NovelToon NovelToon
NusaNTara: Sunda Kelapa

NusaNTara: Sunda Kelapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Evolusi dan Mutasi / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jonda

Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.

"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dewi Kesuburan. Tara Si Bocah Kaya

Langit bersinar cerah. Burung murai berkicau didalam sangkar. Pemiliknya memberinya pakan. Anak-anak perempuan bermain lompat tali di tanah lapang dan anak laki-laki bermain kasti. Supa ikut bermain kasti. Tian bersandar di pohon sambil makan kue, memperhatikan anak-anak bermain. Yudha berbincang dengan beberapa warga.

Pagi ini, mereka sedang berada di kampung Tebu Kabeh, kampung yang terletak di tengah kebun tebu. Hamparan tebu yang luas mengelilingi kampung itu. Parit-parit kecil mengalirkan air untuk perkebunan tebu.

"Tian, ayo kita mengambil tebu. Aku sudah meminta izin," ajak Yudha dengan wajah semangat. Anak mana yang tidak tergiur ketika melihat tebu terhampar luas.

"Oke, panggil Supa dulu," ucap Tian.

"Supa! Ayo ambil tebu!" teriak Yudha memanggil Supa yang sedang asik bermain.

"Tebu? Kolo!" sahut Supa dengan semangat. Dia segera meninggalkan permainan dan bergegas menghampiri Tian dan Yudha.

"Mas mau panen tebu? Ikut!" ucap anak-anak ketika tau mereka mau panen tebu.

"Ayu wene! Ayo ikut!" ajak Supa dengan lambaian tangan.

"Yeeeyyy." Anak-anak terlihat senang ketika di ajak.

"Malah ngajak pasukan. Rata tebunya nanti," ucap Yudha sedikit terkekeh.

Tian bangkit dari duduknya. "Biarlah. Mereka juga anak kampung sini. Ayo!" Tian memimpin perjalanan mereka dan anak-anak ikut di belakang mereka. Supa berada di tengah dan Yudha berada paling belakang.

"Apuse~ kokon dao. Yarabe~ soren doreri. Wuf lenso~ bani nema~ baki pase~."

Supa bernyanyi untuk menambah semangat. Anak-anak bertepuk tangan dengan tempo cepat.

Yudha tersenyum mendengar Supa menyanyikan lagu itu. Dia menguasai banyak bahasa jadi dia tau makna lagu itu. Walaupun suara Supa terlihat bersemangat, tapi mikro ekspresi menunjukkan dia sedang bersedih. Yudha tersenyum karena suasananya tidak cocok walau nadanya bersemangat.

...****************...

Tian memilih beberapa tebu dan memotongnya, lalu mengulurkan pada Supa.

"Siapa yang mau?" tanya Supa dengan wajah ceria. Dia memang mudah akrab dengan anak-anak. Karena dia berkeingin menjadi guru Taman Kanak-kanak.

"Kulo dulu," sahut anak-anak dengan bahasa yang di campur.

"Ini, perempuan dulu, ya. Laki-laki mengalah." Supa memberikan tebu kepada anak perempuan. Anak perempuan senang menerimanya sedangkan anak laki-laki cemberut.

"Kalian bisa ambil sendiri." Yudha memberikan dua golok pada anak laki-laki. Mereka langsung menerimanya dan bergegas mencari tebu.

"Yang itu sudah bisa di potong." Tian membantu anak-anak memilih tebu.

Seorang anak yang memegang golok langsung menghampirinya. Dia memegang golok dengan kedua tangannya dan mengangkatnya ke atas kepalanya.

Tian menahan tangan anak itu.

"Tunggu dulu. Lihat temanmu." Tian menunjuk teman-temannya berada di dekatnya.

"Sini, mas ajarin."

Tian memerintahkan tiga anak untuk menundukkan batang tebu dengan menarik daun dan di pegang pangkalnya. Dia memposisikan pemegang golok di akar tebu.

"Nah, potong disini." Tian menunjuk pangkal tebu.

Setelah mengetahui posisinya, pemegang golok segera menebasnya. Karena menarik terlalu kuat, tiga anak itu terjatuh ketika batang tebu terpisah dari pangkalnya.

"Aduh!"

"Hahahaha."

Anak-anak lain tertawa melihat mereka. Supa memberitahu bahwa itu tidak boleh. Anak-anak segera menutup mulut mereka.

"Ayo, gantian," ucap Yudha.

"Yang pegang golok gantian. Yang tadi memotong ambil tebu yang sudah kamu potong," intruksi Tian.

"Ayo gentenan. Aku disek." Anak-anak berebut memegang golok.

"Eee, aalaah. Jan bocah." Yudha geleng-geleng melihat tingkah mereka.

"Kau sudah ambil, Yudha?" tanya Supa.

"Aman." Yudha isyarat ke tasnya.

...****************...

Mereka kembali dari mengambil tebu.

Yudha mengupas tebu dengan giginya. Dia melihat pak Kusir melambai-lambai, seperti memanggil mereka.

"Sepertinya keretanya sudah siap." Yudha melihat kereta di dekat pak Kusir.

Mereka menghampiri pak Kusir dan anak-anak kembali ke lapangan.

"Ini ada warga yang akan pergi se arah dengan kalian. Dia Pak Manto. Dia mengizinkan kalian ikut dengannya."

"Nuwun sewu, Pak Manto. Sepurane ngerepot ne." Yudha memberikan penghormatan atas bantuan Pak Manto.

"Ra popo. Ayo munggah," ajak Pak Manto.

Mereka bergegas naik gerobak terbuka.

"Mari Pak Darno. Terima kasih karena sudah membiarkan kami menginap di sini." Yudha bersalaman dengan Pak Darno.

"Tidak apa-apa."

"Tunggu!" Seorang gadis berteriak dan berlari menghampiri mereka. Itu adalah anak Pak Darno yang suka merajut.

Mereka bingung dengan kedatangan gadis itu.

Dia berhenti di samping gerobak dan terengah-engah.

"Ada apa, Juni?" tanya Pak Darno penasaran.

"Aku—aku ingin memberikan sesuatu untuk Mas Tian," ucap Juni malu-malu.

Pak Darno tertawa kecil melihat perilaku anaknya.

"Ini." Juni mengulurkan sebuah kupluk berwarna oranye yang biasa di pakai saat musim dingin. Dia membuatnya semalaman, terlihat kantung matanya hitam.

Tian memiringkan kepalanya karena itu kupluk musim dingin. Tidak ada musim dingin di Benua Tropis.

"Apa kamu—tidak mau menerimanya?" tanya Juni sedikit sedih melihat Tian seperti aneh melihat kupluknya.

"Aku mau," jawab Tian.

Juni sangat senang mendengar jawaban Tian.

"Bisakah—bisakah aku memakaikannya?" tanya Juni memberanikan diri.

Pak Darno menutup wajahnya melihat tingkah anaknya dan tertawa kecil.

Tian sedikit tersentak mendengar permintaan Juni. Tapi dia kemudian menundukkan kepalanya agar bisa di pakaikan.

Juni segera menghampirinya dan memakaikannya. Hatinya berdegup kencang. Suasana menjadi romantis. Juni merapikan kupluk agar terlihat rapi.

Tian mengangkat kepalanya ketika selesai di pakaikan.

"Cocok." Juni menutup mulutnya karena senang melihat Tian cocok memakainya.

"Terima kasih," ucap Tian.

"Sama-sama." Juni membalikkan badannya karena tak sanggup memandang Tian.

"Cut! Mantap! Adegannya sempurna." Yudha bersikap seperti sutradara film. Supa memegang teropong seakan itu kamera.

"Kalian," ucap Tian geram.

"Oke. Semua sudah siap. Kita berangkat," ucap Pak Manto.

Pak Manto menggerakkan tali kemudi dan kuda pun bergerak.

Mereka melambaikan tangan mereka. Pak Darno dan Juni membalas melambai.

"Semoga kau bisa mendapatkannya," ucap Pak Darno sedikit mengejek putrinya.

"Iiihh, bapak." Juni memukul ayahnya karena malu.

...****************...

"Kau tidak lagi mabuk, Tian," tanya Yudha.

"Iya. Lambungku tidak lagi mual."

"Pasti karena obatku," ucap Supa sombong.

"Bukan. Itu pasti berkat perempuan gila itu. Dia mengeluarkan Energi Spiritual dan melepaskannya ke kita," jelas Tian.

"Apa kalian bertemu perempuan itu?" tanya Pak Manto.

"Iya. Bapak tau sesuatu tentang perempuan itu?" tanya Yudha penasaran.

"Semua orang di kampung Tebu Kabeh pasti tau perempuan itu. Kami memanggilnya Dewi Kesuburan," jelas Pak Manto.

"Dewi Kesuburan?" Yudha bingung dengan pernyataan itu.

"Dulu, tanah di kawasan ini sangat gersang. Tidak ada tanah yang bisa di tanami tumbuhan. Lalu perempuan itu datang dan menari mengelilingi tanah gersang ini. Tanah menjadi subur. Setelah kejadian itu, kami menyebutnya Dewi Kesuburan." Pak Manto menceritakan sejarah kampung.

"Bagaimana bisa?" tanya Yudha merasa belum puas.

"Ada orang yang melihat dia menari sambil menggendong bayi. Lalu muncul sebuah mata air, yang sekarang mengalir di parit perkebunan," jelas Pak Manto.

"Tapi kenapa orang-orang menyebutnya perempuan gila?" tanya Tian. Sepertinya dia tau kelanjutan ceritanya. Dia ingin memastikan dugaannya.

"Dia kehilangan bayinya dan menjadi gila."

"Kehilangan bayi ...." Tian seperti mengingat suatu kejadian. Wajahnya sangat murung.

Yudha dan Supa ikut sedih.

# Info

Tian melakukan penyamaran dengan cara memotong rambutnya dan mengecatnya menjadi warna oranye. Dia juga mentatto pipinya dengan Tatto kumis kucing. Dia mau menerima kupluk karna itu membantu penyamarannya. Di poster buronannya, rambutnya panjang dan di beri nama Mansa. Dia menjadi buronan karena menghancurkan beberapa desa.

...****************...

Seorang laki-laki muda sedang memancing di sungai. Penampilannya terlihat futuristik. Dia bersandar di kursi pantai sambil memakai earphone. Dia memejamkan matanya menikmati lagu.

Pelampung bergerak-gerak. Ujung joran sedikit meliuk-liuk. Lonceng di ujung joran berbunyi. Pemuda itu tidak menyadarinya.

Seorang melompat antara dahan kedahan. Dia datang ke sungai tempat pemuda itu berada. Penampilannya juga terlihat futuristik.

Orang itu datang menghampiri. Dia melihat pemuda itu sedang menikmati musik. Kemudian dia mendengar bunyi lonceng dan melihat pelampung bergerak-gerak dan akhirnya berhenti.

"Rain, berapa kau dapat ikan?" tanya pemuda itu. Rain hanya mengangguk-angguk, tidak mendengar panggilannya.

Pemuda itu geram dan mematikan tombol musik di earphonenya.

Rain membuka matanya dan mendapati seorang pemuda di depannya dengan wajah marah.

"Alldo? Ada apa?" tanya Rain.

"Kenapa kau tidak angkat telponku?" tanya Alldo geram.

"Aku mengaktifkan mode jangan ganggu. Aku tidak ingin di ganggu ketika mancing," jelas Rain menghidupkan kembali earphonenya.

"Mana yang kau dapat?"

"Belum ada. Ikannya diet mungkin," pikir Rain.

"Bagaimana kau mau dapat kalau kau tidak liat pancing dan menutup telingamu," sarkas Alldo.

"Terserah. Kenapa kau mencariku?" tanya Rain malas.

"Kau liat handphonemu, siapa yang telpon,"ucap Alldo.

"Siapa memangnya?" Rain terlihat tidak perduli. Dia menghidupkan kembali earphonenya dan bersantai.

Alldo semakin marah. Dia meraih tangan Rain yang ada gelang komunikasi. Dia menghidupkan gelang itu dan muncul layar hologram.

Rain melihat layar hologramnya. Terlihat panggilan seribu satu kali dari 'Claudia Istri Tercinta' tidak terjawab. Dia terbelalak dan terbangun dari kursinya.

"Cok!"

Rain langsung menghidupkan sepatu turbonya dan melesat pergi, melompati dahan pohon.

Alldo melihat kursi dan pancingnya di tinggal.

"Taik lah," umpatnya.

...****************...

Rain melompat dari dahan ke dahan dengan wajah sedikit takut. Dia sampai di tanah gersang dan berlari. Setelah lama berlari, dia sampai di sebuah kota futuristik yang di kelilingi tembok tinggi dan besar. Alat berat terpasang di dinding dan menara pengawas. Pemandangan itu sangat kontras dengan dunia ini.

...****************...

NusaNTara masuk kedalam ormas tukang. Mereka mendatangi meja resepsionis bagian pengajuan misi dan tugas. Meja itu terlihat ramai karena banyak orang yang membutuhkan pekerja. NusaNTara ikut mengantri dan akhirnya tiba giliran mereka.

"Ingin mengajukan misi atau tugas?" tanya Resepsionis.

Misi dan tugas berbeda. Misi bisa di ambil semua orang sesuai bidang. Tugas lebih ke permintaan pribadi kepada tukang. Biasanya tugas di tujukan ke orang yang berpengalaman dan punya kelas tinggi.

"Saya ingin mengajukan misi," ucap Tara.

"Tolong isi formulir ini. Kalau ada spesifikasi bisa memberikan informasi tambahan berupa gambar atau contoh," jelas Resepsionis.

Tara mengisi formulir dan menyerahkan dua gambar. Gambar Pedo Boy dan gambar Barni.

Resepsionis menerima formulir dan terkejut melihat nominal imbalan yang sangat besar.

"Apakah nominal imbalannya benar?" tanya Resepsionis mencari penegasan. Dia merasa imbalan terlalu besar hanya untuk mencari seseorang dan seekor hewan.

"Ya. Masing-masing satu juta Repes," tegas Tara.

"Apa? Satu juta." Salah seorang tukang yang sedang mencari misi mendengar ucapan Tara.

"Tolong letakkan tangan Anda di sini untuk pelunasan registrasi." Resepsionis memberikan kotak yang di tengahnya ada kaca berwarna Dia masih ragu dengan nominalnya dan hanya cara ini yang bisa membuktikan kebenaran.

Ada sistem penyimpanan uang yang menggunakan sidik jari sebagai kode transaksi. Sistem ini biasa digunakan orang kaya agar uangnya aman dan memudahkan transaksi. Sistem ini ada di toko-toko besar dan kantor pelayanan publik.

Sistem ini terjamin keamanannya karena hanya ada satu sidik jari di alam semesta. Jadi tidak ada orang yang bisa mencuri dengan cara memalsukan identitas. Tapi, uang masih bisa di ciri kalau merampok brangkasnya langsung.

Tara meletakkan tangannya di kaca dan tertulis 'Transaksi Berhasil'.

"Transaksi telah berhasil. Permintaan akan segera di proses," ucap Resepsionis terkejut transaksinya berhasil.

"Hei, apa kau memberi imbalan Satu Juta Repes untuk satu misi?" tanya seorang tukang.

Tara berbalik dan melihat orang itu. Penampilannya terlihat seperti pendekar dengan tombak di punggungnya.

"Ya. Misi pencarian. Tidak terbatas bidang keahlian," jawab Tara.

"Apa?"

"Benarkah?"

"Dia tidak bohong, kan?"

"Kaya sekali tuh bocah."

"Imbalannya lebih besar dibandingkan menangkap Mansa. Pasti misinya susah."

"Kau tidak dengar? Itu misi pencarian. Jadi tidak berkelahi."

"Kau pikir kalau sudah ketemu membawanya gampang."

Suasana menjadi ricuh dan mereka mengerubungi Tara.

"Apa misinya?" tanya seorang tukang.

Tara memanfaatkan kesempatan ini dan melakukan pengumuman.

Tara mengambil kedua gambar dan membentangkannya.

"Siapa yang bisa menemukannya dan membawanya padaku, akan mendapat satu juta," ungkap Tara.

"Untuk informasi, kami akan memberikan imbalan setengahnya ketika kami bertemu dengan keduanya," lanjut Tara.

"Tuan, misi Anda belum di proses dan di setujui." Resepsionis memperingatkan kalau misinya belum tentu di terima. Dia takut nanti para tukang tidak mendapatkan imbalan bila berhasil menyelesaikan misi.

"Tenang saja. Kalau Ormas Tukang tidak menyetujui misi ini, ini tetap berlaku sebagai permintaan lepas. Siapa saja bisa mengambilnya. Pria atau wanita, lansia bahkan balita, terserah. Kalian datang saja ke sini di pagi hari jika kalian menemukannya atau memiliki informasi," jelas Tara.

"Weh, tangkapan besar ini."

"Mantap. Kaya mendadak."

Kerumunan terlihat bersemangat mendengar pernyataan Tara.

Nusa hanya diam mengikuti kemauan Tara.

Resepsionis terlihat pusing dengan apa yang terjadi. Dia takut dia akan mendapat masalah.

"Apa kau bisa memegang omonganmu? Melihat dari pakaianmu, kau terlihat tidak punya uang."

Kerumunan menjadi ragu ketika mendengar pernyataan itu.

"Tidak mungkin Resepsionis akan memproses misi kalau dia tidak bisa bayar registrasi," ungkap petualang yang membawa panah.

Kerumunan menjadi percaya melihat kenyataan itu. Mereka menjadi heboh.

"Kau yakin memberi imbalan segitu?" tanya Nusa ragu.

"Kenapa tidak? Aku kaya," jawab Tara dengan sombong.

"Terserah," ucap Nusa tidak perduli.

...****************...

Berita dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut dan menjadi trending topik. Setiap orang membicarakannya dan berkeinginan mengambil misi itu. Mereka tergiur dengan imbalannya.

...****************...

"Proses misi yang ini dan tolak yang ini. Jangan menyinggung keluarga ini." Seorang pria memerintahkan Resepsionis untuk menerima misi Barni dan menolak misi Pedo Boy.

"Baik, Pemimpin," balas Resepsionis. Dia segera keluar dari ruangan.

Pria itu adalah pemimpin Ormas Tukang. Dia sedang menghisap sebuah cerutu dan meletakkan kakinya di meja.

"Bocah kaya yang sombong."

1
Ermintrude
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
jonda wanda: Terima kasih. Bila ada yang kurang dipahami dalam cerita, tolong disampaikan, agar tidak terjadi kebingungan.
total 1 replies
Shishio Makoto
Ngga bisa move on!
Myōjin Yahiko
Aduh, thor, aku tak sabar menanti kelanjutan ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!