NovelToon NovelToon
Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Benalu Dalam Rumah Tanggaku

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Suami Tak Berguna / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Istri ideal
Popularitas:7.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Mentari merupakan seorang perempuan yang baik hati, lembut, dan penuh perhatian. Ia juga begitu mencintai sang suami yang telah mendampinginya selama 5 tahun ini. Biarpun kerap mendapatkan perlakuan kasar dan semena-mena dari mertua maupun iparnya , Mentari tetap bersikap baik dan tak pernah membalas setiap perlakuan buruk mereka.

Mertuanya juga menganggap dirinya tak lebih dari benalu yang hanya bisa menempel dan mengambil keuntungan dari anak lelakinya. Tapi Mentari tetap bersabar. Berharap kesabarannya berbuah manis dan keluarga sang suami perlahan menerimanya dengan tangan terbuka.

Hingga satu kejadian membuka matanya bahwa baik suami maupun mertuanya dan iparnya sama saja. Sang suami kedapatan selingkuh di belakangnya. Hanya karena pendidikannya tak tinggi dan belum juga dikaruniai seorang anak, mereka pun menusuknya dari belakang.

Tak terima perlakuan mereka, Mentari pun bertindak. Ia pun membungkam mulut mereka semua dan menunjukkan siapakah benalu sebenarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH TIGA

Mobil yang dikendarai Shandi baru saja masuk ke pekarangan rumahnya. Dengan wajah lelahnya, ia masuk ke dalam rumah yang pintunya terbuka lebar. Diliriknya, ada ibunya dan adiknya, Septi, yang seperti biasa ada di rumah ketika sore hari karena bertugas membantu membersihkan rumah mereka.

Baru saja Shandi hendak menghenyakkan bokongnya di sofa, tiba-tiba suara sang ibu menginterupsi dengan wajah masamnya.

"Shan, mama mau minta duit 3 juta," ucap Rohani tiba-tiba membuat Shandi membulatkan matanya. Matanya terbelalak sebab segitu mudahnya sang ibu mengatakan meminta uang yang jumlahnya tidak sedikit itu.

"3 juta? Banyak banget, untuk apa? Kan aku udah kasih mama jatah, kenapa tiba-tiba minta lagi. Please deh, ma, tolong berhemat, gajiku nggak segede dulu," tukas Shandi dengan wajah masam, membuat muka Rohani sontak memerah karena kesal anak kesayangannya justru menolak permintaannya mentah-mentah.

"Mau berhemat bagaimana lagi? Mama itu kalau nggak kepepet, nggak akan minta, Shandi. Tapi memang kenyataannya kepepet. Kau tahu, siang tadi rumah didatangi petugas yang nagih uang listrik karena 2 bulan belum bayar. Baru aja petugas listrik nagih, eh petugas PDAM juga datang buat nagih iuran yang juga udah 2 bulan belum dibayar. Mereka kasih tempo 3 hari, kalau nggak dibayar, listrik sama air akan dicabut, terus mama mesti gimana, hah? Mama nggak mau ya gelap-gelapan. Punya rumah gede, tapi listrik nggak ada, mau ditaruh mana muka mama, hah?" bentak Rohani murka dengan rahang mengeras dan mata melotot.

"Jadi listrik sama air udah nunggak 2 bulan? Kenapa nggak mama bayar setiap bulan seperti biasanya sih?" tanya Shandi bingung sebab selama ini ia tidak pernah mendengar perihal tagihan apapun masuk ke rumahnya, lalu kenapa sekarang tiba-tiba ada yang menagih tunggakan pembayaran kayak gini.

"Ya mana mama tahu, mama aja tadi terkejut pas tiba-tiba petugas datang, biasanya kan nggak ada. Mama aja bingung kok," tukas Rohani dengan suara yang mulai memelan membuat Shandi tercenung.

"Jadi selama ini bukan mama yang bayar?" tanya Shandi lagi.

Rohani menggeleng kemudian ia mengeluarkan surat tagihan yang diberikan petugas tadi kepadanya.

Mata Shandi membelalak lebar saat melihat kertas-kertas tagihan itu.

"Ini ... "

Bagaimana Shandi tak membelalakkan matanya saat melihat tagihan listrik 1 bulannya hampir satu juta dan tagihan PDAM hampir lima ratus ribu perbulannya.

Septi yang tadinya hanya diam menyimak tiba-tiba saja menyeletuk membuat keduanya terkesiap kaget.

"Apa selama ini tagihan ini langsung dibayar mbak Tari kak, ma? Terus karena kak Shandi sama perempuan itu udah pisah hampir 2 bulan, jadi selama itu juga dia nggak bayarin lagi tagihan ini," celetuk Septi yang setelah dipikir-pikir benar juga.

Belum sempat Rohani maupun Shandi menimpali celetukan Septi, terdengar derap langkah sepatu yang masuk ke dalam rumah. Ketiganya menoleh, ternyata itu adalah Erna yang sedang memegang kertas yang entah apa isinya.

"Mas, ini beneran tagihan listrik sama air kita? Kok nggak mas bayar sih? Aku nggak mau ya mas listrik sama air dicabut," sentak Erna tiba-tiba seraya menyodorkan lembaran kertas tadi ke depan wajah Shandi dengan kasar.

Shandi segera meraih kasar lembaran kertas tersebut dan kian membelalakkan matanya.

"Kenapa, Shan?" tanya Rohani penasaran. Pun Septi yang ikut penasaran. Ia pun langsung mengambil kertas-kertas tersebut dan ikut membelalakkan matanya.

"Astaga, ternyata tagihan listrik dan air rumah ini juga udah nunggak 2 bulan! Malah tagihannya lebih besar dari rumah kita, ma," sela Septi saat melihat tagihan listrik 2 bulannya hampir 3 juta dan tagihan air hampir 1,5 juta selama 2 bulan. "Gila! Apa kakak juga selama ini juga nggak tahu apa-apa tentang tagihan-tagihan ini?"

Shandi menggeleng. Memang benar, ia tidak tahu apa-apa sebab segala urusan memang telah ia serahkan pada Mentari. Mentari pun tak pernah menceritakan apapun mengenai pengeluaran rumah tangga mereka. Yang pasti semuanya terkendali dengan baik di tangan Mentari. Bahkan kebutuhan ibu serta adik-adiknya pun terpenuhi dengan baik.

Kepala Shandi mendadak pening. Pikirannya penuh. Ia memang tidak pintar matematika, tapi bila dihitung secara kasar saja, pengeluaran untuk air dan listrik rumahnya dan ibunya saja kurang lebih 4 juta, belum yang lain-lainnya.

"Ma, kalau boleh tau, biasanya Tari kasih jatah mama, Septi, dan Tian berapa?" tanya Shandi ragu-ragu.

Rohani mencebikkan bibirnya, "mama 2 juta, Septi sama Tian masing-masing 1.500.000, kenapa? Apa dia korupsiin uang yang sering kamu kasih? Pantas aja dia bisa foya-foya di luar sana," tukas Rohani jengkel. Lagi dan lagi ia berpikir negatif tentang Mentari.

Shandi dengan cepat menggeleng, "nggak mungkin, ma. Justru ... " Shandi tampak ragu ingin mengutarakan dugaannya.

"Justru kenapa?"

"Justru biaya yang dikeluarkannya lebih besar dari uang yang Shandi kasih," ujarnya sambil menelan ludah.

"Mana mungkin gitu. Emangnya dia bisa dapat duit dari mana coba, kerjaan aja nggak ada. Kerjanya aja cuma ngurung diri di dalam rumah."

"Shandi serius, ma. Uang untuk tagihan listrik dan air rumah mama dan aku aja udah hampir 4 juta, jatah mama 2 juta, Tian dan Septi masing-masing 1,5 juta jadi totalnya 9 juta. Sedangkan tiap bulan Shandi cuma kasih 7 juta. Belum lagi biaya lain-lainnya. Kata Septi urusan uang kuliah kamu sama uang sekolah Tian, Tari yang bayar langsung kan, terus untuk makan, belum kalau kalian tiba-tiba minta sesuatu, ini dan itu, atau ada kebutuhan dadakan, bukankah artinya pengeluaran Tari jauh dari yang Shandi kasih," ujar Shandi dengan otak sibuk menerka-nerka dari mana Tari bisa memenuhi kebutuhan keluarganya selama ini.

Kepala Shandi kian sakit saat mengingat Mentari yang pernah mengatakan keluarganya benalu, apa itu memang benar? Apakah selama ini keluarganya lah yang merupakan benalu sebenarnya? Tapi ... dari mana Mentari memiliki uang sebanyak itu bila setiap bulan saja ia harus menambahi pengeluaran keluarganya hingga sebanyak itu?

Rohani dan Septi tampak bergeming bingung. Benar juga apa yang dikatakan Shandi. Tapi dari mana Mentari bisa mendapatkan uang sebanyak itu, coba?

"Please deh, dari tadi bahasan kalian Tari, Tari, dan Tari lagi. Baru juga segitu. Paling juga duit itu dia dapatkan dari jual diri. Kan banyak tuh sekarang perempuan-perempuan matre yang menjajakan dirinya menjadi sugar baby untuk om-om berdompet tebal," celetuk Erna dengan wajah jengahnya.

"Ah, iya, kamu benar juga, Na! Pasti itu. Beruntung siang tadi kamu sudah menalaknya, Shan. Kalau nggak, kita bakal makan duit haram terus," sahut Rohani yang diangguki Septi. Sedangkan Shandi masih meragu Mentari bisa melakukan hal tersebut. Saat mereka pacaran saja, mereka tak pernah melakukan lebih. Paling ya, sama seperti pasangan kekasih lainnya, peluk cium, itu saja, tak lebih. Sebab Mentari begitu menjaga kehormatannya sebagai seorang wanita. Ia sangat menentang s ex before marriage. Berbeda dengan Erna yang saat pertama kali mereka bercinta ternyata Erna sudah tidak perawan lagi. Padahal status Erna masih gadis saat itu.

"Ya udah, nih, karena Erna sedang dapat rejeki, Erna bakal kasih uang buat mama bayar tagihan listrik dan air. Mas juga bayar tagihan kita," tukasnya sambil mengulurkan uang senilai 4 juta pada Rohani dan 5 juta pada suaminya. "Sisanya, ambil aja buat kalian," imbuh Erna dengan wajah sumringah.

Terang saja mata Rohani berbinar cerah, ia pun segera mengucapkan terima kasih pada menantunya yang menurutnya baik hati tersebut.

"Kamu memang menantu mama yang terbaik, Erna. Nggak sia-sia kamu mama jadiin menantu. Udah bisa kasih mama cucu, bisa kasi mama duit juga," tukas Rohani memuji membuat Erna tersenyum bangga.

...***...

Seminggu kemudian,

"Hai mommy Andara, makin cantik aja," sapa Mentari saat mampir ke rumah Jeanara atas permintaan ibu satu anak itu.

"Baru sadar kalau sahabat loe ini emang cantik?"

"Idih, mulai deh narsis. Ternyata gen narsis kalian emang sama ya," seloroh Mentari.

"Maksudnya?"

"Iya, nggak elo, nggak si Jerva, ternyata sama-sama narsis. Putri Bunda Riri yang cantik ini jangan ikutin mommy sama uncle Jerva ya! Cukup mommy dan uncle aja yang narsis, oke!" ujar Mentari seolah berbincang dengan baby Andara.

"Heh, enak aja ngatain gue narsis! Itu namanya bukan narsis, tapi percaya diri. Lagian wajar aja gue sama Jerva sama, lah selama 9 bulan kami tumbuh bersama di rahim yang sama. Yang bedain cuma dia lahir duluan, baru gue. Terus dia laki-laki dan gue perempuan," sahut Jeanara.

"Ada satu lagi beda kalian, Je!"

"Apa?"

"Sodara loe itu kakunya udah kayak triplek dilaminating. Mama nyebelin juga. Huh, sebel banget gue sama dia," ujar Mentari bersungut-sungut membuat Jeanara terbahak-bahak.

"Hati-hati loe, jangan terlalu sebel sama saudara kembar gue entar loe kepincut baru tahu rasa loe," ledek Jeanara membuat Mentari memutar bola matanya jengah.

"It's so impossible, Je!" tegas Mentari.

"Eh, lagian loe harus bilang makasih lho sama sodara kembar gue itu," ucap Jeanara ambigu.

"Bilang makasih? Buat apa?" tanya Mentari bingung.

"Karena ini," ucap Jeanara seraya menyerahkan amplop besar berwarna coklat padanya.

"Apa ini?"

"Lihat aja! Gue yakin, loe pasti senang."

Tak mau berlama-lama penasaran, Mentari pun gegas membuka amplop coklat itu. Kemudian dalam hitungan detik matanya terbelalak sempurna saat melihat isi amplop coklat yang baru saja dikeluarkannya.

"Ini ... " ujar Mentari terbata.

"Yes, itu akta cerai loe."

"Kok bisa?" tanya Mentari bingung.

"Ya bisa lah, kenapa nggak bisa," jawab Jeanara yang sukses membuat mata Mentari berkaca-kaca.

"Jea, makasih banyak ya! Gue ... hiks ... hiks ... berhutang banyak sama loe," lirih Mentari yang sudah memeluk tubuh sahabatnya itu.

"Udah, nggak usah nangis. Lagian gue nggak ngelakuin apa-apa kok. Yang ngelakuin ini semuanya Jerva. Dia yang bantuin loe jadi loe berhutangnya sama Jerva," ucap Jeanara sambil tersenyum lebar membuat Mentari kini menganga tak percaya dengan otak yang sibuk menerka-nerka, mengapa saudara kembar sahabatnya itu mau membantunya.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
BAITI SYAIRUROH
cocok thor
Jack dani Jack dani
kok bisa bisanya dasar ular
Jack dani Jack dani
mertua mandang harta
Jack dani Jack dani
/Grin/
echa purin
/Smile/
Ahsin
sikat beri efek jera.. suami bangke
pelangi
luar biasa
Ayunda Marbun
org tuanya biadab
Firda
jelek sih rehainanya
Rossi Valentina
Luar biasa
Tatari Ana
sepertinya mobil merk itu terlalu berlebihan,
Rita Sari
Luar biasa
Yuni Ngsih
ceritranya good Thor.....mantap lanjut d/ certra yg lain ...ok...👍👍👍💪💪💪
neng ade
koq aneh hidup selama 5 thn berumah tangga pada ga tau klo Mentari itu lulusan sarjana ..
neng ade
diihh .. dasar ulet bulu .. perempuan gatel
neng ade
kalian akan menyesal suatu saat nanti jika tau jati diri nya Mentari ..
neng ade
kemarin aja kue nya ngapain juga dengerin ocehan si ibu mertua
neng ade: lemparin aja tuh kue nya ngapain juga dengerin ocehan si ibu mertua
total 1 replies
neng ade
aku ga bakal tahan hidup kaya gitu .. mending keluar deh mau cerai juga ya silahkan dari pada batin terus2 an disiksa sm suami dan keluarga nya
neng ade
kurang ajar amat sih sikap nya ga ada akhlak nya .. berani banget masuk kamar terus acak2 lemari nyari duit .. diihh .. aku mah langsung keluar aja deh dari rumah itu .. bodo amat sm ibu mertua dan adik ipar yg ga tau sopan santun
Capricorn 🦄
j
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!