Ini tentang Xeira, tentang kisah cintanya dengan Jeffery sang artis juga model ternama, tentang rasa sayang Xeira pada Alexa sang adik dan tentang rasa cemasnya.
Xeira sangat menyayangi sang Adik, tak sekali pun dia menolak apa yang menjadi keinginan adik tercintanya namun satu hal yang menjadikan Xeira bimbang untuk mengambulkan salah satu permintaan sang adik, Jeffery. seorang pria yang adiknya dambakan sebagai seorang kekasih nyatanya adalah kekasih Xeira, pria yang Xeira cintai di dalam hidupnya.
Akankah Xeira memilih kembali menuruti sang adik dan melepaskan Jeffery, atau tetap mempertahankan pria itu dan menolak apa yang menjadi keinginan sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Firda 236, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH
“Saya dan papah saya sepakat untuk memindahkan semua tanggung jawab pada saya tahun depan. Saya akan memimpin perusahaan dan mungkin mengurangi jadwal artis saya nantinya” aku sedikit terkejut sekaligus merasa bersyukur karena itu artinya Jeffery akan mulai serius dalam dunia pekerjaan.
“Untuk hubungan kalian?” aku menatap Papah sejenak, sebelum menoleh menatap Jeffery yang tersenyum tanpa sedikitpun merasa berat untuk menjawab pertanyaan itu, apa lagi dengan tangan pria itu yang kini mengambil tangan ku, menggenggamnya erat.
“Kalau memang Xeira bersedia, dan Om juga Tante mengijinkan, saya ingin secepatnya menikahi Xeira mungkin dua tahun ke depan” aku menatap Jeffery tak menyangka, sebelum dia menoleh dan mengulas senyum indah menatapku lembut.
“Kami akan lebih setuju kalau satu tahun ke depan” aku semakin dibuat tak bisa bernafas sekarang, satu tahun ke depan, apa itu tidak terlalu singkat.
Aku menatap kedua orang tua ku dengan desahan kecil, meminta mereka untuk tak terlalu menekan Jeffery yang mungkin sudah memiliki rencana di awal kepemimpinannya nanti, aku tak ingin terlalu menekan pria ku, walau aku sangat menginginkan pernikahan segera terjadi, tapi memaksakan sesuatu itu tak baik’kan?
“Mah, Pah. Aku lebih setuju dua tahun ke depan. Akan sangat berat mungkin untuk Jeffery kalau satu tahun ke depan.”
“It’s oke baby, semakin cepat semakin baik” aku menatapnya tak enak.
“Liat Xei, Jeffery saja tidak masalah dengan itu. mengapa kamu keberatan?” aku menatap Jeffery lamat, dia mengulas senyum dengan genggaman yang mengerat, mamastikan dan mengatakan semua baik-baik saja lewat tatapan lembut dan usapan sayang-nya pada ku, jangan lupakan tingkah manisnya yang menyentuh hidung ku dengan hidungnya membuat gesekan pelan.
Sebelum kemudian Jeffery kembali menatap kedua orang tua ku yakin, dengan kalimatnya yang membuat aku hanya bisa mematung diam, entah kenapa aku justru merasa cemas.
“Mungkin ada baiknya kami segera melakukan pertemun antar dua keluarga. Agar saling mengenal satu sama lain dan mungkin menentukan tanggal baik?” kedua orang tua ku mengangguk setuju.
“Bagaimana dengan bulan depan?”
“Saya akan memberitahukannya pada kedua orang tua saya” aku lebih memilih menikmati makanan ku dalam diam, sesekali mengangguk mengiyakan saja.
Aku bukannya tak ingin menikah dengan Jeffery, juga bukanya tak ingin kedua orang tua kami bertemu, sungguh bahkan aku sangat menginginkan hal itu sejak dulu, hanya saja bagaimana dengan Alexa?
Mungkin karena terlalu memikirkan Alexa aku sampai tak sadar orang tua ku bertanya hingga harus dibantu Jeffery disamping ku, yang ku tatap sebentar sebelum menatap orang tua ku yang kini mengulang pertanyaan.
“Gimana sama Alexa, Xei? Kamu udah jelasin sama dia soal hubungan kalian?” aku menggeleng lemah.
“Belum Mah. Belum nemu waktu yang pas” ku lihat Mamah menggeleng pelan.
“Makin cepat makin baik Xei. Jangan sampai adik kamu tau dari orang lain, nanti dia bisa lebih sakit hati. Mending kamu bicarain sama dia baik-baik, dia pasti ngerti” aku menunduk, entah kenapa perasaan cemas terlalu mengakusisi diri ku hingga aku kehilangan kendali dan berubah emosional entah pada Mamah atau diri ku sendiri.
Aku menggenggam gerapu semakin kuat, mencoba agar bisa kembali tenang, tapi ucapan Mamah yang terus meminta agar aku berbicara pada Alexa membuat ku tak bisa melawan rasa takut juga cemas dalam diri ku.