NovelToon NovelToon
Admiral Of Bismarck: The Second War Rises In Another World

Admiral Of Bismarck: The Second War Rises In Another World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Summon / Barat
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Akihisa Arishima

Bismarck telah tenggelam. Pertempuran di Laut Atlantik berakhir dengan kehancuran. Kapal perang kebanggaan Kriegsmarine itu karam, membawa seluruh kru dan sang laksamana ke dasar lautan. Di tengah kegelapan, suara misterius menggema. "Bangunlah… Tebuslah dosamu yang telah merenggut ribuan nyawa. Ini adalah hukumanmu." Ketika kesadarannya kembali, sang laksamana terbangun di tempat asing. Pintu kamar terbuka, dan seorang gadis kecil berdiri terpaku. Barang yang dibawanya terjatuh, lalu ia berlari dan memeluknya erat. "Ana! Ibu kira kau tidak akan bangun lagi!" Saat melihat bayangan di cermin, napasnya tertahan. Yang ia lihat bukan lagi seorang pria gagah yang pernah memimpin armada, melainkan seorang gadis kecil. Saat itulah ia menyadari bahwa dirinya telah bereinkarnasi. Namun kali ini, bukan sebagai seorang laksamana, melainkan sebagai seorang anak kecil di dunia yang sepenuhnya asing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Akihisa Arishima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesta Ulang Tahun

Dua tahun telah berlalu sejak kejadian mengerikan yang menimpa desa mereka. Kini, kediaman keluarga Heinrich di Drachenburg terasa lebih hidup. Bismarck dan Katarina, yang kini menyamar sebagai maid, tetap berada di sisi Anastasia, menjaga dan melindunginya tanpa ada yang mengetahui jati diri mereka yang sebenarnya.

Hari ini adalah hari istimewa—ulang tahun Anastasia yang ke-14. Aula utama kediaman Drachenburg dipenuhi hiasan pita elegan dan rangkaian bunga segar yang memperindah setiap sudut ruangan. Meski udara di luar terasa sejuk, suasana di dalam hangat berkat cahaya lembut dari kristal sihir yang bersinar di langit-langit.

"Sudah siap, Nona Anastasia?" tanya Hana sambil merapikan pita di rambut Anastasia.

Anastasia mengangguk pelan, matanya menatap bayangannya di cermin. Gaun putih lembut dengan sentuhan biru muda membalut tubuhnya. Meski penampilannya tampak anggun, di dalam dirinya ia masih merasa kikuk. Lagipula, jauh di dalam hatinya, ia masih seorang pria dari kehidupan sebelumnya.

"Entahlah, aku merasa sedikit canggung," gumam Anastasia.

Katarina, yang tengah merapikan pakaian yang baru saja dipilih Hana untuk Anastasia, menyahut dengan nada santai. "Bagaimanapun juga, masa lalu adalah masa lalu. Sekarang kita menjalani hidup sebagai gadis, jadi nikmatilah saja, tidak ada gunanya terlalu memikirkannya."

Ia melirik Anastasia sekilas, lalu menambahkan dengan nada bercanda, "Lagipula, Nona Anastasia terlihat cukup manis dalam gaun ini."

Bismarck, yang berdiri di dekat pintu, menatapnya dengan tenang. "Anda sudah cukup dewasa untuk menerima perhatian, Nona. Hari ini adalah milik Anda, dan Anda pantas merayakannya," ucapnya dengan suara lembut namun tegas.

Anastasia tersenyum kecil. Meski Bismarck jarang menunjukkan emosinya, kehadirannya selalu membawa rasa nyaman. "Terima kasih, kalian berdua. Aku benar-benar beruntung memiliki kalian di sisiku."

Tak lama kemudian, suara dentang bel berbunyi. Para tamu mulai berdatangan. Meskipun Heinrich telah mengundang banyak bangsawan dari wilayah sekitar, hanya segelintir yang benar-benar hadir. Banyak dari mereka enggan datang karena darah demi-human yang mengalir dalam diri Anastasia.

Di antara para tamu, tampak seorang wanita cantik mengenakan gaun hijau tua yang elegan. Di sampingnya, berdiri seorang gadis seusia Anastasia dengan rambut merah panjang yang diikat rapi, wajahnya terlihat tenang namun penuh rasa ingin tahu.

"Tante Gertrud! Sicilia!" seru Anastasia, senyum di wajahnya seketika merekah.

"Selamat ulang tahun, Anastasia," ujar Gertrud hangat sambil memeluknya lembut. "Maaf kami datang sedikit terlambat. Sicilia sangat ingin memilih hadiah yang tepat untukmu."

Sicilia melangkah maju dengan sedikit malu-malu, menyerahkan sebuah kotak kecil yang dihiasi pita emas. "Ini... untukmu. Aku harap kamu menyukainya."

Anastasia menerima kotak itu dengan penuh rasa terima kasih. "Terima kasih, Sicilia. Kehadiran kalian sudah lebih dari cukup bagiku."

Di sudut ruangan, Bismarck mengamati percakapan itu dalam diam. Ia bisa merasakan bagaimana perasaan Anastasia bercampur aduk. Meski senyum menghiasi wajahnya, di balik itu ada luka karena ditolak oleh sebagian besar bangsawan. Namun, Anastasia tetap berdiri dengan anggun, menghadapi semuanya dengan keberanian.

Sementara itu, di meja hidangan, August sedang sibuk memilih kue dengan Katarina di sampingnya. "Kau tahu, Katarina," bisik August sambil melirik Anastasia dari kejauhan. "Kakak terlihat berbeda hari ini."

Katarina terkekeh pelan. "Tentu saja, ini hari spesialnya. Nona harus terlihat istimewa."

August mengangguk, tetapi ada kilatan kagum di matanya yang sulit ia sembunyikan. Bagaimanapun, di matanya, Anastasia tetaplah kakak yang selalu ia hormati.

Saat malam semakin larut, Heinrich naik ke panggung kecil di depan ruangan. Ia mengetuk gelasnya dengan lembut, meminta perhatian para tamu.

"Hari ini, kita merayakan ulang tahun ke-14 putriku, Anastasia," suaranya penuh kebanggaan. "Dia telah tumbuh menjadi gadis yang kuat dan berani. Aku berterima kasih kepada semua yang telah hadir di sini untuk merayakan hari istimewanya."

Anastasia menundukkan kepala sedikit, merasa hangat oleh kata-kata ayahnya. Tatapan matanya beralih pada Bismarck dan Katarina, dua sosok yang kini menjadi bagian penting dari hidupnya.

Saat para tamu bersulang dan musik mulai mengalun, Anastasia membiarkan dirinya tersenyum sedikit lebih lepas. Meski sebagian dunia memandangnya sebelah mata karena statusnya sebagai demi-human, ia tahu bahwa ia tidak sendiri. Selama ada orang-orang yang peduli padanya, ia akan terus melangkah maju.

Keesokan harinya, Lucy datang berkunjung ke kediaman keluarga Heinrich di Drachenburg. Dengan senyum ramahnya, ia membawa sebuah tawaran menarik untuk Anastasia dan August.

Karena kesibukannya dengan berbagai penelitian, Lucy meminta maaf karena tidak dapat menghadiri ulang tahun Anastasia. Meski begitu, ia ingin memberikan sesuatu yang istimewa.

"Bagaimana kalau kita pergi ke Ehrenheim?" usul Lucy sambil menatap keduanya penuh semangat. "Sebagai hadiah ulang tahun, aku akan mengajak kalian ke perpustakaan utama di sana. Kalian bisa belajar lebih banyak tentang sihir, dan aku yakin kalian akan menyukainya."

Anastasia dan August saling berpandangan sejenak, lalu mata mereka berbinar penuh antusias.

"Benarkah, Lucy?" tanya August, suaranya terdengar bersemangat. "Aku sudah lama ingin melihat perpustakaan itu!"

Lucy tertawa kecil sambil mengangguk. "Tentu saja. Untuk masalah penginapan, kalian bisa menginap di rumahku. Bagaimana, tertarik?"

"Tentu saja!" jawab August dengan senyum lebar. "Sudah lama kami tidak keluar kota bersama. Ini pasti menyenangkan!"

Melihat antusiasme mereka, Lucy tersenyum lembut. "Kalau begitu, bersiaplah. Kita berangkat siang ini."

Mata August berbinar mendengar tawaran itu. "Benarkah, Lucy sensei? Kita benar-benar akan pergi ke Ehrenheim?" tanyanya antusias.

Lucy mengangguk. "Tentu saja. Lagipula, sudah lama kalian tidak keluar dari Drachenburg, bukan? Ini akan jadi pengalaman yang menyenangkan."

Anastasia, yang duduk di sebelah August, tersenyum kecil. Meski dirinya tidak terlalu tertarik pada sihir seperti adiknya, kesempatan untuk melihat dunia luar selalu menarik perhatiannya. "Aku setuju. Akan menyenangkan melihat tempat baru," ujarnya.

"Bagus," jawab Lucy sambil menepuk tangan. "Dan jangan khawatir soal penginapan, kita bisa menginap di rumah keluargaku."

Dalam perjalanan menuju Ehrenheim, Bismarck ikut serta untuk memastikan keselamatan tuannya.

Perjalanan menuju ibu kota memakan waktu cukup lama. Dengan kereta kuda, mereka membutuhkan waktu setidaknya sehari penuh untuk tiba di sana. Sepanjang perjalanan, Anastasia dan August tampak bersemangat, menikmati pemandangan pegunungan yang menjulang di kejauhan dan hamparan hutan hijau yang terbentang luas.

August duduk di sebelah Anastasia, pipinya menempel di jendela kereta kuda. Matanya berbinar penuh antusias saat menatap pemandangan di luar. "Kak, lihat! Gunung di sana kelihatan besar sekali dari sini!" serunya dengan suara riang.

Anastasia melirik ke arah yang ditunjuk August, tersenyum lembut. "Iya, pemandangan di luar Drachenburg memang indah. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kita pergi sejauh ini," ucapnya, menikmati udara segar yang menyelinap melalui celah jendela.

Lucy, yang duduk di seberang mereka, tersenyum tipis mendengar keceriaan dua bersaudara itu. "Ehrenheim jauh lebih ramai dan penuh warna dibanding Drachenburg," katanya. "Aku yakin kalian akan menyukainya, apalagi perpustakaannya sangat besar dan lengkap."

Sementara itu, Bismarck tetap duduk tenang di sebelah Lucy. Matanya waspada, memeriksa setiap sudut di luar kereta. Meskipun perjalanan ini terasa damai, ia tahu bahwa bahaya bisa muncul kapan saja.

Seperti biasa, August tidak bisa menahan rasa penasarannya tentang sihir. "Lucy, apakah di perpustakaan Ehrenheim ada buku tentang sihir tingkat lanjut?" tanyanya penasaran.

Lucy tersenyum. "Tentu saja. Ada banyak buku langka di sana. Jika kau rajin belajar, bukan tidak mungkin suatu hari nanti kau bisa menjadi seorang Arch Mage."

Anastasia, yang duduk di sebelah August, hanya terkekeh pelan. "August memang cocok jadi penyihir hebat di masa depan. Mana-nya jauh lebih besar daripada milikku," ucapnya tanpa rasa iri sedikit pun.

Lucy menoleh ke arah Anastasia, menyadari nada santai dalam suaranya. "Tapi kau juga berbakat, Anastasia. Meskipun kau lebih unggul dalam pertarungan fisik, kemampuam sihirmu tidak bisa diremehkan," puji Lucy tulus.

Anastasia mengangkat bahu kecil. "Aku hanya menggunakan sihir saat benar-benar membutuhkannya. Mana-ku terlalu sedikit dibandingkan August, jadi aku mengandalkan kekuatan fisikku saja."

August menyenggol lengan kakaknya dengan lembut. "Tapi kau keren, Kak. Tidak semua orang bisa bertarung sebaik dirimu," katanya dengan kekaguman yang jelas di suaranya.

Kereta terus melaju di jalan berbatu, mendekati gerbang besar Ehrenheim. Kota itu berdiri megah dengan menara-menara tinggi yang menjulang di kejauhan. Bagi August, ini adalah petualangan yang sudah lama ia nantikan. Sementara bagi Anastasia, perjalanan ini membawa rasa penasaran baru tentang dunia luar yang lebih luas daripada yang pernah ia bayangkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!