Tak mau anaknya tumbuh menjadi mafia, Erika nekat pergi meninggalkan Ervan, suaminya sendiri. Mengingat sang suami adalah ketua mafia yang paling ditakuti dan kejam.
Demi sang anak, Erika rela meninggalkan kehidupan mewah dan dunia gelapnya. Namun kaburnya Erika tentu tak lepas dari perhatian Ervan. Karena itu, Erika beberapa kali harus berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghindari kejaran sang suami.
Suka dan duka dilalui Erika. Hidup di luar dari kebiasaannya tidak mudah. Apalagi saat dia harus bekerja di bawah pimpinan orang. Alhasil Erika mencoba membuat usaha. Ia pergi ke desa dan membeli lahan luas di sana. Erika memutuskan bercocok tanam buah dan sayuran sebagai mata pencaharian baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31 - Kedatangan Sullivan
"Siapa mereka?" Erika yang belum pernah melihat Sullivan lantas bertanya. Ia langsung menghentikan kegiatan berkebunnya.
"Sullivan..." jawab Ethan.
"Biar aku tebak. Pasti Sullivan adalah pria yang punya kumis tebal dan berperut buncit itu," tebak Erika.
"Yup!" sahut Ethan singkat.
"Sudah aku duga. Bos jahat memang kebiasaan berperut buncit, kalau tidak, maka pasti yang memiliki badan tegap dan bertato," ucap Erika.
Ethan mengerutkan dahi. "Kau sepertinya tahu banyak tentang orang jahat," komentarnya.
"Ayo kita lihat apa tujuan kedatangan mereka," ujar Erika. Ia dan Ethan berjalan menghampiri Sullivan. Lelaki itu datang bersama istri dan dua anak buahnya.
"Halo, Mr. Sullivan! Sepertinya kau tidak punya pilihan selain datang ke sini," sapa Ethan.
Sullivan tak menanggapi perkataan Ethan. Namun atensinya justru tertuju ke arah Erika. Ia terpaku sejenak. Sullivan tak menyangka sosok Erika memiliki paras yang sangat cantik.
"Jadi kau yang namanya Mr. Sullivan. Ada keperluan apa datang ke sini?" tukas Erika.
"Em... Ah... Kau ternyata sudah mengenalku. Kedatanganku ke sini karena ingin menawarkan sesuatu padamu. Bisakah kita bicara empat mata?" kata Sullivan.
"Oke." Erika setuju saja. Dia dan Sullivan bicara berdua. Mereka berjalan menjauh dari semua orang.
...***...
Ervan sekarang masih berada di ruangan gelap. Dia merasa seperti orang buta karena tidak bisa melihat cahaya apapun di dalam sana. Cahaya bahkan tak menembus celah pintu dan ventilasi. Mengingat lampu di luar sengaja dimatikan.
Segala cara Ervan pikirkan agar bisa keluar dari ruangan gelap tersebut. Terutama untuk melepas tali yang menjeratnya.
Ervan tidak menemukan apapun. Namun sebuah keajaiban terjadi saat dia merasa tali yang menjeratnya melonggar. Itu terjadi karena di setiap waktu Ervan terus berusaha melepaskan diri dengan sekuat tenaga. Ia terus menggesekkannya ke ujung pegangan kursi besi yang didudukinya.
Usaha Ervan membuahkan hasil. Hingga tali tambang yang di ikatnya sekarang bisa terlepas.
Ervan senang sekali. Kini dia hanya perlu keluar dari ruangan. Ervan lantas meraba seluruh isi ruangan. Akan tetapi dia tidak menemukan apapun. Menurutnya satu-satunya jalan keluar hanyalah pintu.
Kini Ervan berdiri menatap pintu. Memikirkan cara agar bisa keluar dari sana. Sampai sebuah ide terlintas dalam benaknya.
Ervan mengangkat kursi dan menghantamnya berulang kali ke dinding. Ia sengaja membuat keributan dengan itu.
Benar saja, belum sampai satu menit, sudah ada orang yang datang memeriksa. Saat itulah Ervan menyerang orang tersebut.
Tidak tanggung-tanggung, Ethan menggunakan kursi sebagai senjatanya. Ada dua orang yang datang membuka pintu, dan keduanya merupakan perempuan. Dalam sekejap kedua wanita itu jadi bersimbah darah karena serangan beringas Ervan.
Ervan telah berhasil keluar dari ruangan gelap. Sekarang yang ada hanyalah amarahnya. Dia bertekad ingin membalas semua perbuatan Zivanna.
"Lihat saja! Saat aku melihatnya, aku pasti akan langsung membunuhnya!" geram Ervan. Ia masuk ke ruangan senjata. Di sana dia mengambil dua buah senapan.
Ervan berjalan melewati lorong sambil memegang dua senapan sekaligus. Ketika ada orang yang muncul di depan, maka dia tidak akan segan-segan menarik pelurunya. Lelaki itu benar-benar psikopat. Tidak heran Erika pergi meninggalkannya.
Meskipun tahu Erika pergi karena sikapnya, Ervan tidak akan menyerah untuk mencari sang istri. Kabar tentang Ervan yang melarikan diri langsung tersebar ke seluruh markas.
Kebetulan kala itu Zivanna sedang tidak ada. Ia dan Roby sedang sibuk mencari jejak Erika. Zivanna kaget sekali saat mendapatkan kabar tentang Ervan yang mengamuk.
"Sial! Kita harus kembali ke markas!" seru Zivanna.
mau kemana coba... anak buah udah pada dibantai sama evan
Penasaran akan tindakan Erika menyelesaikan masalah anak² 🤔💪
syukurlah.....
emang cinta itu rumit ya... kita nggak bisa milih mau jatuh cinta ke siapa...🥰🥰🥰