NovelToon NovelToon
Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Office Girl Cantik Kesayangan CEO Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Fatharani Hasya Athalia, atau biasa disapa Hasya oleh teman-temannya itu harus terjebak dengan seorang pria di sebuah lift Mall yang tiba-tiba mati.
Hasya yang terlalu panik, mencari perlindungan dan dengan beraninya dia memeluk pria tersebut.

Namun, tanpa diketahuinya, ternyata pria tersebut adalah seorang CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Hasya sendiri bekerja subagai Office Girl di perusahaan tersebut.

Pada suatu hari, Hasya tidak sengaja melihat nenek tua yang dijambret oleh pemotor saat dirinya akan pergi bekerja. Karena dari perangai dan sifatnya itu, nenek tua tersebut menyukai Hasya sampai meminta Hasya untuk selalu datang ke rumahnya saat weekend tiba.

Dari sanalah, nenek tua tersebut ingin menjodohkan cucu laki-lakinya dengan Hasya.

Akankah Hasya menerima pinangan itu? Sedangkan, cucu dari nenek tua tersebut sedang menjalin kasih bahkan sebentar lagi mereka akan bertunangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

"Kan sudah nenek peringatkan!" Belinda seperri tidak terima dengan tindakan Bara.

Hasya melongo? Maksudnya apa?

"Gak, Nek. Nenek salah paham." ucap Bara.

"Lalu...?" pertanyaan Belinda berhenti saat Bara mencondongkan wajahnya ke pada Belinda. Ia membisikan sesuatu kepada Belinda dan itu membuat Belinda mengepalkan tangannya dengan wajahnya yang memerah.

Ya, Bara memberitahu keadaan tubuh Hasya kepada Belinda biar Belinda tidak salah paham lagi dan mengira dieinya sudah malam pertama dengan Hasya.

"Kita usut aja bagaimana?" tanya Belinda.

"Hasya tidak memperbolehkan, kecuali mereka ada mengganggunya lagi"

"Oke, kalau begitu nenek akan mengarahkan anak buah nenek untuk tetap berhati-hati.

Tidak lama kemudian, datanglah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan anggun bersama dengan pria paruh baya yang sepertinya usianya tidak jauh.

"Selamat datang di keluarga kami, Nak." Helena memberi sambutan berupa pelukan kepada Hasya.

"Ta-tante, terimakasih." Hasya tergagap dengan mata yang berkaca-kaca. Tidaka da orang baik dihidupnya kecuali bunda Dewi dan Aurel.

"Kok, tante, sih? Panggil mama seperi Bara. Sekarang kamu adalah anak perempuan mama satu-satunya." Helena memandang sinis kepada Bagas, sang suami.

"Eleh..lagi begini jangan ngajak perang, Ma. Nanti aja malam ngajak perangnya." Bagas menyahut. Dia tidak ingin kalah dengan Helena.

"Perang kenapa, Tan, eh, Ma?"

"Mama, Papa, jangan bicara yang sulit dicerna di sini dan jangan asal bicara." Bara mengingatkan. Pastinya ujungnya akan membuat Hasya penasaran.

"Hehe... Gak ada, Sayang. Ayo kita makan sekarang." Helena merangkul Hasya dan membawanya ke ruang manan. Di sana sudah ada dua adik dari Helena, Hera dan Sinta.

Hasya mematung melihat keluarga besar dari Bara. Ingatannya kembali ke masa lalu.

"Kamu makan di dapur, bukan di sini!" sentak Yara, sang mama saat mereka sedang kumpul keluarga. Padahal Hasya baru saja akan menarik kursi untuk duduk.

"Iya, ish... Pembantu gak layak makan di sini." adik dari Cakra menimpali.

"Lagian kenapa dia masih merasa jadi keluarga kita, sih? Lebih baik dia keluarkan saja dari rumah ini." Nyonya Darmawan ikut menimpali.

Hasya menutup kedua telinganya saat suara-suara itu berisik di kepalanya. Dan tindakannya tidak lepas dari pandangan kedua tante dari Bara.

"Hasya kenapa?" keduanya panik, apalagi saat melihat tubuh Hasya yang bergetar.

Belinda dan Helena yang berada di sampingnya menengok ke arah Hasya. "Loh, kamu kenapa, Sayang?" Helena lebih panik lagi. Dia merangkul Hasya dan mengusap punggungnya.

Bara pun mendekat, membisikan kata-kata penenang. Barulah Hasya bisa mengendalikan dirinya. Dan sedikit tenang.

"Di sini, semuanya baik, gak akan jahatin kamu, apalagi sampai mengusir kamu." bisiknya.

Hasya membuka matanya, kedua tante Bara yang masih panik itu berubah menjadi tersenyum. "Sini duduk, kita makan sekarang."

"Ma-maaf semuanya." mata Hasya berkaca-kaca.

Bara segera menarik kursi untuk Hasya duduk dan ia juga menuntun Hasya.

"Kamu jangan sungkan, bebas saja di sini. Selamat kamu telah datang ke keluarga kami dan kamu anak perempuan satu-satunya."Ucap Hera, adik pertama Helena. Hera sendiri mempunyai tiga anak dan semuanya laki-laki. Begitu pun dengan Sinta, dia mempunyai dua anak laki-laki. Anak mereka semuanya masih sekolah dan sebagai mahasiswa. Tapi mereka tinggal di asrama termasuk anak bungsu dari Sinta yang baru saja masuk SMP. Mereka semua lakukan karena Hera dan Sinta bekerja yang mengharuskannya sering keluar kota.

Mata Hasya kembali berkaca-kaca. "Dan segera beri kami cucu biar tambah ramai." Sahut Bagas.

"Iya, nenek ingin segera mempunyai cicit dan segeralah buat."

"Nenek." tegur Bara.

"Kamu harus berusaha keras."

"Ayo, mulai makan!" titah Bara dengan tatapan yang dingin. Dia tidak suka membahas hal ini di meja makan.

"Sebentar, cucu nenek satu lagi di mana?" tanya Belinda.

Bara tersentak, ia teringat kepada Arsen yang kemungkinan masih di kantor.

"Nanti juga datang." akhirnya Bara buka suara.

"Kamu sengaja?" Bagas menatap selidik ke arah anaknya yang baru saja menikah itu. Wajahnya terlihat lebih cerah dibandingkan sebelumnya.

"Gak, Pa. Tadi siang kesal sama dia, kalau sekarang aku gak tahu, orang aku belum sempat menghubungi dia lagi."

"Malam! Anak paling ganteng nongol!" suara Arsen terdengar sampai ke ruang makan.

"Tuh, benar, kan, tapi aku masih marah sama dia jadi jangan ada yang ganggu aku." Bara langsung menyendok nasi dan mengambilkan untuk Hasya. "mau sama apa?" Hasya tersentak kaget. kemudian ia menatap Bara.

"Aku ambilkan ini, ya." Bara mengambilkan satu potong ayam, tapi Hasya langsung mencegahnya.

"Jangan!"

"Kenapa?"

"Aku sama sayur aja."

Bara mengepalkan tangannya, dia tahu kalau Hasya itu mempunyai trauma. "gak papa, kamu harus makan yang banyak supaya nanti malam kuat." dia berbisik.

"Kuat untuk apa?"

"Seperri yang mereka inginkan tadi."

"Buat anak?" tanyanya polos. Beruntung keduanya berbicara sambil berbisik.

"Pintar." Bara mengusap puncak kepala Hasya sambil tersenyum. Semua itu tidak lepas dari tatapan kedua tantenya yang duduk hampir bersebrangan. Tapi senyumnya memudar saat Arsen datang ke ruang makan.

"Bro! Sorry!" Arsen menepuk bahu Bara.

"Jangan ganggu selera makan gue!" jawab Bara.

Arsen membuang napasnya berat. Dia benar-benar menyesal. Kalau sudah begini, Bara sulit lagi untuk di ajak berteman olehnya.

"Sudah, kamu makan dulu." Bagas mengajaknya duduk di sampingnya.

"Arsen salah, Pa." Arsen juga memanggil Papa dan Mama kepada orang tua Bara. Dia memang yang menggantikan orang tua Arsen.

"Biarkan saja dulu, kalau amarahnya sudah reda, dia juga pasti kembali seperti biasa." Arsen hanya bisa membuang napasnya kasar.

Setelah Arsen duduk, mereka fokus untuk makan terlebih dahulu. Setelah selesai makan, semuanya berkumpul di ruang keluarga.

Bara uring-uringan saat melihat Hasya dikelilingi mama dan juga kedua tantenya, pun dengan Belinda yang tidak ingin ketinggalan.

Sedangkan dirinya hanya bisa menatap nanar ke arah Hasya, karena dia cuma berkumpul bersama Papa yang pastinya kalau berbicara ujung-ujungnya membicarakan bisnis. Arsen? Dia masih belum bisa menghilangkan marahnya karena kalau terlambat sebentar saja, keselamatan Hasya taruhannya.

"Kamu mau gabung ke sana?" Bagas memecah keheningan di antara mereka. Mereka hanya bertiga karena suami dari tante-tantenya yang menjadi abdi negara, jadi mereka tidak ada di rumah.

"Gak!" Bara menjawab dengan ketus.

"Kalau begitu papa akan main PS sama Arsen."

Arsen tersentak, tumben sekali Bagas mengajaknya bermain PS. Biasanya juga mengajaknya berdiskusi tentang bisnis sampai dia terkantuk-kantuk.

"Hmm..." Bara hanya berdehem dengan pandangannya masih kepada Hasya, berharap Hasya melihat ke arahnya.

"Kamu kaya gak tahu mama sama tante-tante kamu aja. Hati-hati juga istri kamu masih polos, itu." Bagas merasa senang memanasi-manasi Bara.

"Hasya!" Bagas tercengang mendengar Bara yang langsung memanggil Hasya dari jarak lumayan jauh.

"Hasya!" tapi Hasya kembali tidah melihat ke arahnya, dia terlihat ceria di samping mertua dan tante-tantenya.

"Samperin!" Bagas mendorong pelan punggung Bara, gereget. "Sen, siapkan PSnya." Bagas beralih kepada Arsen yang terlihat bengong.

"Sen!" Bagas menepuk pundaknya.

Arsen terkejut dan langsung menoleh. "Siapkan PSnya!" titah Bagas.

"O-oke, Pa." Arsen berdiri dan menyiapkan PSnya.

Tidak lama kemudian, kepala maid di sana datang ke ruang keluarga.

"Permisi, Tuan, Nyonya, di luar ada keluarganya Non Hasya."

Deg!

Bersambung

1
Yurniati
terus semangat update nya thorr
Yurniati
double update thorr
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kamu akan menyesal Haris,apa yang kamu lakukan terhadap Harsya,,,,,
tetap semangat terus thorr
Jar Waty
lanjut thor
Yurniati
terus lanjut update nya thorr
Yurniati
kasian Arsya nya udah menderita di culik lagi,siapa ya yang nyulik,,,,,,
tetap semangat terus thorr
Ijah Khadijah: Siap, Kak. Terimakasih
total 1 replies
lontongletoi
luka kaki Hasya ga di obatin dulu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!