NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

petunjuk baru

Doni menatap papan kayu di depan rumah petak, retak dan lapuk. Udara hangat menyelimuti tubuhnya, namun hawa ketegangan merayap di antara dinding keruh berwarna hijau pucat. Dia mendekati pintu dan mengetuk pelan, suara ketukan itu menggema di dalam ruangan.

“Siapa?” Suara serak perempuan terdengar dari dalam.

“Bu, saya Doni. Saya ingin bertanya tentang sesuatu.” Suaranya bergetar, tetapi ia berusaha menahan emosi.

Pintu terbuka sedikit. Seorang wanita tua, wajahnya keriput dengan mata yang tajam, menatapnya.

“Pertanyaan apa?” Dia mengerutkan dahi, menyilangkan tangan di depan dada.

“Gejolak perasaan ini membuatku gila. Saya ingin tahu tentang peristiwa 18 tahun lalu, tentang… ibu saya.”

Wanita itu mendengus. “Bisa pergi?”

“Tidak. Saya perlu tahu. Ini penting.”

“Buat siapa?” Dia bersikap skeptis, menatap Doni seolah dia adalah pengganggu.

“Mungkin untuk semua orang yang pernah tersakiti oleh kejadian itu.”

Wanita itu terdiam, seolah mengingat kembali sesuatu yang terlupakan.

“Kau tidak mengerti bahaya yang kau bawa dengan pertanyaan-pertanyaan itu.” Dia melangkah mundur, pintu menyempit.

“Dengar, saya–”

“Cukup!” Suaranya keras. “Lepaskan keinginan itu. Semua yang kau cari dapat membawamu ke tempat yang gelap.”

Doni tidak mundur. “Apa itu gelap? Apakah saya tidak berhak tahu siapa ibu saya? Apa yang terjadi?”

“Kadang, kamu sebaiknya tidak ingin tahu.” Dia berpaling, siap menutup pintu.

“Apakah ibu saya sudah meninggal?”

Dia menghentikan gerakan, seolah kutukan menandai namanya. “Pergi. Meskipun posisimu mencari kebenaran, kau tidak akan menemukan jawabannya di sini.”

Rasa frustrasi memuncak di dada Doni. “Tunggu!”

Tapi sudah terlambat. Pintu terkunci rapat.

Menggeleng pada tembok yang dingin, Doni merenung. Dia terdengar seperti dalang hitam, tak tahu apa yang dia inginkan. Tetapi satu hal pasti: dia tidak akan mundur. Dia tidak takut pada kegelapan; dia ingin menjelajahi apa yang mengintip di dalam.

Melangkah mundur, Doni meraih ponselnya. Ara pasti bisa membantunya.

Dia mengirim pesan singkat.

“Menemui wanita itu. Dia terkejut, menolak memberi informasi. Tidak ada kemajuan.”

Menunggu balasan, hiruk-pikuk sekeliling menyelimuti pikirannya; pelancong, suara sepeda motor, anjing menggonggong. Tetapi hatinya menggema sungguh sunyi.

Akhirnya, ponsel bergetar.

“Apa yang dia katakan?”

“Dia sepertinya tahu sesuatu, tetapi tidak mau mengaku. Aku butuh pendekatan lain.”

“Cari tahu lebih banyak tentang dia. Juga, jangan ragu mengajak dia bicara lagi. Mungkin aku bisa ikut membantumu.”

“Entahlah... Setelah dia menutup pintu di wajahku, aku merasa…”

“Aku tahu perasaanmu saat ini, Don. Kita akan menemukan jalan. Pasti ada cara.”

Suara Ara seperti ember air dingin yang dijatuhkan ke atas api kecilnya.

“Kau benar. Terima kasih.” Dia memutuskan untuk tidak berlarut-larut di sana, bergerak maju.

“Dia kuncinya,” Ara mendorong. “Temui dia lagi. Jika perlu, cari cara sendiri untuk menyusup ke dalam hidupnya.”

“Dia terlihat sangat ketakutan dan tak ingin terlibat. Semakin aku bertanya, semakin dia mundur.”

“Pahami bahaya. Cobalah bertanya dengan cara lain. Mungkin ada sesuatu yang tersisa. Sebuah petunjuk.”

Doni berjalan pergi, melangkahkan kaki ke jalur yang dipenuhi puing-puing dan kerikil. Dia затанулларда. Pikiran ini terus melambung ke arah ibunya. Keberaniannya mulai terpadu dengan semangat pencariannya.

“Pertanyaan-pertanyaan ini adalah jalan untuk melihat lebih jauh, entah berapa lama.”

Ara menjawab dengan bijak, “Jadi beri dirimu waktu untuk melihat ke dalam.”

Doni kembali terpekur. Waktu menari di irama atmosfer hitam kelam.

Yang benar-benar mematahkan hatinya: kenapa tak seorang pun mau berbagi cerita? Kenapa semua menyimpan rahasia yang seharusnya terang di siang bolong?

Sebagai office boy, dia terbiasa menghibur pikiran dengan rutinitas harian, tetapi saat semua ini terbongkar, dia tidak mau lagi dibayangi kebohongan.

Doni berbalik, kembali ke arah rumah petak. Dia harus menemukan cara untuk menggali lebih dalam.

Dia mengambil langkah-langkah dengan tekad. Mungkin ini bukan saatnya untuk mundur.

Pengingat tentang eksistensinya kembali mengisi benaknya. Satu momen di mana ia bisa menggali semua dari dasar, mencari benang merah di antara kegelapan keluarga dan kesedihan.

Dia perlahan membuka pintu kembali, hati berdebar ketika melihat sosok wanita itu di dalam.

“Kau masih di sini?”

Dia menghempaskan napas, terkejut. “Apa kamu belum pergi?”

“Belum. Ada hal yang ingin kutanyakan.”

“Berlayanlah, tetapi saya ingat—”

“Apa yang sebenarnya terjadi pada ibuku?”

Akhirnya, benang merah terajut. Misi ini tidak akan dia tinggalkan tanpa jawaban.

Wanita itu terlihat berjuang, mempertimbangkan jawabannya dengan hati-hati.

“Tidak ada yang harus kau ketahui,” tuturnya.

Doni mengernyitkan alisnya. “Ketika ada sesuatu yang tersimpan untuk waktu lama, rasanya itu tidak adil. Tolong, saya hanya ingin tahu.”

“Ini adalah dunia yang penuh kekacauan. Setiap orang memiliki kasusnya sendiri.”

“Kau bukan sembarang orang. Kau memiliki kekuatan untuk memberi jawaban. Berapa banyak yang kau bayar untuk diam?”

Katanya seperti petir yang menerjang. Dia terdiam, tatapannya puing-puing di bawah sinar matahari.

“Aku hanya seorang saksi. Ini bukan tentang bayaran. Aku terikat dalam dunia ini.”

“Dunia apa?” Gairah meningkat, suara Doni lebih siuman.

“Dunia yang menghancurkan segalanya. Segalanya.” Wanita itu berpaling, warna di wajahnya menjadi pudar.

Doni mendekat, berusaha menembus tembok ketakutan yang membelenggu. “Saya butuh tahu. Jangan terus bersembunyi.”

“Jika kau tidak melangkah mundur, mereka akan menganggapmu berbahaya. Takut akan kebenaran menetralkan keberanian.”

Doni merasakan ketegangan merasuk ke dalam. “Siapa yang akan menganggapku berbahaya?”

“Orang-orang yang bersembunyi di balik semua rahasia ini. Mereka dapat membunuhmu.”

Kata-katanya terkatung dalam udara, membekas di otak Doni. Dan saat itu, dia tahu. Ini bukan hanya pencariannya; ini adalah pertarungan hidup dan mati.

Doni menghela napas, berusaha meredakan beban di dadanya. “Saya siap.”

“Mungkin lebih baik tidak berusaha.”

“Tidak. Saya tidak akan menyerah.”

Mata wanita itu menyempit, mengawasi sisi gelap yang melintas di antara mereka.

“Setiap kebenaran yang kau cari, mungkin akan menghancurkan sesuatu yang tidak ingin kau temui.”

“Beri tahu saya… Beri saya kunci itu, dan saya akan berusaha menjaganya.”

“Meski kunci itu hanya akan membawamu ke bayang-bayang yang lebih gelap?”

Doni mengangguk perlahan, bertekad. “Bahkan bayangan, saya akan ambil langkah ke arah itu.”

Sebagai jawaban, wanita itu menahan napas. Hingga akhirnya dia menjawab.

“Ada yang bisa kau lakukan. Meraih kebenaran memang hakmu, tetapi menginginkan kepuasan dengan cepat bisa merusak semuanya.”

Hatinya berdebar. Ini adalah petunjuk pertama, kebenaran yang menyala di ujung jalan berliku, dan kesedihan yang berkisar di sekelilingnya seperti malam yang tidak akan pernah pudar.

“Siapa tahu,” bisiknya. “Jika kau menemukan kegelapan itu, mungkin kau akan melihat lagi cahaya yang menyala.”

Doni tahu, sekarang bukan saatnya untuk mundur. Dia mulai menavigasi jalan berbahaya ini, mendapatkan keteguhan dari kebisuan yang pernah mengelilinginya. Dan dunia—dengan semua kebohongannya—siap menantinya.

Doni menatap wanita tua itu, seolah bisa merasakan setiap keremangan yang mengelilinginya. Kegelapan bukanlah hal baru baginya; dia sudah lama terbiasa dengan bayang-bayang menyelimuti kehidupan sehari-harinya. Namun, pernyataan wanita ini menjanjikan sesuatu yang lebih mendalam, lebih menakutkan.

“Apa yang bisa saya lakukan?” tanyanya, suara mendesak.

Dia terlihat mempertimbangkan, mukanya mengendur saat mengamati cacat-cacat perjalanan hidupnya di wajah Doni. “Kau harus siap menghadapi konsekuensi. Kadang, lebih baik mempertahankan jarak daripada terhanyut.”

“Menjauh? Sejak kapan bertanya tentang ibuku menjadi jarak? Jika saya tidak menunjuk ke arah itu, maka Anda tidak menjalani hidup ini.”

“Kau berbicara seolah-olah kau tahu apa yang kau cari.”

“Karena ini adalah tentang diriku.” Memandangnya lurus, Doni menyadari bahwa perbincangan ini bisa mengantarkannya pada jawaban. “Mbok—siapa pun kau, saya berhak atas kebenaran. Ini bukan sekadar pencarian. Ini adalah cara untuk menjemput kembali bagian dari diriku yang hilang.”

Dia menggelengkan kepala, terasa semakin berat suasana. “Hati-hati, nak. Kebenaran bisa menghancurkan semua hal, bahkan harapan dan kenyataan.”

Tapi harapan telah terbang jauh. Sudah saatnya mengulangi keberanian yang terpendam selama ini. Doni menegakkan tubuh, suara mantap saat berkata, “Cukup dengan semua ini. Beri tahu saya tentang perempuan yang meninggal saat melahirkan.”

“Perempuan itu… ada sesuatu yang kau tidak ketahui.” Wanita itu menutup matanya sesaat, seolah mengumpulkan keberanian. “Dia melahirkan, tetapi itu sangat kelam. Ada koneksi yang tidak ingin kita bahas di sini.”

“Yang Anda katakan? Koneksi apa?”

“Orang-orang yang lebih kuat terlibat. Jika kau menggali lebih dalam, mereka tidak akan membiarkanmu pergi.”

“Aku tidak terintimidasi. Saya yakin saya dapat menangani semua ini sendiri.”

“Jangan terlalu percaya diri.” Wanita itu menatapnya tajam. “Mereka bisa melakukan lebih dari sekedar menghancurkanmu; mereka bisa menyakitimu dengan cara yang tidak terbayangkan.”

“Siapa ‘mereka’?” Sentakannya hampir lebih keras dari yang dia inginkan.

“Dokter dan rekan-rekannya. Mereka adalah monster dalam jubah.”

“Dr. Smith,” bisik Doni, nama itu meluncur dengan sendirinya. “Dia pasti tahu lebih banyak dari yang dia mau katakan.”

“Ya, dia terbiasa menyembunyikan kebenaran. Penuhi rasa ingin tahumu, tetapi ingat, setiap kebenaran memiliki bayang-bayangnya.”

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!