Suami Miskinku, Ternyata CEO Terkaya!!!

"Ok tidak masalah, kita masih memiliki banyak waktu untuk melepas rindu. Sekarang mari kita tidur." Satria menarik Ameena ke dalam dekapannya.

"Baik." Ameena menjadikan lengan Satria sebagai bantalan.

"Suasana seperti ini, kenapa aku merasa pernah mengalaminya ya?" Ameena merasa dejavu.

"Dada bidang ini, aroma tubuh ini. Terasa sangat nyaman untuk dijadikan sandaran." batin Ameena lagi.

Tak butuh waktu lama, akhirnya wanita cantik itu terlelap dalam pelukan Satria.

"Siapa kau sebenarnya?" Satria menatap intens wajah Ameena yang sudah terlelap.

"Kenapa aku tidak bisa melihat cinta dan kerinduan dimatamu lagi Ameena? Apa perasaanmu padaku sudah berubah? Apa kau marah padaku karna aku tidak becus dalam menemukanmu?" lirih Satria.

Penolakan demi penolakan yang Ameena lakukan terus mengganggu pikiran Satria, apalagi setelah Satria memastikan sendiri kalau sang istri tidak sedang datang bulan.

"Tidak apa kalau kau belum siap menerimaku kembali, aku akan terus menunggumu Ameena." Satria membelai wajah cantik Ameena dengan lembut, hingga akhirnya pria tampan itu ikut tertidur bersama sang istri tercinta.

***

Sekitar pukul 1 dini hari, Ameena kembali terjaga dari tidurnya. Rasa bersalah yang Ameena rasakan membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak.

"Pria ini sangat tampan." ditatapnya lekat-lekat wajah tampan Satria.

"Seandainya dia belum menikah, aku mau kok jadi istrinya. Aiden juga pasti senang memiliki papa seperti Satria." gumam Ameena.

"Satria, satria," Ameena menggerakan telapak tangannya di depan wajah Satria, namun tidak ada respon apapun dari pria tampan itu.

"Sepertinya Satria sudah tidur, ini saat yang tepat untuk pergi dari sini. Kalau aku tidak pergi, bagaimana aku bisa menghadapi Satria besok?" Ameena menyingkirkan lengan kekar Satria yang membelit pinggangnya.

Hari ini Ameena berhasil menghindar dari Satria, tapi Bagaimana dengan malam-malam berikutnya? Membayangkannya saja sudah membuat darah Ameena berdesir.

"Aku harus segera pergi dari sini, kalau tidak aku akan habis dimakan pria ini." Ameena turun dari ranjang dengan sangat hati-hati.

"Untung aku belum sempat membongkar tasku dan memindahkan isinya ke dalam lemari, jadi aku bisa langsung pergi." Ameena mengambil tas berisi pakaian miliknya yang sebelumnya ia letakan di samping lemari.

Dengan langkah mengendap-endap seperti seorang pencuri, Ameena berhasil berjalan menuju pintu keluar kamar tersebut tanpa membangunkan Satria.

"Akhirnya aku bisa bebas juga." Ameena menghembuskan nafas lega setelah berada di depan pintu utama.

"Mau kemana kau?" tangan Ameena urung memutar handle pintu kala mendengar suara seseorang yang sangat Ameena kenal.

"M-mama, mama belum tidur?" Ameena tergugup.

"Kalau aku sudah tidur, bagaimana aku bisa tahu kalau kau akan melarikan diri?!" pekik Widya.

"S-siapa yang mau melarikan diri? Aku cuma mau mencari udara segar kok." kilah Ameena.

"Kau pikir aku bodoh? Mana ada orang mencari udara segar di jam seperti ini? Memakai pakaian seperti ini?" Widya menarik jaket yang dikenakan Ameena.

"Juga membawa tas sebesar ini?" Widya menguliti Ameena, membuat wanita cantik itu tak bisa mengelak lagi.

"Maafkan aku nyonya, sepertinya aku tidak bisa melanjutkan kerja sama kita. Izinkan aku pergi dari sini. Aku takut menghadapi putra anda yang mesum itu." adu Ameena.

"Mesum?" beo Widya dengan dahi yang mengkerut.

"Hem, tadi dia hampir melalukan hal itu padaku." lirih Ameena dengan wajah sendunya.

"Aduh dasar wanita bodoh! Kalau anakku menginginkan hal itu ya berikan saja. Itu artinya Satria benar-benar menganggapmu sebagai istrinya." ucap Widya dengan santainya.

"Nyonya, aku menandatangi surat perjanjian itu hanya untuk berpura-pura menjadi istri dari putramu, bukan untuk menjadi jalangnya!" Ameena tak terima.

"Lagipula Satria sudah memiliki istri, bagaimana kalau istrinya yang asli tiba-tiba kembali nanti? Aku bisa dibunuh wanita itu karna dituduh merebut suaminya!" pekik Ameena.

"Kau tenang saja karna wanita itu tidak akan pernah kembali! Kalau dia mau kembali, pasti dia sudah kembali sejak dulu. Atau mungkin saja wanita itu sudah mati." Widya berusaha meyakinkan Ameena.

"Kenapa hatiku terasa sakit ya saat nyonya Widya mengatakan istri Satria yang asli telah meninggal?" Ameena menyetuh dadanya yang tiba-tiba terasa sesak.

"Jadi biarkan saja Satria menyentuhmu, kalau kau mengandung anak Satria tidak menutup kemungkinan kau akan menjadi istri Satria yang sesungguhnya." ucap Widya.

"Tidak nyonya, aku tidak berani." tepis Ameena.

"Lebih baik biarkan saja aku pergi. Aku akan mengembalikan semua uang yang sudah anda berikan padaku, aku belum menggunakannya sama sekali kok." Ameena mengembalikan kartu atm yang sebelumnya diberikan Widya kepadanya.

"Apa kau yakin? Pikirkan dulu baik-baik sebelum mengambil keputusan? Jangan sampai kau menyesalinya?" peringati Widya.

"Aku sangat yakin nyonya." jawab Ameena lugas.

"Lebih baik aku kembali hidup susah daripada hidup dalam rasa bersalah seperti ini." batin Ameena.

"Ingat! Kalau kau membatalkan perjanjian kita, kau harus mengembalikan semua uangnya berikut bunganya sebesar 50%!" ancam Widya.

Ameena diam tak berkutik. Ameena mana punya uang untuk membayar denda sebesar 50% tersebut.

Bersambung.