakha-Senpai" Ucap Iyuna sambil mengalihkan pandangannya ke depan.
Tak lama kemudian, Fyona nongol di belakang mereka dengan napas tersengal karena berlari mengejar.
"Hwaa!" Teriak Lucy kaget sambil melompat mundur dan meletakkan tangan di dadanya.
"Benar Iyuna! Terima kasih yah!" Ucap Fyona ceria seperti biasanya sambil mengepalkan kedua tangannya di depan dada.
"sudah kubilang, bukan aku yang mengundang kalian" balas Iyuna sambil mempercepat langkah dan mengayunkan lengannya lebih cepat.
Setelah berjalan dan mengobrol panjang selama beberapa menit dengan Lucy dan Fyona yang terus mengikuti di sampingnya, mereka akhirnya sampai disekolah dengan melewati gerbang besar yang ramai.
Mereka masuk ke kelas dengan melangkah menaiki tangga dan melewati koridor seperti biasa, "selamat pagi" Gumam datar Iyuna sambil berjalan melewati Eid tanpa menoleh.
"O—oh, iya" Jawab Eid sambil mengangkat kepalanya dari buku yang sedang dibacanya.
Kelas pun dimulai beberapa menit kemudian dengan masuknya Bu Rheina yang membawa buku tebal. Seperti biasa, Iyuna hanya melamun sambil menopang dagu dengan telapak tangan dan menatap keluar jendela memperhatikan dedaunan yang bergoyang. Tapi, bukan berarti ia tak menangkap pelajarannya, telinganya tetap mendengarkan penjelasan guru.
Setelah jam istirahat berbunyi dengan suara bel yang nyaring, Bu Rheina keluar dari kelas sambil membawa tas dan buku-bukunya. Iyuna bangkit dari kursinya dan menghampiri Sherin yang sedang makan sandwich di bangkunya sambil membaca catatan.
Iyuna berjalan pelan mendekat, lalu memegang bahu Sherin tiba tiba dengan genggaman yang cukup kuat, "Hwaaa!" Sontak Sherin kaget sambil melompat dari kursinya, sandwichnya terlempar dan jatuh ke lantai.
Seketika, seluruh pandangan dan kesibukan beralih ke Sherin yang panik sambil menoleh ke kiri dan kanan. Sherin reflek membungkuk dan mengambil sandwichnya dengan gerakan cepat lalu menunduk sambil memegang makanannya erat. Wajahnya memerah karena malu diperhatikan banyak orang.
Iyuna hanya menatap dengan ekspresi datar sembari memiringkan kepala ke kanan, "A—a—a—a—ada apa Iyuna?" Tanya Sherin sambil tetap menunduk dan menggenggam sandwichnya.
"Oh itu, ada yang ingin kubicarakan denganmu" Jawab Iyuna datar sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Bicarakan? Apa?" Tanya Sherin sambil mengangkat wajahnya perlahan, ekspresinya menjadi serius.
"Sepulang sekolah nanti, ikutlah denganku" Pinta Iyuna sambil menatap mata Sherin langsung, nadanya datar namun tegas.
"loh? Tapi kan, nanti ada kelas belajar buat ujian besok. Ini terakhir loh" Ucap Sherin ragu sambil menggaruk kepalanya dengan jari telunjuk.
"Yeah, tutornya Eid bukan?" Tanya Iyuna datar sambil mengangguk ke arah bangku Eid.
"Ya" Jawab Sherin singkat sambil mengangguk.
"carilah penggantimu sebagai koordinator" Saran Iyuna sambil menunjuk ke arah teman-teman sekelas dengan gerakan kepala.
"Kau benar juga... Tapi, apa sepenting itu urusannya?" tanya Sherin sambil memiringkan kepalanya.
"sampai ngeskip belajar bersama?" Tanya Sherin ragu sambil menggigit bibir bawahnya.
Iyuna hanya mengangguk yakin dengan gerakan kepala yang tegas ke bawah.
"begitu yah" Ucap Sherin sambil menghela napas, ia kemudian menoleh ke Lucy dan Fyona yang sedang berbincang sambil tertawa tak jauh dari mereka.
"Hei, eeee...," Sherin mengangkat tangannya ragu.
"Lucy!" Panggil Sherin sambil melambaikan tangan dengan gerakan kaku.
Lucy yang mendengarnya segera menoleh ke arah Sherin sambil menghentikan percakapannya, "Iya?" Ia kemudian berjalan mendekat dengan langkah cepat, diikuti Fyona yang berjalan di belakangnya.
"bisakah kamu menjadi koordinator belajar nanti?" tanya Sherin sambil menggenggam kedua tangannya di depan dada.
"pliss yah" Ucap Sherin sambil mengatupkan kedua telapak tangannya di depan wajah dalam posisi memohon, jari-jarinya saling bertemu dengan erat.
"I—iya boleh aja sih. Tapi, Sherin mau kemana kok ngga bisa datang?" Tanya Lucy sambil memiringkan kepalanya ke kiri dengan ekspresi penasaran.
"Oh itu, aku ada urusan dengan Iyuna. Katanya penting" Ucap Sherin ragu sambil melirik ke Iyuna yang masih berdiri dengan lengan terlipat.
"Iyuna yah?" Monolog Lucy sambil meletakkan jari telunjuk di dagunya dan menatap ke atas.
"kemarin kemarin, aku ingat dia di hadang oleh Alta dari 10E" Monolog Lucy sambil mengerutkan alis dan mengingat-ingat kejadian sebelumnya.
"Baiklah kalau begitu, serahkan kepada kami" Ucap Lucy sambil mengangguk yakin dan menepuk dadanya dengan percaya diri.
"Oh benarkah, terima kasih!" Ucap Sherin sambil meraih tangan Lucy dan menjabatnya dengan gerakan naik turun yang antusias.
Setelahnya, kelas dimulai seperti biasanya dengan masuknya guru-guru lain hingga waktu pulang pukul 4 sore dengan bunyi bel yang menandakan berakhirnya jam pelajaran.