NovelToon NovelToon
Kau Rebut Suamiku, Ku Rebut Suamimu

Kau Rebut Suamiku, Ku Rebut Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Pelakor / Suami Tak Berguna / Tukar Pasangan
Popularitas:164.1k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

"Ambil saja suamiku, tapi bukan salahku merebut suamimu!"

Adara yang mengetahui pengkhianatan Galang—suaminya dan Sheila—sahabatnya, memilih diam, membiarkan keduanya seolah-olah aman dalam pengkhianatan itu.

Tapi, Adara bukan diam karena tak mampu. Namun, dia sudah merencanakan balas dendam yang melibatkan, Darren—suami Sheila, saat keduanya bekerjasama untuk membalas pengkhianatan diantara mereka, Darren mulai jatuh dalam pesona Adara, tapi Darren menyadari bahwa Adara tidak datang untuk bermain-main.

"Apa yang bisa aku berikan untuk membantumu?" —Darren

"Berikan saja tubuhmu itu, kepadaku!" —Adara

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tiga Puluh Satu

Cahaya lembut lampu kafe menari di dinding, menciptakan suasana hangat dan intim. Sheila menatap cangkir kopinya yang tertinggal setengah, sambil sesekali melirik ke arah pintu. Setiap detik terasa lambat, membuat rasa cemasnya semakin menjadi. Galang, pria yang dia harapkan bisa memberikan kebahagiaan dan harta lebih banyak dari Darren ternyata hanya pembohong. Dia dulu berpikir jika semua harta Adara telah pindah ke tangan Galang, ternyata sahabatnya itu tidak sebodoh yang dia pikirkan. Kata-kata manis yang dulu membuatnya percaya bahwa Galang adalah orang yang tepat kini terasa semakin samar.

Kenapa Sheila memilih bertemu di kafe, karena sudah lebih dari satu minggu pria itu tak pulang ke apartemen miliknya. Dia lebih memilih menginap di hotel. Seolah memang sengaja menghindar darinya. Pertemuan ini saja dilakukan dengan paksaan dan ancaman. Sheila mengancam Galang, dia akan mengatakan semua yang pria itu lakukan pada perusahaan Adara dan berapa banyak uang yang telah pria itu rampok. Dulu dia pikir perusahaan Adara telah berpindah pada Galang, sehingga dia mau menjadi selingkuhan pria itu.

“Maaf ya, Sheila. Ada banyak yang harus aku diselesaikan. Sejak aku bercerai dari Adara, aku harus berjuang lagi mencari pekerjaan,” ucap Galang begitu dia datang, wajahnya terlihat lelah. Dia duduk di hadapan Sheila, menyibak rambutnya yang rapi. “Aku bisa lihat kamu udah bengong dari tadi. Nggak apa-apa?”

Sheila mengerutkan kening. “Nggak apa-apa, hanya saja … aku butuh bicara.”

“Bicara tentang apa?” Galang mengangkat alis, lalu menyesap kopinya.

Sheila menarik napas dalam-dalam. Suara riuh di kafe seakan memudar. Hanya ada mereka berdua dalam dunia ini, dan dia tahu ini saat yang tepat. “Tentang hubungan kita.”

“Lagi-lagi tentang kita?” Galang seolah menggoda. “Kita udah ngomong soal ini berkali-kali.”

“Dan setiap kali itu, jawabanmu tidak pernah berubah,” balas Sheila dengan nada sedikit tegas. “Kapan kamu akan menikahi'ku, Galang?”

Pertanyaan itu menggantung di udara. Galang mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Rasa cemas mulai mencengkeram hati Sheila. Dalam perutnya, janin yang mulai tumbuh semakin terasa. Dia butuh kepastian.

“Menikah itu bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng. Apa lagi dengan keadaan keuanganku yang belum stabil saat ini. Rumor tentang perselingkuhan kita juga belum reda, aku tak mau menambah buruk namaku,” kata Galang akhirnya.

“Kau takut namamu jelek, tapi bagaimana denganku yang saat ini sedang hamil anakmu!” Sheila berusaha menahan emosinya. “Kamu tahu keadaanku. Aku sudah bercerai dari Darren. Aku membutuhkan kejelasan. Dan anak ini butuh ayah.”

“Lihat, Sheila, aku menghormati keputusanmu untuk bercerai. Ingat, aku tak pernah memintamu berpisah dari Darren. Lagi pula kita melakukan ini atas suka sama suka. Kenapa aku harus bertanggung jawab lebih dari itu?” Galang menjawab, suaranya tenang namun tegas, seolah menempatkan sebuah tembok di antara mereka.

Jantung Sheila berdegup cepat. Air mata rasanya mendesak keluar, tapi dia berusaha menahannya. “Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu? Kamu bilang mencintaiku, kamu selalu ada untukku. Kini, ketika aku membutuhkanmu, kamu malah mundur?”

Galang terdiam, wajahnya terlihat kontras antara kebingungan dan penyesalan. “Itu tidak sama, Sheila. Cinta tidak selalu berarti kita harus berkomitmen dalam bentuk pernikahan. Aku akan bertanggung jawab. Aku akan menjadi ayah yang baik untuk anak kita, tapi .…”

“Bukan itu yang aku inginkan!” seru Sheila sedikit lebih keras. Beberapa pelanggan lain menoleh ke arah mereka. Namun, dia tidak bisa peduli. “Aku ingin menikah. Aku ingin kita membangun keluarga bersama. Aku ingin kamu bersamaku, bukan hanya untuk anak ini, tapi untuk kita berdua. Aku tak mau anak ini lahir di luar pernikahan!”

“Aku tidak siap, Sheila. Aku masih harus fokus pada karir dan masa depanku sekarang. Aku memulai semuanya dari nol lagi.” Galang menjawab dengan nada yang lebih rendah. “Mungkin beberapa tahun ke depan.”

“Beberapa tahun? Sementara aku harus mengandung anakmu dan berjuang sendiri?” Sheila merasa sakit hati. Sekali lagi, air mata mengancam akan jatuh. “Aku sudah cukup berjuang untuk diriku setelah perceraian. Kini, aku harus bertarung dengan perasaan ini sendirian? Dan apa kau tau jika saat ini aku juga sedang terancam di bui!"

“Bukan maksudku untuk menyakiti perasaanmu. Semua yang terjadi itu karena kelalaianmu. Kamu yang menggali lubangmu sendiri!” Galang menyandarkan kepala di telapak tangan. “Aku tidak ingin membuat janji yang tidak bisa aku tepati.”

“Itu bukan janji, Galang. Itu harapanku, harapan untuk mendapatkan keluarga yang utuh,” seluruh tubuh Sheila bergetar. Dia menahan diri untuk tidak meluapkan semua emosinya di tempat umum ini. “Focus pada karir? Bagaimana denganku? Apakah di sini aku yang harus hancur sendiri? Kau juga harus bertanggung jawab dengan hidupku yang sudah berantakan ini!"

Galang terlihat frustrasi di balik tatapannya yang tajam. “Lihatlah, Sheila. Kita harus realistis. Menganggap bahwa kita bisa langsung menikah hanya karena kamu hamil—itu bukan cara untuk memulai sebuah hidup baru. Kita juga butuh uang untuk melanjutkan hidup. Aku harus memastikan masa depan anak ini. Semua juga deminya. Jika aku menikah saat ini, aku takut tak bisa mengejar karir ku lagi. Yang ada kau akan tambah menjadi penghalang dan bebanku," ujar Galang tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

Sheila terdiam, mendapatkan kenyataan pahit dari kata-kata Galang. Dia tahu dia membutuhkan lebih dari sekadar secangkir kopi dan obrolan hangat di kafe ini. Dia ingin kejelasan, dia ingin cinta yang pasti, bukan rasa tanggung jawab yang tiba-tiba muncul saat semuanya sudah terlambat.

“Jadi, ini yang kamu inginkan? Menjauh dariku dan anak kita?” tanyanya, suara bergetar. “Kamu akan pergi begitu saja, meninggalkan semuanya?”

“Kamu punya hak untuk marah, Sheila. Dan akupun berhak atas pilihan ini. Kita bisa coba membahasnya lagi di lain waktu, ketika situasinya lebih baik,” katanya, mencoba meredakan ketegangan di antara mereka.

“Lebih baik kapan?” Sheila merasa terpojok. Air mata akhirnya menetes. “Sampaikan padaku, lebih baik kapan? Ketika anak ini lahir dan aku membutuhkanmu di sampingku?”

Galang mengalihkan pandangannya lagi, raut wajahnya tak terbaca. “Sheila, jangan membuat ini lebih rumit dari yang sudah ada.”

“Jadi, kamu lebih memilih untuk menghindar? Menghindar dari tanggung jawab?” Sheila bersikeras, keputusasaannya semakin mendalam.

“Mengapa kamu tidak bisa memberi tahu aku apa yang ada di pikiranmu?” tanya Sheila lagi, dia merasa hatinya hancur, menyesali kenapa dulu bisa tergoda dengan pria dihadapannya saat ini.

“Aku berusaha jujur di sini, Sheila. Aku tidak pernah mengatakan aku siap untuk menikah. Itu tidak akan adil untukmu, dan tentu saja tidak adil untukku,” Galang berdalih, tetapi suaranya semakin tidak meyakinkan.

Pertukaran kata di antara mereka membuat suasana di kafe sedikit menggantung. Sheila menyandarkan punggungnya pada kursi, merasakan berat di dalam hatinya.

“Jika kamu memilih untuk pergi sekarang, tinggal aku dan anak ini, tidak akan ada lagi yang menghalangi'mu. Tapi jika kamu pergi, jangan kembali! Untuk kita, untuk anak kita—aku tidak butuh rasa penyesalanmu. Jika kamu memang ingin mengejar karirmu dan meninggalkan kami, jangan pernah datang lagi. Jangan pernah tanyakan tentang anakmu ini lagi,” ucap Sheila, bibirnya bergetar, berusaha menahan segala suara yang ingin keluar.

Sheila tampak sangat rapuh. Dia sepertinya sudah sangat lelah.

Galang tampak terkejut melihat perubahan emosional Sheila. “Sheila, ini bukan yang aku inginkan. Aku janji setelah keuanganku kembali membaik aku akan kembali dan menikahi mu!"

“Berhentilah memberi janji, Galang! Keputusan semua ini hanya di tanganmu!” ujarnya, lebih tegas dari sebelumnya. Dia berdiri, ingin pergi, namun menahan diri dengan sebuah harapan.

Galang menatapnya, antara ingin menarik tangan Sheila dan membawanya kembali atau membiarkan semuanya terurai. Namun, tak ada gerakan berarti dari pria itu. Sheila menggigit bibirnya. “Selamat tinggal, Galang. Mungkin ini pertemuan terakhir kita. Aku harap kau tak akan menyesal.”

Sheila lalu meninggalkan kafe dengan hati penuh rasa penyesalan, kenapa dulu dia memilih berselingkuh dengan pria pecundang seperti Galang. Udara luar terasa lebih dingin, seolah dunia tahu betapa hancurnya dia saat itu.

1
Sunaryati
Selamat atas pernikahan yang kedua dan semoga yang terakhir Darren dan Adara, semoga bahagia dan segera tumbuh adik Funi
Teh Euis Tea
selamat darren adara udah sah jd suami istri
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪 semoga lancar acaranya
Teh Yen
smoga bunga bisa jadi versi terbaiknya saat keluar dari penjara nanti yah,, smngat bunga jd lebih baik yah
🌷💚SITI.R💚🌷
smg ini pernikahan yg terakhir buat lalian ya smpe mau memisahkan.. lanjuut
🌷💚SITI.R💚🌷
smg je depany bisa lbh baik lg ya bungga..hilangkan rasa iri dengki
Bunda Ochie
tak sabar menanti pernikahan daren dan dara dengan konsep gardennya😍
Teh Euis Tea
ga sabar nunggu mereka bahagia
Uba Muhammad Al-varo
tinggal 2 langkah lagi Adara dan Darren menuju pelaminan
Sunaryati
Tak sabar menunggu 2 hari lagi. Mau datang ke pesta kalian
ken darsihk
Menunggu hari H 😍😍
ken darsihk
Mirisss bener Bunga yng tadi nya bersinar harus layu di balik jeruji besi
Star Ir
Makannya itu mulu sih thor
Felycia R. Fernandez
kamu itu artis bobrok...
banyak kok artis yang pake narkoboy...
bahkan karir mereka aman2 aja
Teh Euis Tea
bertobatlsh bunga semoga ada hikmah dari kejadian ini, km bisa berubah ga lari ke club malam dan obat"an terlarang yg rugi diri sendiri bunga, jauhi teman yg sekiranya menjerumuskan pergaulan km
Sunaryati
Syukurlah orang-orang yang membuat kesalahan akhirnya sadar dan bertekad akan memperbaiki diri. Yang belum sadar akan kesalahan itu Galang. Dia menyesal bukan merasa bersalah tapi karena kehidupannya sangat berat karena tidak punya banyak harta, setelah lepas dari Adara. Dasar lelaki benalu tak tahu malu.
Noey Aprilia
Hkum tbur tuai brlaku y bunga....
skrng cm bsa mnyesal kn???mga ga trulang d msa dpn....
mbok Darmi
semua akan menerima buah dari perbuatannya galang sdh nyungsep miskin bunga masuk penjara terjerat narkoba dan sheila semoga tobat dan sadar
Kamiem sag
entahlah bunga
kalo dikampungku orang galau patah hari gak bisa fokus sulit tidur datangnya ke psikolog atau ustadz atau tuan guru atau pendeta utk mendapatkan pencerahan bukan ke club miaras dan obat terlarang
Kamiem sag
syukurlah Sheila punya niat utk berubah jadi lebih baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!