NovelToon NovelToon
Wajah Tersembunyi

Wajah Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Pengganti / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Mafia
Popularitas:73
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.


Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

"Astaga... kenapa kamu masih merepotkan diri di hari ulang tahunmu sendiri?" tanya Pak Krisna pada sang istri yang dilihatnya tengah sibuk di dapur.

"Memang siapa lagi yang akan memasak?" tanya balik istri Pak Krisna sembari tetap tersenyum, di tengah kelelahan dan keriwehannya di dapur.

"Putrimu kan sudah bilang, kalau dia akan memesan restoran saja untuk kita makan malam," ucap Pak Krisna sembari berjalan menghampiri istrinya dan mulai membantu.

“Kehadirannya saja di rumah untuk bisa makan malam bersama dengan kita, itu sudah cukup, kita jangan menghabiskan uangnya," ucap istri Pak Krisna.

"Hmb, benar sekali. Kamu benar-benar sangat bijaksana, itu sebabnya aku memilihmu menjadi istriku," ucap Pak Krisna sembari mengulas senyum dan mulai membantu mengupas kulit wortel.

Ting.

Notifikasi pesan berbunyi di ponsel Pak Krisna. Pak Krisna pun segera berjalan ke meja makan yang berada dekat sekali dengan dapur. "Apa itu dari Ana?" tanya istri Pak Krisna sembari berjalan mendekat, Pak Krisna pun segera menyalakan ponselnya.

'Ayah, apa kue ini cukup bagus?' Pak Krisna membaca pesan dari Putrinya, Ana.

"Lihatlah, putrimu bahkan tidak melupakan kalau hari ini adalah hari ulang tahunmu, padahal aku hanya bilang kalau kita ingin makan malam bersama. Dia kemarin juga menawarkan akan melakukan reservasi di sebuah restaurant, seperti yang aku bilang tadi," ucap Pak Krisna yang membuat wajah istrinya seketika berbinar.

"Hmb... sejak kapan dia tumbuh dewasa," gumam istri Pak Krisna yang kemudian berlalu kembali ke dapur.

'Cantik sekali kuenya, tapi putriku masih lebih cantik.' Pak Krisna membalas pesan Putrinya.

'Aku sudah perjalanan pulang sekarang.'

'Oke, berhati-hatilah di jalan.'

Setelah bertukar pesan dengan putrinya, Pak Krisna segera pergi ke dapur lagi dan membantu istrinya untuk menyelesaikan pekerjaan.

***

Malam itu hujan turun, setelah membeli kue tart yang tidak jauh dari rumahnya, Ana tidak memanggil taxi, dia memutuskan untuk berjalan kaki saja, karena kebetulan dia tengah membawa payung dan disepanjang jalan menuju rumahnya masih ada beberapa kedai yang buka, jadi Ana tidak khawatir dan tidak memikirkan apapun. 

Ana sempat berhenti sejenak, dia meletakkan kue tart di atas bangku pinggir jalan dan merogoh tas, mengambil earphone, serta memasangnya di telinga. Dia pun memutar musik, agar suasana tidak terlalu sepi.

Ana berjalan lagi dengan sangat santai, beberapa kali juga dia berpapasan dengan pengendara motor yang mengenakan mantel maupun dengan pejalan kaki. Namun, saat dia hampir sampai di rumahnya, dia merasa ada yang aneh. 

"Astaga!" Ana terkejut, saat ada pengendara motor yang hampir saja menabraknya.

"Hai, kalau jalan minggir dong!" ucap pengendara motor tersebut dengan suara memekik, sembari dia menghentikan motornya sejenak.

"Maafkan aku," ucap Ana sembari membungkukkan sedikit tubuhnya, hal itu juga digunakan Ana sebagai kesempatan, untuk menoleh ke belakang serta melihat sekeliling.

"Huft, ternyata tidak ada apa-apa di belakangku," gumam Ana dengan lega. Ana pun berjalan lagi dengan tetap mendengarkan musik. Pengendara motor juga berlalu begitu saja, tanpa memperpanjang urusan.

Namun, Ana tetap merasa aneh dengan keadaan sekitar, seakan ada yang tengah mengikutinya. Ana kemudian mencoba memperlambat langkahnya, dia melepas earphone dan mendapati bahwa malam itu keadaan benar-benar sepi dan mencekam, hanya ada suara percikan air yang jatuh di atas payungnya. 

Ana baru menyadari, bahwa dia saat ini tengah berjalan sendirian di tempat yang sepi, dengan hanya ditemani suara hujan. Ana sudah berjalan sedikit jauh dari kedai-kedai dan mulai memasuki kawasan rumah. Lampu jalan pun juga menyala dengan redup.

Karena rasa penasaran yang tidak bisa lagi ia tahan, Ana pun memberanikan diri untuk menghentikan langkahnya, dengan perlahan dia menoleh ke belakang. "Agkh... " Ana terperanjat, dia mendapati ada seorang pria berdiri tepat di belakangnya. Pria tersebut mengenakan mantel, topi, dan juga masker yang berwarna serba hitam. 

Ana dan pria tersebut sama-sama mematung. Namun, sedetik kemudian pria itu mengangkat wajahnya, dia memandang Ana dengan tatapan aneh. Ana yang menyadarinya pun segera berlari, bahkan dia juga menjatuhkan payung, kue dan juga ponselnya. Ana terus fokus berlari dan pria tersebut juga terus mengejarnya.

***

2 jam berlalu.

"Kenapa dia belum sampai?" tanya istri Pak Krisna yang masih menunggu kedatangan putrinya, bahkan mereka belum menyentuh sedikitpun makan malam mereka yang sudah tertata rapi di atas meja makan.

"Aku akan mencoba menghubunginya," ucap Pak Krisna yang segera mengambil ponselnya.

Tuuuut....

Sambungan sudah terhubung, tapi tidak ada jawaban dari Putrinya. "Mungkin dia sedang berada di jalan. Biarkan saja, jangan membuatnya buru-buru," ucap Pak Krisna.

"Hmmb, benar juga," ucap istri Pak Krisna yang terlihat masih gelisah.

Istri Pak Krisna mengetukkan jari-jarinya di atas meja makan, sehingga menimbulkan irama ditengah keheningan. Tidak ada obrolan sama sekali di antara mereka berdua, suasana menjadi sangat tenang. 

Sebenarnya mereka berdua saat ini juga tengah merasa khawatir, hanya saja sama-sama tidak mereka tunjukkan. Mereka berdua pun terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing.

Ting.

Beberapa saat kemudian ponsel Pak Krisna berbunyi. "Apa itu dari Ana?" tanya istri Pak Krisna dengan antusias.

"Hmmb," ucap Pak Krisna yang sudah membuka ponselnya dengan segera.

'Ayah, maaf aku tidak bisa pulang malam ini, aku akan pulang 3 hari lagi tepat saat hari ulang tahunku.'

"Apa kata dia?" tanya istri Pak Krisna.

"Bacalah sendiri," ucap Pak Krisna sembari menyodorkan ponsel pada istrinya.

"Hmb, okelah tidak apa, 3 hari lagi kita buat kejutan yang meriah untuk ulang tahunnya," ucap istri Pak Krisna.

"Apa kamu tidak kesal?" tanya Pak Krisna.

"Tidak, kenapa aku harus kesal? Anak kita sudah remaja, tentu saja urusannya akan sangat banyak, yang penting dia bahagia," ucap istri Pak Krisna sembari mulai beranjak dari duduknya, beliau pun segera pergi ke dapur untuk mengambil dua piring nasi hangat.

"Kamu memang sangat bijak dan cantik," puji Pak Krisna yang semakin membuat wajah istrinya berseri. Entah istri Pak Krisna benar-benar merasa baik-baik saja, atau beliau hanya menutupinya untuk terlihat baik.

Pak Krisna dan istrinya pun menghabiskan malam yang panjang sembari membahas masa lalu mereka, tentu saja masa lalu yang menyenangkan.

***

Keesokan harinya.

Seperti biasa, Pak Krisna berangkat bekerja pagi itu. Namun ada sesuatu yang sangat menarik perhatiannya saat dia tengah berjalan, Pak Krisna melihat ke arah jalan lorong di sebelah kirinya. Jalan tersebut dikelilingi oleh bangunan rumah yang cukup tinggi, dengan jalan setapak yang cukup kecil, hingga menyerupai lorong yang sepi. 

Entah kenapa saat berjalan, beliau tiba-tiba saja menoleh ke arah tersebut, padahal jalan tersebut bukan jalurnya untuk pergi ke tempat kerja. Perlahan Pak Krisna mendekati benda yang tidak sengaja dilihatnya, semakin dekat semakin jelas. Akhirnya beliau melihat sebuah kue tart yang masih lengkap dengan box nya terjatuh di jalan tersebut, dengan masih banyak butiran air hujan di atas box transparan dan anti air itu. Pak Krisna pun segera merogoh sakunya dan melihat foto kue tart yang semalam dikirim oleh putrinya.

Pak Krisna menarik nafas dalam tatkala melihat kue tersebut sama persis. Meski bentukannya sudah berantakan, tapi Pak Krisna masih bisa memastikannya. Tidak jauh dari kue tersebut ada sebuah earphone, tapi Pak Krisna tidak bisa mengingat earphone tersebut milik putrinya atau bukan. Pak Krisna pun beralih melihat ke arah kue tart lagi, dia melihat bahwa ada nama toko kue yang tertera di box tersebut.

Dengan tergesa, Pak Krisna segera berjalan lagi, setelah sebelumnya sudah memotret nama toko kuenya. Sembari berjalan, beliau juga mencari di internet lokasi toko kue tart yang tertera di box tadi, yang ternyata lokasinya tidak jauh dari beliau saat ini. Pak Krisna pun segera pergi ke toko kue tersebut.

***

"Permisi, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai toko saat mendapati Pak Krisna masuk ke toko tersebut dengan sedikit kebingungan.

"Eh iya, maaf aku mau tanya, apa toko ini memproduksi kue tart seperti ini?" tanya Pak Krisna sembari menyodorkan ponselnya dan menunjukkan foto kue tart dari putrinya semalam.

"Benar Pak, kami memproduksi kue ini," jawab pegawai toko.

"Apa kue ini dipesan secara pribadi?" tanya Pak Krisna.

"Tidak Pak, kami memproduksinya setiap hari, karena selain menjual satu kue penuh, kami juga menjualnya per potong," jawab pegawai toko.

"Apa mungkin anda bisa mengingat bahwa ada seorang gadis yang beli kue ini di sini?" tanya Pak Krisna.

"Tentu saja kami tidak bisa mengingat pelanggan satu per satu, tapi jika anda memiliki bukti nota pembelian, kami bisa mengecek. Karena toko kue juga sangat banyak, belum tentu hanya kami yang menjual kue dengan dekorasi kue seperti itu," jelas pegawai toko.

Pak Krisna segera menggeser layar ponselnya dan menunjukkan sebuah foto, ada stiker yang menempel pada box kue tart yang tadi ditemukannya di jalan. "Baik Pak, saya akan coba mengecek," ucap pegawai toko sembari berjalan menuju ke arah meja kasir. 

Pegawai tersebut segera memainkan jarinya dengan sangat lincah pada keyboard komputer yang ada di meja kasir tersebut.

Beberapa saat kemudian. "Setelah saya menscan barcode di stiker ini, ternyata benar Pak, barcodenya menunjukkan transaksi di jam 9 malam, sepertinya saat kami hendak tutup" ucap pegawai toko.

"Benarkah? Apa di toko ini ada CCTV?" tanya Pak Krisna.

"Disetiap sudut ada CCTV," jawab pegawai toko tersebut.

"Apa aku bisa melihatnya? Aku hanya ingin memastikan saja, yang membelinya putriku atau bukan," ucap Pak Krisna.

"Maaf Pak, kami tidak bisa melakukan hal itu. Anda harus mendapatkan izin dulu, karena CCTV hanya akan diputar dengan tujuan, untuk penyelidikan atau jika terjadi pencurian di toko ini," jelas pegawai toko dengan sangat sopan, sembari mengembalikan ponsel Pak Krisna.

"Ah, begitu ya," ucap Pak Krisna.

"Iya Pak, mohon maaf sekali lagi," ucap pegawai toko.

"Ah, iya tidak apa," ucap Pak Krisna dengan sopan juga.

Pak Krisna kemudian menyimpan ponselnya kembali di saku celana, lalu dia berkeliling toko dan melihat, bahwa memang ada kue tart yang sama persis seperti yang difotokan putrinya, serta juga yang ia temukan di jalan tadi. Ada sekitar masing-masing 5 kue dengan dekorasi yang sama. Pak Krisna pun hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Kalau begitu, aku beli yang ini satu penuh, bukan satu potong," ucap Pak Krisna.

"Baik Pak, akan saya siapkan," ucap pegawai toko.

Pak Krisna pun akhirnya memutuskan untuk pulang kembali dan memberikan kue tart tersebut pada istrinya, baru beliau pergi bekerja, meskipun sudah sangat terlambat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!