NovelToon NovelToon
Desa Penjahit Kain Kafan

Desa Penjahit Kain Kafan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:231
Nilai: 5
Nama Author: Mrs. Fmz

Di pinggiran hutan Jawa yang pekat, terdapat sebuah desa yang tidak pernah muncul dalam peta digital mana pun. Desa Sukomati adalah tempat di mana kematian menjadi industri, tempat di mana setiap helai kain putih dijahit dengan rambut manusia dan tetesan darah sebagai pengikat sukma.
​Aris, seorang pemuda kota yang skeptis, pulang hanya untuk mengubur ibunya dengan layak. Namun, ia justru menemukan kenyataan bahwa sang ibu meninggal dalam keadaan bibir terjahit rapat oleh benang hitam yang masih berdenyut.
​Kini, Aris terjebak dalam sebuah kompetisi berdarah untuk menjadi Penjahit Agung berikutnya atau kulitnya sendiri akan dijadikan bahan kain kafan. Setiap tusukan jarum di desa ini adalah nyawa, dan setiap motif yang terbentuk adalah kutukan yang tidak bisa dibatalkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Pola Jahitan di Tanah Gersang

Aris melihat bahwa setiap nyawa di desa ini sedang digantung pada sehelai benang yang ujungnya dipegang oleh sosok-sosok tanpa wajah yang mulai bermunculan dari balik dinding. Ruangan tengkorak itu bergetar hebat saat tanah di bawah kaki mereka mulai terbelah perlahan-lahan, menyingkap hamparan tanah gersang yang tertanam di balik fondasi gaib tersebut.

Dari celah tanah yang retak, muncul pola-pola jahitan raksasa yang terbuat dari jalinan akar pohon jati yang telah menghitam dan kering.

"Sekar, lihat pola itu! Itu bukan sekadar retakan tanah, itu adalah instruksi untuk mengikat sukma penduduk!" teriak Aris sambil mencoba menyeimbangkan tubuhnya.

"Aris, sosok-sosok tanpa wajah itu mulai menarik benang mereka! Penduduk desa akan mati jika kita tidak memutus akar itu!" balas Sekar Wangi dengan suara yang parau.

Aris Mardian menatap pola jahitan di tanah gersang tersebut dengan kacamata seorang perancang bangunan, mencoba menemukan titik simpul yang menahan seluruh ketegangan tanah. Ia menyadari bahwa pola tersebut adalah refleksi dari denah yang ada di lengannya, namun dalam skala yang jauh lebih besar dan destruktif.

Jika ia salah menginjak satu garis jahitan saja, maka tanah gersang itu akan menelan mereka hidup-hidup ke dalam perut bumi.

"Kita harus berjalan mengikuti pola jahitan yang paling tipis, Sekar, itu adalah jalur sirkulasi energi yang paling lemah!" perintah Aris dengan tegas.

"Tapi Aris, tanah di sana terus mengeluarkan uap panas yang berbau seperti belerang dan daging terbakar!" keluh Sekar sambil menunjuk ke arah gumpalan asap.

Aris menarik tangan Sekar, melompat dari satu bongkahan tanah ke bongkahan lainnya dengan ketelitian yang sangat tinggi. Setiap kali kakinya menyentuh tanah, suara jeritan ribuan nyawa terdengar menggema dari dalam retakan, seolah-olah tanah itu sendiri memiliki pita suara yang sedang terluka.

Sosok-sosok tanpa wajah di sekeliling mereka mulai bergerak mendekat, tangan mereka yang panjang dan kurus mencoba meraih ujung baju Aris.

"Jangan biarkan mereka menyentuh kulitmu, Sekar! Mereka adalah penarik benang yang akan mencuri sisa umurmu!" ucap Aris sambil mengayunkan linggisnya.

"Gunakan serbuk pengering luka ini, Aris! Ini bisa membakar akar-akar hitam yang mencoba melilit kaki kita!" seru Sekar sambil melemparkan bungkusan ramuan.

Serbuk itu meledak saat bersentuhan dengan akar hitam, menciptakan api hijau yang merambat cepat mengikuti pola jahitan di atas tanah gersang. Aris melihat pola itu mulai bereaksi, beberapa simpul jahitan mulai terlepas dan mengeluarkan cairan kental berwarna merah marun.

Namun, pelepasan simpul itu justru membuat guncangan di bawah tanah semakin menjadi-jadi, menyebabkan beberapa tengkorak di dinding ruangan mulai berjatuhan.

"Wanita tua itu tertawa, Aris! Dia senang melihat kita merusak jahitan ini!" teriak Sekar yang melihat sosok penjaga itu masih duduk tenang di tengah kekacauan.

"Dia bukan senang, dia sedang menunggu kita mencapai pusat jahitan agar dia bisa mengunci kita di sana selamanya!" sahut Aris dengan gigi yang bergeletuk.

Aris sampai di pusat pola jahitan, sebuah area di mana tanahnya sangat kering hingga menyerupai lembaran kulit yang sudah tua dan rapuh. Di tengah area tersebut, tertanam sebuah jarum raksasa yang terbuat dari tulang paha manusia yang diukir dengan sangat halus.

Jarum itu berdenyut mengikuti irama jantung desa, memompa energi hitam ke seluruh penjuru Sukomati melalui akar-akar yang terjahit di tanah.

"Kita harus mencabut jarum tulang itu sekarang juga, Sekar!" teriak Aris sambil memegang pangkal jarum yang terasa sangat dingin.

"Tanganmu akan melepuh jika menyentuhnya secara langsung, Aris! Gunakan kain mori basah ini sebagai pelapis!" perintah Sekar dengan sigap.

Aris membungkus tangannya dan mulai menarik jarum tulang itu dengan sekuat tenaga, merasakan perlawanan yang sangat hebat dari dalam perut bumi. Otot-otot lengan Aris menegang hingga garis hitam di bawah kulitnya tampak seperti akan pecah mengeluarkan darah.

Saat jarum itu mulai terangkat sedikit, bumi mengeluarkan suara raungan yang sangat dahsyat, dan ribuan tangan kecil mulai muncul dari dalam tanah gersang tersebut.

"Mereka menahan jarumnya dari bawah, Aris! Aku akan menghalau tangan-tangan itu dengan pisau bedahku!" jerit Sekar sambil menebas jemari pucat yang bermunculan.

"Sedikit lagi, Sekar! Aku bisa merasakan akarnya mulai putus di bawah sana!" raung Aris dengan wajah yang memerah padam.

Dengan satu sentakan terakhir yang menghabiskan seluruh tenaganya, Aris berhasil mencabut jarum tulang tersebut dari jantung tanah gersang. Ledakan energi hitam seketika menyembur keluar dari lubang bekas jarum, melemparkan Aris dan Sekar hingga menghantam dinding tengkorak yang sudah rapuh.

Tanah gersang itu mendadak kehilangan kekuatannya dan mulai hancur menjadi debu abu-abu yang sangat halus, menimbun sosok-sosok tanpa wajah di bawahnya.

"Kita berhasil... pola jahitannya sudah hancur..." bisik Aris sambil terengah-engah di atas tumpukan debu.

"Tapi lihat ke arah desa, Aris, asap hitam itu tidak menghilang, justru semakin menebal," sahut Sekar dengan nada yang penuh kecemasan.

Aris bangkit berdiri dan melihat ke arah atas melalui celah sumur yang masih terbuka sedikit di langit-langit ruangan. Ia menyadari bahwa menghancurkan pola di tanah gersang hanyalah cara untuk melepaskan pengunci utama, namun hal itu justru memicu sesuatu yang lebih mengerikan.

Di kejauhan, ia melihat seorang wanita dengan pakaian bidan tua sedang berjalan perlahan di atas permukaan air sumur yang mendadak meluap naik.

"Itu adalah bidan yang dibuang oleh keluarga kita, Aris, dia datang untuk menagih kesaksian yang tertunda," ucap Sekar dengan suara yang sangat bergetar.

 

1
Siti Arbainah
baru baca lngsung tegang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!