Awalnya kupikir Roni adalah tipikal suami yang baik, romantis, lembut, dan bertanggung jawab, namun di hari pertama pernikahan kami, aku melihat ada yang aneh dari diri Suamiku itu, tapi aku sendiri tidak berani untuk menduga-duga sebenarnya apa yang tersembunyi di balik semua keromantisan suamiku itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyelidiki
Aku terperanjat kaget ketika aku terbangun dari tidurku, bukan karena alarm, tapi aku baru saja bermimpi, di dalam mimpiku itu Mas Roni sedang bersama orang lain yang aku tidak tahu siapa, aneh sekali aku bisa mimpi seperti itu, apakah ini adalah efek pikiranku yang mulai mencurigai suamiku sendiri.
Aku melirik jam dinding yang ada di kamar ini, waktu baru menunjukkan jam 3 sore, aku cepat-cepat bangun dan mencuci wajahku supaya terlihat segar, karena aku berencana akan keluar rumah untuk mengobrol dengan tetangga, syukur-syukur aku bertemu lagi dengan Jojo, supaya aku banyak memperoleh keterangan dari dia.
Hari ini Mas Roni pulang sore, itu berarti aku harus gerak cepat sebelum Mas Roni pulang, aku harus mencari tahu informasi mengenai Suamiku itu, aku sungguh penasaran, sebenarnya apa yang disembunyikan oleh suami yang baru saja menikah denganku itu.
Karena masih jam 3 sore, suasana juga masih agak panas, anak-anak yang biasanya bermain belum nampak, mungkin mereka masih pada tidur siang, sekitar jam 4 atau jam 5 sore daerah ini baru terlihat sangat ramai, aku mengedarkan pandanganku, siapa tahu saja ada ibu-ibu yang lagi duduk ataupun yang kebetulan lewat di depan rumah.
Warung Bu Nuri terlihat sepi, tapi warung itu buka, Lebih baik aku ke warung Bu Nuri saja, sambil membeli sesuatu, siapa tahu saja aku bisa mengorek keterangan dari Bu Nuri, karena Bu Nuri juga sangat mengenal Mas Roni.
Aku pun kemudian melangkahkan kakiku menuju ke warung Bu Nuri, yang jaraknya hanya beberapa rumah saja, Bu Nuri nampak tersenyum ke arahku ketika dia melihat aku datang.
"Mbak Fani mau beli apa?” tanya Bu Nuri ramah.
“Aku sih tidak lapar Bu, ya paling aku makan gorengan saja, sama buatkan aku jus jambu ya Bu!“ jawabku yang kemudian langsung duduk di bangku yang sudah disediakan di depan warung Bu Nuri, yang biasanya dipakai untuk makan di tempat.
"Oke siap!” dengan cekatan Bu Nuri kemudian mulai membuatkan jus jambu untukku.
Sementara aku mencomot beberapa gorengan yang sudah tersaji di meja, sambil duduk, kebetulan warung Bu Nuri sepi, jadi aku bisa mengobrol banyak dengan Bu Nuri.
Tak lama kemudian Bu Nuri mengantarkan jus jambu yang sudah dibuatnya tempat aku duduk, sambil tersenyum dia meletakkan jus jambu itu di atas meja.
"Ini Mbak, Silakan diminum jusnya!“ kata Bu Nuri yang kemudian langsung beranjak kembali ke tempatnya.
"Bu Nuri tunggu sebentar!" Panggilku.
Bu Nuri menoleh ke arahku lalu kembali berjalan mendekatiku.
“Mbak Fani mau pesan apa lagi?" tanya Bu Nuri.
“Aku bukannya mau pesan Bu, Bisakah Ibu menemaniku mengobrol sebentar? mumpung lagi sepi ini!" tanyaku balik.
“Mau ngobrolin apa ya? Duh cucian piring masih menumpuk lagi, kalau tidak dicuci sekarang nanti sore keburu ramai!“ jawab Bu Nuri sambil menggaruk kepalanya.
Aku mencium ada gelagat yang aneh di atas diri Bu Nuri, padahal bisa saja dia menemaniku mengobrol sebentar di sini, mumpung suasana sedang sepi, lagian masalah cucian menumpuk dari tadi kan warung ini memang sepi, seharusnya dia bisa melakukannya, apakah itu hanya alasannya saja untuk menghindar mengobrol denganku?
“Sebentar saja Bu, lagi pula kita kan jarang mengobrol, Padahal kita tetangga lho bu!“ ujarku setengah memaksa.
“Iya sih Mbak, tapi beneran deh tadi siang pelanggan pada makan, saya belum sempat cuci piring karena harus memasak nasi yang sudah habis, dan juga membuat masakan untuk sore nanti, lain waktu saja deh Mbak, maaf ya mbak!“ ucap Bu Nuri yang kemudian langsung beranjak masuk ke dalam warungnya, meninggalkan aku yang masih duduk di sini seorang diri.
Aku menghela nafas panjang, kemudian mulai menyeruput jus jambu yang sudah dibuatkan oleh Bu Nuri tadi, kira-kira siapa orang di sekitar sini yang bisa aku ajak bicara baik-baik?
Kelihatannya orang-orang menghindar ketika aku menanyakan tentang Mas Roni, Sebenarnya ada apa ini, kenapa aku semakin galau dan semakin mencurigai suamiku itu.
Tiba-tiba Aku teringat dengan tiga orang ibu-ibu yang tempo hari aku pernah mengobrol, Bu Tati, Bu Yani dan juga Bu Ani, diantara ketiga ibu-ibu itu sepertinya Bu Yani yang paling ceplas-ceplos dalam bicara, sepertinya aku memang harus ke rumah Bu Yani.
“Bu Nuri, Ini uangnya di atas etalase ya! terima kasih jus jambunya!“ ucapku sambil meletakkan uang 10.000-an di atas etalase warung Bu Nur, sayup-sayup terdengar jawaban dari Bu Nuri dari arah dalam rumahnya.
Tanpa membuang waktu aku pun kemudian berjalan menuju ke rumah Bu Yani, aku yakin rumah Bu Yani itu ada di sebelah rumah Bu Tati, karena aku pernah melihat Bu Yani masuk ke dalam rumahnya itu.
Tek Tek Tek
Aku mengetuk pintu pagar rumah Bu Yani dengan koin recehan, tak lama kemudian, Bu Yani keluar, dia masih mengenakan handuk di atas kepalanya, sepertinya dia baru selesai mandi.
"Eh Mbak Fani, Kirain siapa, Ayo masuk dulu deh Mbak!“ kata Bu Wani sambil membukakan pintu pagar rumahnya itu, dia langsung mempersilakan aku masuk dan aku pun langsung masuk dan duduk di ruang tamu rumahnya itu, yang terlihat tidak terlalu luas, berbeda dengan Bu Tati yang sepertinya enggan berbicara denganku.
"Maaf Bu, aku mengganggu ya!" ucapku yang merasa tidak enak karena kedatanganku yang tiba-tiba ini.
"Ah tidak juga kok, oh ya Ada perlu apa ya Mbak, barangkali ada yang bisa aku bantu?“ tanya Bu Yani yang kemudian langsung duduk di hadapanku.
“Begini lho Bu, sebenarnya terus terang maksud kedatangan saya ke sini, karena saya ingin menanyakan tentang suami saya Mas Roni, saya seringkali mendengar desas-desus mengenai Mas Roni, kalau sekiranya Bu Yani mengetahui sesuatu, tolong disampaikan ke saya bu, karena walau bagaimana saya juga harus mengetahui Siapa suami saya!“ jawabku panjang lebar.
Bu Yani nampak terdiam, Sepertinya dia sedang memikirkan kan sesuatu, tapi entah apa itu, kemudian terlihat dia menarik nafas panjang.
“Yah, akhirnya Mbak Fani sadar juga, aku sudah duga kalau suatu hari Mbak Fani pasti akan mencari tahu dan menanyakan tentang suaminya Mbak, orang-orang sini semuanya dipengaruhi oleh bang Roni, karena bang Roni itu memang Royal, suka memberi, makanya dia lumayan disegani di tempat ini!“ ungkap Bu Yani.
"Justru itu Bu, beberapa kali saya tanya orang-orang sepertinya mereka enggan sekali memberitahu saya soal Mas Roni, cuma BuYani mungkin yang bisa membantu saya untuk memberikan informasi tentang suami saya itu Bu!“ ucapku setengah memohon.
"Mbak, aku akan beri tahu Mbak tapi Mbak janji jangan beritahukan sama Bang Roni kalau aku memberikan informasi tentangnya, aku takut Mbak, biasanya anak saya suka dikasih uang sama Bang Roni atau dibelikan sesuatu!“ kata Bu Yani. Aku menganggukkan kepalaku cepat.
"Iya Bu Yani tenang saja, saya cuma ingin mencari informasi tentang suami saya saja, mungkin ada masa lalu yang harus saya tahu yang selama ini dirahasiakan!“ ujarku.
“Begini Mbak, sebenarnya Bang Roni itu sebelum menikah dengan mbak, Dia punya pacar, dan beberapa kali dia membawa pacarnya itu ke rumah dan bahkan kami tetangganya pun sudah beberapa kali melihat Kalau Bang Roni sering jalan sama pacarnya itu, malah pernah makan bareng di warungnya Bu Nuri!“ jelas bu Yani.
"Pacar? Apa mungkin Mas Roni pernah punya pacar, lalu setelah dia bertemu dan berkenalan denganku Dia memutuskan pacarnya dan menikahi aku, mungkin seperti itu ya Bu!“ tanyaku yang agak sedikit terkejut mendengar penjelasan Bu Yani.
Apa benar Mas Roni pernah punya pacar, tapi kenapa Mas Roni tidak pernah menceritakannya padaku, lalu sampai sejauh apa hubungannya dengan pacarnya itu sampai sepertinya semua orang tahu tentang itu.
“Seminggu sebelum Bang Roni pergi ke Bandung untuk menikah dengan mbak, Dia masih terlihat jalan sama pacarnya, dan bahkan pacarnya itu pernah menginap di rumahnya Bang Roni, pokoknya Mbak Fani jangan bilang-bilang sama Bang Roni ya kalau saya memberitahukannya!" lanjut Bu Yani wanti-wanti.
“Bu, beneran pacarnya Mas Roni pernah menginap di rumahnya Mas Roni? Kenapa tidak di gerebek warga?“ Tanyaku meyakinkan.
"Ya masa iya saya bohong sih Mbak, orang saya lihat sendiri mereka boncengan naik motor terus pagi-pagi mereka keluar dari rumah, orang-orang juga pada lihat kok bukan cuma saya!" sahut Bu Yani.
"Ya Tuhan!" gumamku.
"Bang Roni itu sudah ijin pak Rt, entah karena di sogok atau apa, makanya Pak Rt memberi ijin!" lanjut Bu Yani.
Tiba-tiba hatiku bergejolak, jantungku rasanya begitu bergemuruh, berarti pada saat Mas Roni berhubungan denganku sebelum menikah, dia belum memutuskan hubungannya dengan pacarnya itu, tapi kenapa Mas Roni tega membohongiku?
Berarti pakaian yang aku temukan di dalam lemari Mas Roni itu, adalah pakaian pacarnya, bukan pakaian istrinya Edi seperti yang dikatakan oleh Mas Roni.
“Mbak, Mbak Fani tidak apa-apa kan?“ tanya Bu Yani sambil menatap ke arahku dengan wajah kuatir, karena mungkin dia melihat wajahku berubah ketika mendengar penjelasannya.
"Tidak apa-apa Bu, terima kasih atas penjelasannya, saya pamit pulang dulu ya Bu!“ jawabku yang kemudian langsung berdiri, dan tanpa menoleh lagi aku segera keluar dari rumah bu Yani.
Entah dengan perasaan yang sulit untuk dilukiskan aku langsung buru-buru masuk ke dalam rumah, Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, pikiranku benar-benar galau, dan jiwaku seolah hilang setengah.
Bersambung ….