Luna terjebak dalam pernikahan kakaknya dengan william, pria itu kerap disapa Tuan Liam. Liam adalah suami kakak perempuan Luna, bagaimana ceritanya? bagaimana nasib Luna?
silahkan dibaca....
jangan lupa like, komen dan vote
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10.
Sesampainya di mansion, Liam melangkah dengan gagah dan mencari keberadaan Luna. sesaat dia menemukan gadis itu.
Dia melihat Luna yang sedang tertidur lelap di sofa dengan penampilan yang cukup menggoda.
Luna.
Liam.
Liam bersandar di dinding, menghisap sebatang rokok yang hampir habis lalu kemudian menelan salivanya berkali-kali.
Ia memandangi paha-paha dan betis jenjang Luna, itu mampu membuatnya terpukau akan kecantikan wanitanya.
Ditambah wajah teduh yang sedang terlelap itu. menambah jantungnya berdegup makin kencang.
Liam membuka kemejanya, udara begitu pengap sehingga Liam tidak mampu menahan sesuatu yang ingin segera dituntaskan.
Liam mendekati Luna, menelisik setiap inci wajah istri kecilnya. tanpa disengaja dia mengecup dahi Luna dengan perasaan tak karuan.
Luna yang sedang tertidur seketika terusik dengan sentuhan lembut di dahinya. dia mengerjap tetapi tertidur lagi.
Dia masih saja dalam mimpi dan enggan bangun.
Uhuk! Uhuk!
Liam menyadari asap dari rokoknya mengganggu penciuman Luna, Liam mematikannya segera.
"Kenapa kamu bisa membuatku selalu ingin memilikimu dan menjagamu?"
"Damn! aku bisa mendapatkan seribu wanita yang menggilaiku. tapi bisa-bisanya aku berhasrat pada gadis ingusan ini." Liam menyadari kekonyolannya.
Dimitri menghampiri Liam ke dalam mansion, segera tiba disana namun.
"Balikan badanmu!! jangan menatap kemari atau gajimu ku potong bulan ini." Bentak Liam ketika Dimitri mau mendekat ke arahnya.
"Baik Tuan." Dimitri serentak berbalik dan menghadap ke arah lain.
Mencari letak kesalahannya dari kemarahan tiba-tiba Tuan Liam.
'Ada apa dengan Tuan Liam?'
Batin Dimitri yang tidak tahu menahu apa yang sedang terjadi. dia tidak begitu memperhatikan.
Luna mendengar suara seseorang, dia bergerak bangun dan langsung duduk. menguap dua kali dengan mulut terbuka lebar, matanya masih tertutup rapat.
"Ada aroma parfum Tuan Liam dan barusan terdengar suaranya, di mimpi pun masih saja mengganggu. dasar!"
"Aku dihadapanmu Luna." Kata Liam menjawab.
Luna cepat-cepat melebarkan mata, menatap Liam yang duduk di dekatnya, tepatnya mereka sedang berhadapan satu sama lain. terlalu dekat apakah dari tadi pria itu berada disana?
"Kapan datangnya Tuan?"
"Baru saja."
"Maaf saya tertidur dan tidak menyapa anda." Itu poin berikutnya di daftar harian yang Ia baca.
"No problem, buatkan aku teh." Suruh Liam duduk di sofa dekat Luna.
"Tuan ternyata suka sekali minum teh buatanku." Ucap Luna.
"Kata siapa? aku sedang haus, lain kali jangan memakai celana pendek. dirumah ini bukan cuman aku dan kamu. mau.... petugas laki-laki aku pecat semua?"
"Jangan Tuan, kasian mereka juga butuh pekerjaan. janji Tuan, saya tidak mengulangi,"
"Hem... buatkan teh untukku."
"Tunggu... saya buatkan."
Luna pergi ke dapur, menyiapkan teh untuk Liam. sementara Dimitri di suruh kembali ke kantor.
***
"Dikit dikit lain kali. lain kali jangan pakai itu, lain kali jangan ulangi." Luna jengkel sendiri, semua yang Ia pakai disalahkan Tuan Liam. entah apa benarnya dimata pria itu.
Padahal Ia yakin, di dunia Tuan Liam pasti banyak wanita yang berpakaian seksi. bahkan bisa saja hanya memakai bikini di hadapan pria itu.
Tehnya sudah selesai dan Luna mengantarkannya untuk Liam.
"Tuan Liam ini teh nya," Kata Luna, suaranya ditekan sedalam mungkin agar tidak terdengar seperti teriakan.
Aslinya dia ingin mengajak gelut pria paling sempurna yang seolah tak pernah salah.
Liam mengangkat alis, menerima teh dari Luna dan menyesap tehnya dengan suara seruputan yang sengaja dikencangkan.
"Teh buatanmu rasanya berbeda, kau memakai bahan apa sehingga rasanya sedikit lumayan?" Tanya Liam.
'Sedikit? tidak bisa memuji jadi jangan berkata apa-apa lagi Tuan.' Luna bergumam dalam hati.
"Teh, gula, dan sedikit racun Tuan." Kata Luna tersenyum paksa.
Liam meletakan cangkir teh perlahan, wajahnya berubah datar mendengar ucapan Luna.
"Racun? mau meracuniku? sebelum aku mati maka kau akan kubuat mati lebih dulu." Liam membalas, Luna terdiam sesaat.
Liam ingin tertawa sekarang, dia puas membuat Luna takut padanya.
"Tuan bisa cek ke laboratorium, ada bahan kimia atau tidak." Kata Luna.
"Untuk apa aku melakukan itu?" Tanya Liam memancing.
"Tadi hanya bercanda Tuan, tidak ada racun kok serius." Luna terkekeh pelan dan memukul pahanya, berharap Tuan Liam tidak menganggap serius.
"Teh ini sedikit manis, kurangi gulanya." Balas Liam menyeruput Tehnya lagi.
"Tuan takut diabetes? baiklah! lain kali aku bikin pahit Tuan. cuman.... "
"Cuman apa?"
"Nanti kayak masa depan Tuan, pahit kalau gada aku lagi. bakal suram, sesuram-suramnya." Balas Luna begitu percaya diri.
Biar saja. kan tugasnya supaya pria itu ilfeel dan tidak mencintainya lalu mereka akan bercerai baik-baik.
"Tingkat kepercayaan diri kamu makin meningkat pesat." Puji Liam santai dan menyeruput tehnya.
"Terimakasih Tuan," Balas Luna.
"Makin hari makin gak masuk akal," Tambah Liam, Luna yang tersenyum seketika berubah masam.
'Cih, boleh aku menggaruk wajahnya?. kesal sekali! itu juga, kalau kemanisan kenapa diminum sampai setengah gitu. dasar munafik!'
"Habis ini Tuan mau apa?"
"Ke kamar, kamu ikut." Kata Liam.
Luna mengangguk, tidak ingin cari perkara lagi dengan pria penuh balasan itu.