NovelToon NovelToon
Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Cewek Gendut / Era Kolonial
Popularitas:14.2k
Nilai: 5
Nama Author: ICHA Lauren

Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.

Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.

Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tulus Menolong

Di dalam mobil, suasana sempat hening. Hanya deru mesin mobil yang terdengar berirama. Victor melirik Nateya melalui kaca spion, sebelum akhirnya memberanikan diri membuka suara.

“Mohon maaf, Nyonya… sebenarnya kita akan ke mana?”

Nateya terdiam sejenak, matanya menatap keluar jendela, seakan membongkar ingatan yang hanya ia sendiri yang tahu. Perlahan ia menarik napas panjang, lalu berkata lirih

“Kita akan pergi ke Kampung Jatinegara Lama.”

Victor terperanjat, bahkan mobil sempat berguncang karena tangannya goyah di setir.

“Ke Jatinegara Lama, Nyonya? Apakah Anda sungguh yakin? Tempat itu dikenal rawan. Penduduknya banyak yang kelaparan, mudah sekali tersulut amarah. Jika mereka melihat mobil pejabat militer, bisa saja…."

Nateya mengangkat tangannya, menenangkan. Tatapannya tegas.

“Aku tahu, Victor. Justru karena itu aku ingin ke sana."

Victor menelan ludah, lalu mengangguk perlahan.

Nateya menatap jauh ke depan. Bukan tanpa alasan dia memilih kampung itu. Sebab di dalam kisah tragis Seruni, Kampung Jatinegara merupakan awal dari penyebab kematiannya.

Berdasarkan alur novel, kampung itu sebentar lagi akan dilanda wabah penyakit dan kelaparan parah. Lalu, beredar sebuah rumor bahwa istri Jenderal—wanita berdarah campuran Belanda Jawa yang rakus dan bertubuh tambun—malah berpesta makan berlimpah. Seolah tidak peduli pada penderitaan rakyat.

Tapi semua itu fitnah yang sengaja ditebar untuk menghancurkannya. Rakyat percaya, mereka marah, dan akhirnya Seruni diburu, dilempari, diseret, hingga dibuang ke penjara. Lalu, ia diceraikan oleh Elias tanpa belas kasihan.

Kali ini, ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Di tengah lamunannya, Nateya kembali disadarkan oleh suara Victor.

“Baik, Nyonya. Jika itu sudah keputusan Anda, maka saya akan antarkan. Semoga Tuhan melindungi.”

Mobil pun melaju ke arah timur Batavia. Jalanan yang mulanya dipenuhi rumah-rumah besar bergaya kolonial perlahan berganti dengan lorong sempit, becek, dan penuh gubuk reyot dari bilik bambu. Bau anyir dan sampah menyeruak.

Di sepanjang jalan, Nateya melihat pemandangan yang membuat dadanya sesak. Banyak gelandangan dan pengemis duduk bersila di tepi jalan, tangan mereka terulur meminta belas kasihan.

Anak-anak kecil berperut buncit karena busung lapar berlarian tanpa alas kaki. Tubuh mereka kurus kering dengan tulang rusuk menonjol jelas di balik kulit cokelat yang kusam. Ada pula perempuan tua dengan mata kosong, menimang bayi kurus yang hanya bisa menangis lemah.

Di sudut lain, asap tipis dari tungku tanah liat menguar, menandakan mereka hanya merebus air untuk meredam lapar. Bau gosong dari singkong basi dan jagung busuk menusuk hidung.

Julian bergidik ngeri, lalu merapatkan tubuhnya ke sisi Nateya. Ia memeluk lengan ibunya erat-erat, matanya berkeliling dengan wajah pucat.

“Mama, aku takut,” bisiknya lirih.

Nateya segera meraih bahu putranya, mengusap punggungnya lembut. Senyum penuh kekuatan terlukis di wajahnya meski hatinya perih.

“Tidak apa-apa, Julian. Kita tidak datang untuk menyakiti. Kita datang untuk menolong. Ingatlah itu.”

Victor menghentikan mobil di pinggir jalan yang becek, tepat di tengah kerumunan warga yang tampak penuh curiga menatap mereka. Sorot mata orang-orang yang kelaparan itu bagaikan pisau tajam, siap menusuk siapapun yang mereka anggap musuh.

Namun, Nateya justru membuka pintu mobil. Ia turun dengan anggun, meski langkahnya menapaki tanah berlumpur.

Kini, semua tatapan penduduk Kampung Jatinegara Lama tertuju pada mereka.

Di ujung jalan kampung, terlihat beberapa serdadu Belanda berseragam cokelat kehijauan, lengkap dengan senapan terikat di bahu. Mereka berdiri tegak di pos kecil dari papan kayu, berjaga dengan wajah waspada.

Begitu melihat seorang wanita dengan pakaian indah, ditemani pria berpakaian resmi ala ajudan militer, para serdadu itu segera menghampiri.

Mereka memberi hormat, tumit menghentak tanah.

“Selamat pagi, Mevrouw… Meneer,” ucap salah seorang, suaranya kaku tapi penuh hormat.

“Mohon maaf, apakah ada keperluan penting? Ini kawasan terlarang bagi pejabat tanpa izin.”

“Saya istri Jenderal Elias. Saya datang untuk membagikan kue kepada seluruh penduduk di sini," jawab Nateya.

Serdadu itu saling pandang, tampak terkejut. Salah satunya berbisik pada rekannya, lalu kembali menoleh.

“Apakah Mevrouw yakin? Tempat ini berbahaya. Penduduk seringkali menjadi beringas.”

Nateya menegakkan tubuhnya, sorot matanya tajam dan penuh keyakinan.

“Ya, saya yakin. Saya akan butuh bantuan kalian untuk menjaga ketertiban.”

Serdadu itu menunduk hormat. “Baik, Mevrouw.”

Nateya menoleh pada Julian. Ia membelai rambut putranya dengan senyum menenangkan.

“Julian, tetaplah di dalam mobil. Lihatlah dari sini. Mama hanya sebentar.”

Julian mengangguk pelan meski wajahnya cemas.

“Baik, Mama."

Dengan dibantu Victor, Nateya membuka bagasi mobil. Ia mengangkat sebuah tas kain besar berisi tumpukan kue gambang beraroma harum manis dari gula aren dan kayu manis.

Bau roti itu segera menyebar, menusuk hidung para penduduk yang lapar.

Begitu Nateya melangkah maju, beberapa penduduk laki-laki dengan wajah kurus dan mata cekung segera menghadang.

“Siapa kau, Nyonya?” tanya seorang pria dengan suara serak. “Apa keperluanmu datang kemari? Mau menangkap kami, ya? Menuduh kami pemberontak?”

Sorak kecil terdengar. Seorang ibu kurus dengan bayi di gendongan menatap sinis.

“Kami sudah cukup sengsara. Lihat tubuh kami hanya tulang dan kulit! Sedangkan Nyonya gemuk dan berlemak."

Suasana memanas. Beberapa orang mulai mendekat lebih rapat. Serdadu Belanda segera menyiapkan posisi, tetapi Nateya mengangkat tangan, memberi isyarat agar mereka jangan gegabah. Ia melangkah maju dengan wajah tenang.

“Tenang dulu, semua… Aku datang bukan untuk menangkap siapapun. Aku datang karena mendengar kampung ini mengalami kelaparan. Aku ingin membantu, walau sedikit.”

Seorang pemuda mencibir.

“Bohong! Mana ada pejabat Belanda mau peduli pada kami.”

Nateya tak menjawab dengan marah. Ia mengangkat tas kain besar itu, lalu menunjukkannya.

“Kalau kalian tidak percaya, di sini ada kue. Aku akan bagikan, tapi dengan tertib. Mulai dari anak-anak, lalu orang tua, dan wanita. Silakan antri.”

Namun seorang lelaki tua bersuara keras menyeletuk.

“Jangan-jangan itu makanan basi! Mau meracuni kami?”

Nateya hanya tersenyum tipis. Ia merogoh tas, mengambil satu potong kue gambang berwarna cokelat keemasan. Tanpa ragu, Nateya menggigit dan mengunyah kue itu di depan semua orang.

“Lihatlah. Aku sendiri memakannya. Tidak terjadi apa-apa.”

Kerumunan mendadak riuh, terdengar bisikan antar warga. Sorot mata mereka mulai berubah dari curiga menjadi penuh harap.

Seorang anak kecil dengan tubuh kurus mendekat, menatap kue di tangan Nateya dengan mata berbinar. Serdadu yang berjaga segera turun tangan, mengatur barisan.

“Ayo! Anak-anak di depan! Orang tua dan wanita di belakang! Jangan rebutan!”

Perlahan-lahan, penduduk mulai berbaris. Awalnya ragu, tapi aroma kue gambang yang manis membuat perut mereka semakin perih.

Nateya menyerahkan potongan demi potongan kue kepada anak-anak kecil.

“Makanlah. Jangan takut.”

Seorang bocah laki-laki kurus langsung menggigit kue dengan lahap, matanya berbinar.

“Enak sekali," gumamnya sambil tersenyum. Senyum itu menular pada bocah-bocah lain.

Victor turut membantu, membagikan kue dari tas besar kedua. Ia menunduk hormat tiap kali menyerahkan.

“Untuk ibu-ibu… untuk bapak tua,” katanya ramah.

Serdadu Belanda berdiri menjaga barisan, sesekali menegur mereka yang hendak menyerobot.

“Jangan dorong-dorongan! Semua kebagian!”

Suasana yang tadinya panas berubah haru. Beberapa perempuan menangis sambil menerima kue, menciumi tangan Nateya.

“Terima kasih, Nyonya.”

Nateya menahan air mata, hanya tersenyum dan berkata lembut.

“Ini bukan apa-apa. Aku hanya ingin kalian tahu… aku tidak pernah berniat merampas makanan rakyat. Aku datang sebagai saudara kalian.”

Julian yang menyaksikan dari dalam mobil tak bisa menahan senyum kecil. Ia melihat ibunya berdiri anggun di tengah kerumunan miskin itu, menyalurkan kebaikan yang tulus. Di dalam hati, ia merasa sangat bangga.

1
Dewi hartika
hem sudah di tinggal baru rasa,lanjut thortt
Nurma Sari
thor tamabhin epesod donk.. aq ga puas baca satu epesed
Jjlynn Tudin
benci btul bgini ohh bnyk2 org knp mw minta tolg sama laki org puiii
Jjlynn Tudin
bukan Salah pelekor juga sih lelakinya yg Salah🤣
Nurma Sari
lanjut thorr aq suka sekali..
Erna Fkpg
lanjuuut thor
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor 😍😍❤️🥰🤩🥰🥰🥰🤩🤩🤩🤩🤩🥰😍🥰
Nurhalimahbunga
Elias anj...
Nurhalimahbunga
jijik x lihat Amara dan Elias pasangan sampah cocok kalian ber 2
Maria Maria
ceraikan saja Elias buang ke tong sampah' suami bodoh begitu GK sesuai pangkat jenderal 🤮
Erna Fkpg
dasar suami bodoh malah membela orang lain dr pd istrinya mending buang aja kelaut
Nurhalimahbunga
ulat bulu kalah ini belum seberapa, masih banyak lagi kejutan dari nateya
Erna Fkpg
hahaha nateya dilawan mana bisa dokter dr masa depan
Erna Fkpg
kutunggu -tunggu akhirnya up juga terimakasih thor tetap semangat
Nurhalimahbunga
gak sabar nunggu kelanjutannya kak
Cty Badria
gue suka gaya lo
Erna Fkpg
dikit amat thor upnya yg banyak dong thor tetap semangat
Bunny🥨: “Ketika tubuh jadi taruhan untuk keadilan. Mampir juga yu di ceritaku berjudul "kesepakatan di Atas Ranjang.” ditunggu kehadirannya ❣️
total 1 replies
Arinta Maya Hardjito
Tak tunggu selalu up-nya Thor 🩷🩷🩷🩷❤️❤️😍😍😍❤️❤️❤️😍
Erna Fkpg
kutunggu upmu thor kalau bisa setiap hari dong thor soalnya ceritanya bagus GK sabar nunggu kelanjutannya ❤️❤️❤️
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor 😍😍💋🥰🥰🤩🤩🥰😍😍❤️🥰🤩🥰😍🥰 semangat dan i love you 💋💋💋💋❤️❤️❤️❤️❤️❤️🤩🤩🤩😍🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!