Setelah kematian Panca, kekasihnya tujuh tahun yang lalu. Andara mencoba menyibukkan diri untuk karirnya. Tidak ada ketertarikan untuk mengenal cinta.
Andara gadis muda yang cantik dan energik, dia berhasil menempati posisi manajer di sebuah perusahaan fashion. Usianya sudah memasuki 27 seharusnya memikirkan pernikahan. Akan tetapi belum ada lelaki yang bisa masuk ke hatinya.
Butuh waktu bagi Dara untuk membuka hati pada pria lain. Entahlah, ada magnet tersendiri membuat dia malas memikirkan pasangan.
Ervan Prasetya, pria matang yang punya jabatan bagus di perusahaan tempat kerja Andara. Mereka di pertemukan dalam sebuah kerja sama tim. bagaimana Tom dan Jerry mereka selalu bertengkar.
Tapi ternyata itu yang membuat Ervan makin penasaran dengan Dara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa ekprisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
Dara pergi meninggalkan lobby kantor. Dia malas pulang dan memilih menenangkan diri di rooftop perusahaan. Dara memutuskan pergi ke rooftop gedung tempatnya bekerja untuk menenangkan diri. Tangisnya kembali pecah, tak pernah disangka cerita di masa lalu terbuka lagi.
"Seandainya anda tidak datang tadi malam, mungkin hal ini tidak terjadi pada saya, Pak. Anda tidak akan pernah terpikirkan apa dampaknya pada saya." isak Dara.
"Maafkan aku, Dara. Tapi aku juga tidak tahu akan terjadi hal ini." kata Ervan lirih.
Ervan menemukan Dara tengah melamun di rooftop perusahaan. Dia langsung membuka jas nya menutupi tubuh gadis itu. Udara sehabis hujan masih terasa, tentu tidak baik untuk kesehatan. Dia mendengar suara isakan kecil dari bibir mungil. Ervan cukup kaget dengan kejadian di kantor tadi. Bagaimana bisa mereka lebih percaya pada orang baru ketimbang orang sudah mereka kenal lama.
"Dara kamu tidak apa-apa?" tanya Ervan.
Dara menggelengkan kepalanya mengartikan dia baik-baik saja. Meskipun hati nya terasa sakit atas tuduhan yang tidak berdasar. Dara kaget ketika Ervan sudah duduk di sampingnya. Tubuhnya sudah di tutupi jas pria.
Dara hendak membuka jas dari Ervan. Tangan kekar itu menahan. Ervan langsung menggelengkan kepalanya.
"Udara dingin. Ini sepertinya mau hujan lagi. Nanti kamu sakit, Dara." ucap Ervan.
Dara masih berusaha jaga jarak dari bos nya. Kalau ada yang lihat nanti fitnah itu semakin besar.
"Saya minta tolong tinggalkan saya."
"Tidak." ucap masih ngotot. "Kalau kamu bunuh diri nanti bagaimana? Saya tidak mau itu terjadi!" sambungnya.
"Kenapa bapak mikir saya mau bunuh diri? Kalau saya beneran bunuh diri urusannya sama bapak apa? Enggak ada kan? tenang saja, Pak, saya tidak akan gentangayin bapak. Mungkin saya akan bahagia bisa bersama kak Panca." ucap Dara.
"Bunuh diri itu bukannya di benci Allah. Tidak di terima di bumi. Jadi jasad kamu terkubur sementara arwah kamu tidak di terima baik surga maupun di neraka. Kamu berharap bertemu pacar kamu? hahahaha ... Jangan mimpi, pacar kamu meninggal dalam keadaan syahid, artinya dia sudah masuk surga." jawab Ervan.
"Bapak takut saya bunuh diri?" suara Dara sedikit tertawa.
"Bukan. Saya takut kalau kamu bunuh diri, nanti kantor ini viral. Ada karyawan yang bunuh diri. Terus mereka nggak mau kerja disini. atau banyak yang resign karena takut kamu jadi gentayangan." jawab Ervan.
Dara tersenyum penuh arti. Entah bagaimana pikirannya tiba-tiba terlintas menakuti Ervan.
Tampak pria itu masih tenang memandang ke langit biru. Sesaat dia menoleh ada sosok rambutnya menutupi wajah.
"Ervan.... Ervan.... Ervan..." suara Dara menjadi sangat menakutkan.
Ervan mendekatkan diri ke wajah Dara. Membuka pelan-pelan rambut menutupi wajah cantik di hadapannya. Jarak mereka sangat dekat membuat keduanya terdiam sejenak. Tatapan begitu sangat lama. Dara mencoba menghindar tangan Ervan menarik hingga bersandar di dada pria itu.
Dara ingat sembilan tahun yang lalu. Kejadiannya sangat mirip. Bahkan Panca sampai menciumnya sangat dalam.
Saking terhanyut dalam kenangan dia tidak menyadari ada pria yang kini tengah menciumnya. Dara tersadar hingga melepaskan diri dari Ervan. Tangannya langsung melayang ke wajah atasannya.
PLAAAAAAK!
"Anda lancang sekali!" Dara pergi meninggalkan rooftop perusahaan. Dia ingin menangis karena bibirnya di nodai oleh Ervan.
Dara langsung mengambil barangnya di ruangan. Suasana kantor tampak sepi. Tak ada teman yang lain. Dara tidak peduli, dia memilih untuk pulang. Kalau memang keadaan lebih mendesak dia akan resign.
"Dara.." suara bariton memanggil namanya.
"Pak Hendro." ucap Dara lirih.
"Saya mau kamu ikut saya ke ruangan sekarang!" Dara menyanggupi permintaan pak Hendro.
Dara berjalan di belakang pak Hendro. Perasaannya masih tidak karuan atas kejadian tadi. Memang baginya ciuman bukan yang pertama kali. Akan tetapi tetap saja apa yang di lakukan Ervan termasuk lancang.
Dara masuk ke ruangan kerja atasannya, tak ada senyum terpancar di wajahnya. Ada Ervan, ibu Becca dan Ika. Dia di minta duduk berhadapan dengan Ervan dan Becca. Tatapan Becca sangat sinis kepadanya. Dara enggan melempar pandangan pada Ervan. Dia memilih menundukkan kepalanya.
"Begini, mungkin kamu paham apa yang kami mau bahas. Soal berita yang berhembus saya percaya sama kamu. Saya kenal Panji selaku mantan calon mertua kamu. Jadi tidak mungkin Panji sebegitu sayangnya sama kamu kalau memang kamu menikung Kinara." kata pak Hendro.
"Ya, pastilah Panji dukung anaknya buat selingkuh sama Dara. Di mana-mana orangtua pasti di pihak anaknya." sahut Becca.
"Saya minta kamu diam!" bentak pak Hendro pada Rebecca.
"Saya tidak seperti yang di tuduhkan, Pak. Saya dan kak Panca saling mencintai satu sama lain. Memang awalnya kak Panca di jodohkan sama Kinara. Tapi sejak awal kak Panca tidak pernah mencintai Kinara. Dia pun sudah berusaha membatalkan perjodohan mereka. Sayangnya tidak di kabulkan oleh pihak Bu Veronica. Puncaknya saat Kinara mencoba mencelakai kak Panca di kantor. Itu penjelasan dari saya." ucap Dara.
Dara pamit dari hadapan pak Hendro. Dia juga menyalami Bu Becca dan pak Hendro. Langkahnya terasa berat menuju ruang kerjanya. Pak Hendro melarang Dara resign. Tapi buat apa dia bertahan di perusahaan ini kalau namanya sudah buruk.
"Saya percaya sama kamu, Dara." ucap Edo muncul di ruangannya. "Saya juga." kata Lando ikut menimbrung. "Saya juga" suara Yanti bergabung dengan teman yang lain.
Dara terharu, dari sekian banyak teman-temannya yang menghujatnya. Masih ada yang baik kepadanya. Dara dan ketiga temannya saling berpelukan.
"Saya juga ada di pihak kamu, Dara." suara pria bariton masuk diantara keempat staf.
"Kalau bisa bapak jangan nimbrung sama kami. Kasihan Dara jadi bahan omongan lagi." ucap Yanti.
Wajar dia bilang begitu, karena topik permasalahan utama adalah bos Ervan.
Ervan melihat tatapan kebencian Dara pada dirinya. Dia sadar apa tadi di lakukannya menyinggung perasaan gadis itu.
"Terimakasih semuanya sudah percaya sama saya." Dara menyusut hidungnya. "Saya pikir saya akan sendirian di sini."
"Jangan, Dara. kalau kamu resign perempuan itu merasa menang." Edo enggan menyebutkan teman sejawatnya.
"Nggak nyangka, Ya. Ika padahal baik sama kamu, begitupun sebaliknya. Eh, dia malah fitnah kamu." kata Edo.
Dara kaget ternyata penyebarnya adalah Ika. Sungguh di luar jangkauan sejak kapan Ika mengorek-ngorek tentang dirinya.
"Sekarang Ika mana?" tanya Dara.
"Tidak masuk, Dara. Mungkin takut kali ketemu sama kamu." sahut Lando. "Nyesel gue pedekate sama dia." sambung Lando.
Dara kembali duduk di meja kerjanya. Perasaannya lega setelah banyak yang mendukungnya. Perutnya seakan berdemo.
Berselang Dara berjalan menuju ke pantry dia berpapasan dengan Ervan. Pria itu berjalan mendekati Dara.
"Jarak 10 meter dari saya!" ulti Dara.
apa ada kisah sebelum ini??🤔🤔