Irie Bliss, seorang wanita ceria yang terlilit hutang karena kelakuan ibu dan mantan pacarnya. Dia terpaksa mengikuti sebuah audisi menyanyi dan berharap bisa memenangkan juara 1 yang biasanya berhadiah uang tunai 10 JT dan 1unit mobil yang akan dia jual jika menang. Namun, audisi yang Irie ikuti rupanya audisi mencari menantu yang diadakan oleh seorang wanita tua, dan malangnya lagi, Irie memenangkan hati wanita tua tersebut sehingga dia dipaksa menikahi anaknya yang seorang duda kaya raya bernama Arky Vernandez, sesuai janji.
~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°~°•°
✨ MOHON DUKUNGANNYA ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Married Via Audition : BAB 35
SIKAP YANG MULAI BERBEDA?
Untuk pertama kalinya, Irie berhasil membuat Alina mau makan bersama di meja makan walaupun Arky sangat curiga akan hal itu, namun pria itu seolah tak ingin terlalu dalam memikirkan kecurigaannya. Sedangkan Puput, wanita itu jelas senang melihat keberhasilan Irie.
Sesuai sarapan pagi, Arky berangkat ke kantor dan saat itulah Alina menghampiri Irie yang tadinya sibuk membersihkan meja makan tadi hingga dia melihat kehadiran Alina yang seolah menunggunya di sana, Irie pun berhenti.
“Kau sedang menunggu sesuatu? Atau mau membantuku?” tebak Irie yang rupanya kurang tepat. Alina tak menjawabnya sama sekali, kedua tangannya terlipat di depan perutnya.
“Kuncinya.” Ketus Alina seraya menjaga keadaan agar Puput dan yang lainnya tak curiga.
Mendengar hal itu, Irie tersenyum tipis, meletakkan kembali piring-piring kotor di atas meja lalu menghampiri ke arah Alina berdiri.
“Maksudmu ini?!” goda Irie seraya menunjukkan sebuah kunci yang sempat dia tunjukkan ke Alina. Gadis itu tersenyum tipis lalu kembali menatap dengan serius. Irie tak bisa berhenti menunjukkan wajah percaya dirinya. Sementara Alina berpikir kalau ibu tirinya akan memberikan kunci mobil yang sudah dia tunggu-tunggu sejak ayahnya melarang membawa mobil lagi.
“Berikan padaku.” Pinta Alina.
Tanpa basa-basi, Irie meletakkan kunci tersebut di atas meja makan. “Satu kunci mainan untukmu Nona!” balas Irie sambil berjalan menuju wastafel dapur.
Mendengar hal itu, Alina tentu saja kesal hingga mengambil kunci tersebut dan memeriksanya sendiri. Benar! Itu bukan kunci mobil sungguhan. -‘Dia membodohi ku. Alina Vernandez.’ Kesal gadis itu berjalan ke arah Irie dan menarik lengan Irie hingga dia berbalik menatap ke Alina.
“Kau mengelabui ku hah? Apa begini cara kotor mu.”
“Jika seperti itu bisa membuat mu terpancing dan ikut makan bersama setiap harinya. Maka aku rela melakukannya.” Jawab Irie yang tiba-tiba saja berubah lebih tegas, tak seperti sebelumnya.
Alina mulai muak dan marah hingga dia ingin meraih kasar pundak Irie namun dengan gerakan cepat, Irie menghindarinya dan berhasil memiting tangan kiri Alina kebelakang. “Aaakkhh!” pekik Alina sedikit kesakitan.
Irie tidak pandai dalam bela diri apapun, tapi dia cukup pandai menjaga diri dari serangan tertentu. Jika untuk berkelahi mungkin kurang bisa.
“Aku tidak ingin menyakitimu. Aku akan merubahmu sebaik mungkin.” Ucap lembut Irie yang masih menahan tangan Alina.
Gadis itu terlihat sangat kesal. “Aku tidak peduli. LEPASKAN AKU..” Sentak Alina mulai meronta. Irie melepaskannya hingga gadis itu langsung berjalan pergi dengan hentakan kakinya.
Puput yang tak sengaja melihatinya hanya bertepuk tangan ringan melihat kegigihan Irie ketika melawan Alina dengan tegas.
“Kau sangat hebat Nyonya!!” puji wanita gemuk itu menghampiri Irie yang tak tersenyum sedikitpun.
“Ini bukan kehebatan, tapi aku akan terus memakainya untuk Alina!” balas Irie tersenyum tipis. Puput mengerti maksudnya hingga dia juga ikut tersenyum lebar seraya mengacungkan kedua jempolnya.
Brakk!! pintu terbanting kasar, Alina melempar semua benda yang dia lihat, tak peduli meski kamarnya akan hancur seperti kapal pecah, tapi hatinya tidak akan pernah tenang jika Irie terus berada di rumah nya.
“Wanita sialan. Aku tidak akan pernah tunduk dengannya, tidak akan pernah.” Kesalnya sendiri. Alina mencabik-cabik bantalnya menghempas nya jauh-jauh.
.
.
.
Selama perjalanan, Arky tak berhenti memikirkan soal ibunya. Bagaimana jika wanita tua itu memang dalam keadaan tidak baik-baik saja?
Arky memijit keningnya sejenak lalu segera menelepon asistennya sebelum dia sampai di rumah. Namun ucapan dari sang asisten membuatnya harus mengurungkan kembali niatnya yang ingin putar balik.
Sebuah rapat besar yang bisa mendapatkan peluang besar untuk bisnis, juga— petunjuk soal Saffron yang mulai terlihat.
Berjam-jam Irie hanya menghabiskan waktunya di rumah, sebuah nomor tak dikenal juga selalu menelepon nya. Irie sangat yakin bahwa nomor tersebut dari Jillian atau Ken. Mereka berdua tak ada habisnya merendahkan Irie.
Wanita itu tiba-tiba berdiri dari duduknya ketika melihat Alina baru saja turun dari tangga dengan pakaian rapi dan tas ranselnya.
“Mau kuliah?!”
Gadis itu melirik tajam tanpa memperdulikan ibu tirinya yang selalu mencoba berinteraksi dengannya secara halus dan lembut. Alina melengos tak peduli, dia masih marah dan akan selalu marah dengan Irie.
Sementara Irie yang sudah terbiasa, wanita itu seolah sudah kenal dengan semua itu.
“There was a sound of fucking.” Umpat pelan Alina yang membalas ucapan Irie tanpa menghentikan langkah kakinya. Irie sendiri tahu arti dari ucapan tersebut, dia selalu sabar dan akan terus sabar menghadapinya.
Hingga tepat berada di ambang pintu, Alina tak sengaja berpapasan dengan ayahnya. Irie yang berdiri di sana mulai waspada dengan pertengkaran mereka berdua nantinya. Wanita itu segera berjalan menghampiri ke arah Alina walaupun ada jarak beberapa meter sahaja.
“Kau mau kemana?” tanya Arky dingin.
“Apa kau membolehkan ku pergi kemanapun selain ke kampus?” singgung Alina dengan berani kepada ayahnya.
“Kau tidak bisa berbicara sopan? Di mana sopan santun mu?” gertak Arky yang kini mulai memanas.
Alina hendak menjawabnya, namun Irie lagi-lagi melerai keduanya dengan menyela pembicaraan mereka berdua.
“Tolong jangan bertengkar. Biarkan Alina pergi ke kampus— ”
“Aku tidak butuh pembelaan darimu. Bitch!” setelah mengatakan itu, Alina melengos pergi begitu saja.
Arky terkejut mengetahui tutur kata kotor Alina, apalagi dia mengatakannya kepada Irie. Sedangkan Irie merasa malu dan harus menahannya— bagaimana tidak, putri dari suaminya menyebutnya <
Arky merasa tak enak dengan ucapan Alina yang kasar. Entah sejak kapan dia merasakan sungkan, namun yang pasti, dia sudah tahu sendiri bagaimana Alina berkata kepada istri mudanya.
“Jangan diambil hati. Jika kau— ”
“Tenang saja, itu sudah terbiasa untukku!” dengan senyuman Irie selalu menjawabnya penuh positif thinking. Melihat wanita seperti Irie untuk pertama kalinya bagi Arky. Kebanyakan wanita akan sakit hati dan langsung menegur, tapi Irie menahannya. Kenapa?
Pria itu masih diam menatap istrinya yang sedikit tertunduk.
“Oh, apa kau ada yang tertinggal?” tanya Irie ketika dia ingat kembali akan kehadiran Arky yang tak biasa pulang lebih awal.
Seketika Arky salah tingkah hingga lupa dengan tujuannya pulang.
“Ya.. Itu— Ibu meminta kita pergi ke Singapura. Dia bilang sedang tidak sehat di sana.” Jelas Arky membuat Irie terkejut mendengar kondisi ibu Jolie.
“Benarkah? Kalau begitu ayo kita pergi. Tapi— ” Irie mengehentikan ucapannya saat ia teringat kembali dengan Alina.
“Bagaimana dengan Alina?” lanjutnya.
“Aku akan coba berbicara dengannya. Jika dia tidak mau aku tidak akan memaksanya.” Ucap Arky.
Itu akan sulit, membujuk Alina untuk ikut ke Singapura bersama? Sangat mustahil. Tapi di sisi lain, ibu Jolie jugalah kesayangan Alina, tak mungkin gadis itu menolaknya. Apalagi untuk menjenguk sang nenek.