NovelToon NovelToon
High School Iyuna

High School Iyuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Menjadi NPC / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anggara The Blukutuk³

Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kenangan di Tepi Danau

Setelah puas dengan istirahat mereka di kolam renang umum dengan tubuh yang masih basah dan rambut yang menetes air, Iyuna dkk melangkahkan kaki dengan santai keluar dari area kolam sambil mengeringkan tubuh dengan handuk yang disediakan. Mereka lanjut kencan mengelilingi taman dengan langkah ringan di atas jalur setapak yang dipenuhi kerikil kecil.

Yeah, standar taman pada umumnya dengan hamparan rumput hijau yang terawat rapi. Disana terlihat banyak bunga bunga berwarna-warni yang bermekaran indah, kelopaknya bergoyang lembut tertiup angin sore. Sesekali Sherin meraba dengan jemari lembut dan menari-nari di antara bunga bunga itu sambil tubuhnya berputar anggun, roknya berkibar mengikuti gerakan kakinya yang melompat-lompat kecil dengan riang.

Setelah beberapa menit mereka berjalan menyusuri jalan setapak dengan kaki yang melangkah berirama, sesekali berhenti untuk mengagumi pemandangan atau berfoto di spot-spot menarik, mereka selesai menyusuri taman itu dengan kepuasan terukir di wajah masing-masing. Mereka pun keluar dari taman sambil mengayunkan tas belanjaan di tangan dan berjalan ke tempat tujuan selanjutnya dengan langkah yang semakin bersemangat.

"selanjutnya, apalagi?" Tanya Iyuna datar sambil menepuk-nepuk tangannya membersihkan sisa kelopak bunga yang menempel, matanya melirik ke Rakha dengan alis sedikit terangkat.

"O—oh itu—" Gumam Rakha sambil menggaruk belakang kepalanya dengan gerakan gugup, matanya berkedip cepat mencari jawaban.

"—kita akan kemana, Eid?" Tanya Rakha gugup sambil berbalik menghadap Eid, melontarkan pertanyaan dengan suara yang sedikit bergetar karena tidak tahu harus menjawab apa.

"kita akan ke taman sebelah. Tapi, jika ada yang ingin kalian lakukan. Boleh kok, aku juga sedang mencari ide" Ucap Eid ke Rakha sambil mengangkat bahu santai, tangannya berkacak pinggang dengan sikap rileks.

Rakha kemudian memutar tubuhnya dan melirik Iyuna dengan mata penasaran, "Iyuna, apa ada yang ingin kamu lakukan?" Tanya Rakha penasaran sambil melangkah beriringan dengan yang lain, kepalanya miring ke arah Iyuna.

"Itu—" Gumam Iyuna sambil meletakkan jari telunjuk di dagu dengan gestur berpikir, matanya menatap ke atas seolah mencari inspirasi di langit sore.

"mungkin, memancing?" Lanjut Iyuna sambil mengangguk pelan, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis saat mengingat sesuatu.

Rakha Tersentak dengan tubuh yang mundur selangkah, "Me—memancing?" Gumamnya sambil menggaruk kepala bingung, matanya terbelalak dengan ekspresi tidak percaya.

"Yeah, terakhir aku memancing dengannya. Itu cukup menyenangkan sih" Monolog Iyuna, matanya menatap sedih ke kejauhan seolah luka lama teringat kembali, bibirnya bergetar halus menahan perasaan.

Flashback bentar ke ingatan Iyuna (On) :

"Nah siap!" Ucap Anggara dengan bangga sambil mengangkat tinggi seutas benang yang dililitkan ke kail, dadanya membusung penuh kepercayaan diri sementara senyum lebar menghiasi wajahnya.

Singkatnya, mereka saat ini ada di tepi danau yang dikelilingi pepohonan rindang dengan dedaunan yang bergoyang pelan. Yang cukup jauh dari pemukiman dengan suasana sunyi dan damai. Danau itu jernih seperti cermin dengan permukaan yang berkilau memantulkan cahaya matahari, banyak ikan nampak berenang dari permukaan air sambil sesekali melompat kecil menciptakan riak-riak lingkaran.

"Uwoghh~" Mata Iyuna berbinar dengan bola mata yang membulat penuh kekaguman, kedua tangannya bertepuk kecil di depan dada.

"Apa itu?" Tanya Iyuna penasaran sambil melangkah mendekat, memiringkan kepalanya dengan alis berkerut ingin tahu.

"Ini alat pancing!" Jawab Anggara percaya diri sambil mengangkat-angkatkan alat pancing di tangannya, dadanya membusung bangga dengan senyum yang merekah lebar.

"alat pancing?" Tanya Iyuna penasaran sambil mendekatkan wajahnya ke alat benang itu, memiringkan kepalanya dengan mata yang menyipit penuh perhatian.

"Benar! Ini alat untuk menangkap ikan" Jelas Anggara sambil menggerak-gerakkan pancing di udara untuk demonstrasi, sembari mengikat ulang benang dengan kail untuk mempererat dengan jari-jari yang bergerak terampil.

"lalu, hewan panjang menjijikkan ini untuk apa?" Tanya Iyuna penasaran sambil berjongkok dan mengangkat kaleng berisi cacing tanah yang ada di sampingnya dengan kedua tangan.

"Itu untuk umpan. Singkatnya, amunisi kita saat ini" Jelas Anggara sambil menunjuk kaleng itu dengan jari telunjuk, matanya masih fokus menatap benang dan kail sambil memeriksanya sekali lagi.

Setelah siap dengan persiapan yang matang, "Baiklah! Berikan cacing itu!" pinta Anggara sambil berdiri tegak, mengulurkan telapak tangan terbuka ke Iyuna dengan gerakan semangat.

Iyuna bangkit dari posisi jongkok dan meletakkan kaleng berisi cacing itu di telapak tangan Anggara dengan hati-hati.

Anggara kemudian merogoh isi kaleng itu dengan jari telunjuk dan jempol lalu mengeluarkan satu cacing yang menggeliat. Dengan telaten dan sabar, ia memasukkan ujung kail yang tajam ke dalam cacing itu sambil memutar-mutar lalu mengikat cacing itu dengan kail hingga erat dan tidak mudah lepas.

"Nah" Gumamnya dengan puas setelah selesai memeriksanya sekali lagi, ia pun berdiri tegak dengan kaki terbuka selebar bahu dan mengambil posisi siap dengan tubuh yang condong sedikit ke belakang.

Ia memutar kail yang terikat itu ke udara dengan gerakan melingkar di atas kepala dan memutarkannya di udara berulang kali dengan ritme yang teratur. Hingga dianggap cukup dengan momentum yang tepat, ia melepas pegangannya dengan gerakan lempar yang kuat dan seketika kail itu terlempar jauh ke tengah danau dengan lintasan melengkung yang indah, menciptakan bunyi "byur" saat masuk ke air.

Iyuna hanya bisa menatap takjub dengan mulut terbuka sedikit sembari duduk bersila di belakang Anggara, kedua tangannya bertumpu di lutut sementara matanya tidak berkedip mengikuti gerakan Anggara.

1 jam 30 menit berlalu dengan matahari yang mulai bergeser posisi, dan ikan tak kunjung menyambar umpan milik Anggara. Anggara tetap berdiri tegap memegang benang dengan sabar meski keringat mulai menetes di pelipisnya.

"Hei hei! Mengapa lama sekali?"

"Kau bilang kita akan mendapat ikan?"

Tanya Iyuna sambil bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke Anggara, nadanya mulai khawatir dengan alis berkerut dan bibir mencebik.

"I—itu" Jawab Anggara ragu sambil menelan ludah, matanya melirik ke arah lain menghindari tatapan Iyuna yang menuntut jawaban.

"Kurasa ikannya sedang bersekolah karena sekarang masih siang" Jawab Anggara sambil menoleh ke Iyuna, tersenyum lembut ke arah Iyuna dengan mata yang berkilat mencoba meyakinkan.

"Be—benarkah!?"

"ikan pun sekolah?"

Tanya Iyuna penasaran sambil melangkah lebih dekat, matanya berbinar dengan ekspresi polos yang mudah percaya.

"Tentu saja! Semua makhluk hidup bersekolah versi mereka" Jelas Anggara sambil mengangguk mantap dengan wajah serius seolah-olah itu adalah fakta ilmiah.

"Ooh, begitu yah! Aku baru tau" Gumam Iyuna sambil mengangguk-angguk paham, ia kemudian kembali duduk di belakang Anggara dengan kaki yang ditekuk menyamping, dagunya bertumpu di tangan.

1 jam lagi pun berlalu dengan posisi matahari yang semakin condong ke barat, Angin kesorean mulai muncul dengan hembusan yang sejuk menyentuh kulit. Dan tak ada satupun tanda tanda ikan menyambar umpan Anggara meski ia sudah mengganti posisi beberapa kali. Padahal, di tepi danau ada banyak sekali ikan ikan kecil seperti sepat yang sedang berjemur dengan sisik berkilau dan mengambil napas dengan mulut yang membuka tutup di permukaan air.

"Huh~" Anggara menghembuskan napas lelah sambil menurunkan bahunya yang tegang. Sedangkan Iyuna terbaring manja di pangkuan Anggara dengan kepala yang bergoyang pelan mengikuti napas Anggara, matanya mulai terpejam karena kantuk.

Mata Anggara mulai sayu menatap benang pancingnya yang terombang-ambing di air. Tangannya tak berhenti memegangi benang itu dengan erat sambil sesekali menggerakkannya pelan untuk menarik perhatian ikan.

Hingga 30 menit berlalu dengan suasana yang semakin sunyi, Anggara mulai merasakan ada pergerakan di tangannya yang berbeda dari biasanya. Setelah ia melihat dengan mata menyipit teliti dan fokus, benang pancingnya bergerak kesana kemari dengan tarikan yang kuat dan tidak beraturan.

"Whoa!" Gumam Anggara kaget sambil melompat berdiri, sehingga membangunkan Iyuna yang tersentak dari tidurnya.

"ada apa? Ada apa!?" Gumam Iyuna kaget sambil bangkit duduk dan mengucek matanya, ia kemudian menatap Anggara yang berdiri tegap sembari membuat gerakan aneh di tangannya dengan tubuh yang bergoyang ke depan belakang.

Yeah, Anggara sedang menarik benang pancing itu sekuat tenaga dengan kedua tangan yang mencengkeram erat dan kakinya yang melebar untuk keseimbangan. Tampaknya, ikan yang dihadapi Anggara saat ini cukup besar karena kekuatannya hampir menandingi Anggara dengan tarikan yang membuat tubuhnya terseret maju mundur.

"Anggara! Kau tidak apa apa?" Tanya Iyuna khawatir sambil bangkit dan berlari mendekat dengan wajah panik.

Anggara menyeringai dengan keringat yang menetes deras, "Iyuna! Tarik aku kebelakang" Ucap Anggara dengan nafas terengah, nadanya tegas namun suara bergetar karena menahan beban.

Iyuna mengangguk cepat dengan ekspresi paham, Iyuna memegang perut Anggara dari belakang dengan kedua tangan. Tangan Iyuna melingkar erat di pinggang Anggara, kakinya tertanam kuat di tanah mencegah Anggara untuk terseret lebih jauh ke arah danau.

Danau yang sebelumnya tenang menjadi bergelombang besar seperti ombak di lautan dengan air yang naik turun menciptakan bunyi "byur" yang keras.

"Tch" Anggara berdecak sambil meringis kesakitan, jemarinya mulai berdarah terkikis benang pancing yang panas dan tajam karena gesekan yang terus menerus, kulit tangannya memerah dan lecet.

Setelah 20 menit perlawanan sengit dengan napas yang terengah dan otot yang tegang, "Byurr~" Ikan melompat tinggi ke tepi danau dengan tubuh yang berkilau basah, "WHOAAA!" Reaksi kaget Iyuna dan Anggara dengan mata terbelalak dan mulut menganga lebar.

Ikan itupun terjatuh menimpa mereka berdua dengan bunyi "gubrak" keras, "E—enghh~" Iyuna berusaha bangkit sambil mendorong dengan kedua tangan dan mengangkat ikan itu yang basah dan licin, "Whoa!"

"besar sekali!" Ucap Iyuna gembira sambil bertepuk tangan dan melompat kecil di tempat, matanya berbinar kagum.

"Benar, aku tidak menyangka akan sebesar ini" Ucap Anggara sambil bangkit dan membersihkan tanah yang menempel di bajunya, meraba raba tekstur kulit ikan itu yang kasar dan bersisik dengan jari-jari yang hati-hati.

Singkatnya, mereka mendapatkan ikan mas berukuran 1 meter lebih dengan tubuh yang gempal dan berisi. Ukurannya hampir menyamai tinggi Anggara yang berdiri tegak. Dan ikan itu berwarna hijau keemasan yang berkilau dan gemuk dengan perut yang buncit.

"haha! Kita akan makan malam dengan ini!" Ucap Iyuna gembira sambil bertepuk tangan dan melompat-lompat kecil, ia kemudian berjongkok dan berusaha mengangkat ikan itu dengan kedua tangan yang merangkul tubuh ikan.

"Whoa! Berat!" Gumam Iyuna sambil menarik napas dalam dan mengejan, langkahnya tak seimbang karena beban yang berlebihan hingga ia terjatuh terduduk dengan pantat yang mendarat keras di tanah.

Anggara hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepala geli, "Tuh kan berat, sini biar kubantu" Ucap Anggara sambil berjongkok di sebelah Iyuna dan ikut mengangkat ikan dari sisi yang lain.

"Whoa!" Bahkan setelah dibantu Anggara dengan tenaga gabungan, mereka masih kesulitan karena ikan yang licin dan berat, ikan itu pun jatuh ke tanah lagi bersama mereka dengan bunyi "gubrak" dan mereka terjatuh bertumpukan.

"Huh~ berat sekali" Gumam Anggara sambil mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangan.

"Hihihi" Iyuna tertawa kecil sambil menepuk-nepuk tanah yang menempel di bajunya, matanya berkilat riang.

"Apa?" Ucap Anggara sambil menatap Iyuna bingung, nadanya kesal namun wajahnya tersenyum geli.

"Lain kali kita memancing lagi Yah!" Ucap Iyuna bersemangat sambil berdiri dan menepuk-nepuk bajunya, tersenyum ke Anggara dengan nada riang dan mata yang berbinar penuh antusiasme.

"Memancing, lagi?" Tanya Anggara sambil ikut berdiri dan mengelap tangannya, nadanya merendah dengan ekspresi lelah namun bahagia.

"Iyah! Tapi nanti, aku juga ikut mancingnya yah!" Ucap Iyuna sambil mengangkat kedua tangan ke atas dengan semangat, tubuhnya melompat kecil di tempat.

Anggara hanya menyeringai dengan mata yang berkilat lembut, ia kemudian melangkah perlahan mendekati Iyuna dengan langkah santai. Ia kemudian mengangkat tangannya dan menepuk kepala Iyuna lembut dengan gerakan penuh kasih sayang, jari-jarinya mengacak rambut gadis itu pelan.

"Iyah, lain kali, kita pakai joran yah"

1
Jumpri Cry
semangat
Jumpri Cry
lanjut
Jumpri Cry
lanjut, semangat
Jumpri Cry
lanjut
SukiDenial
Mcnya keren. Dan ada banyak fanservicenya😍. Iyuna itu waifu ku banget titik🤬
Dimas Saputra
lanjut thor, dan Saling suport
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!