Marna dan Mora adalah sahabat yang sangat dekat dan satu sama lain juga sering saling berbagi cerita atas apa yang sudah terjadi diantara mereka berdua. Namun tanpa Mora sadari ada sebuah perasaan yang muncul dari dalam hati Mora untuk Marna yaitu ingin menjadikan Marna lebih dari sekedar sahabatnya saja. Tapi karena perasaan yang Mora miliki untuk Marna membuat Marna jatuh dalam rasa trauma yang sangat dalam akan hubungan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ainun Nasution, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31 (POV Mora)
Saat Aku, Pian dan Ardi ingin melewati rumah Marna. Aku melihat ada Marna yang sedang duduk di teras rumahnya sambil makan jagung manis
"Woi Mor lihat itu siapa yang sedang duduk manis di teras itu" ucap Pian dengan menyenggol lenga ku dan Aku hanya tersenyum
Namun saat sampai di depan rumah Marna terjadi keributan antara Marna dan Ardi
"Hai Marna. Ini lo Mora katanya dia kirim salam sama kamu" ucap Pian kepada Marna namun Marna hanya cuek saja dan terus menikmati jagung manisnya
Karena sakin cueknya Marna membuat Ardi emosi sendiri
"Is jadi cewek cuek amat. Gak usah sok jual mahal, jual murah aja belum tentu kamu laku" ucap Ardi dengan nada suara yang tidak sedap untuk di dengar
"Woi jaga ya ucapan kamu, kalau merasa aku cuekin kalian saat kalian bebicara kepada ku, seharusnya kalian sadar diri dong kalau kalian itu sangat tidak pantas di respon, karena kalian itu benalunya warga" Marna pun jadi ikutan emosi menanggapi ucapan Ardi
Dasar perempuan brengsek berani beraninya bilangin kita benalu warga sini" Ardi makin emosi dan juga berkata kasar kepada Marna
"Emang benarkan? Karena kalian itu kalau sudah mabuk mabukan di kampung ini kalian akan menyusahkan semua orang dan sering buat keributan dan juga suka merayu rayu ada gadis orang" tanpa di sadari ternyata Marna makin membuat emosi Ardi naik
"Apa yang dia bilang itu memang benar Ardi" ternyata Pian juga mengiya ucapan Marna
"Nah dengar itu kawan mu saja ngaku" ucap Marna dan Ardi makin tambah emsoi
"Diam kamu bodoh" Ardi pun memukul kepala Pian
"Kalian ngapain disini ribut ribut dengan keponakan saya ha?" tanpa disadari ternyata Udaknya Marna sudah berada di dekat kami dengan memasang mata yang melotot kepada Ardi
"Kurang ajar, sudah ayok pergi" Ardi memaki kedatangan Udaknya Marna, namun makian itu tidak didengar oleh Udaknya karena suara Ardi pelan
Saat perdebatan itu terjadi sebenarnya Aku ingin meninju Ardi karena sudah kasar kepada Marna, namun Aku malah seolah olah terlihat sedang tidak terjadi apa apa
Namun meskipun begitu Aku merasa bersalah karena membiarkan Marna jadi pusat perhatian warga dan menerima ucapan kasar dari Ardi
"Mar maaf tadi aku gak membela mu saat Ardi kasar sama kamu. Tapi jujur dari dalam lubuk hati ku yang terdalam aku sangat ingin menghajar Ardi karena sudah kasar sama kamu" gumam ku dalam hati karena merasa bersalah telah membiarkan Marna menerima kata kata kasar dari Ardi
Sangat terlihat Ardi belum terima kata kata ejekan dari dan juga makian dari Marna tadi. Karena saat sudah sampai di pondok tempat mereka minum minum semalam Ardi meninju tiang pondok itu dengan keras
"AAAAAAAAA" Ardi meninju tiang pondok itu
"Bangsat tu cewek bisa bisa dia bilang kita benalunya masyarakat" ucap Ardi yang masih dalam emosi yang tinggi
"Lagian kamu yang salah Di ngapain bilang sama dia sok jual mahal dan belum tentu jual murah aja laku. Jelas dia akan memaki mu balik lah" ucap ku sambil menghidupkan rokok
"Iya Di apa yang Mora katakan itu benar. Kalau saja kau gak mulai duluan gak akan terjadi tadi tu" dan Pian ikut mengiyakan ucapan Ku
"OH jadi kalian bela si perempuan brengsek itu?" tanya Ardi dengan mata melotot sambil memandangi Pian dan Aku
"Bukan gitu Di tapi kau itu dah salah dan yang mulai duluan. Paham gak sih" ucap Pian yang berusaha menenangkan Ardi dan meluruskan maksudnya dia juga Aku
"Alahhhh kalian emang gak solid jadi orang"ucap Ardi sambil menampar meja minuman yang ada di depan mereka
"Woi santai dong. Aku dari tadi ya nahan emosi sama mu karena sudah berani berkata kasar sama Marna‛ ucap Ku yang ikutan menampar meja
"Wo wo wo wo santai dong Bro jangan berantem berantem dong, apalagi ini Cuma gara gara cewek tau" Pian berusaha memisahkan kami berdua
"Tu nasehatin teman mu jangan gara gara cewek lupa kawan" Ardi belum juga mau diam
"Apa kamu bilang aku lupa kawan gara gara cewek? Gak salah ni kamu bilang gitu? Ingat Bro kau juga pernah ngejar ngejar tu cewek tapi sayangnya kamu gak dapat aja dan langsung nyerah kalau aku gak langsung nyerah. Dan kamu juga pernah lupa sama kita saat lagi sibuk sibuknya ngejar dia. Masih ingat kan?" Aku pun tak mau kalah
"Anjing lah kau" satu pukulan melayang ke wajah Ku dari tangannya Ardi
"Berani kamu mukul aku?" Buk satu pukulan lagi melayang kepada Ardi pula dari tangan Ku
Akhirnya terjadilah adu kekuatan disitu antara Aku dan Ardi yang membuat Pian bingung ingin membela siapa karena dua dua adalah temannya
Karena dia bingung mau bela siapa makanya dia pun lari kedalam untuk meminta bantuan agar bisa memisahkan Aku dan Ardi itu
"Pak tolong bantu saya misahin teman saya lagi berantem di depan sana" ucap Pian kepada bapak bapak yang ada disana
Setelah Pian meminta bantuan dari bapak bapak itu barulah dia bisa berbicara sama Aku dan Ardi
"Kalian berdua ini bodoh apa, Cuma gara gara satu perempuan kalian berkelahi" ucap Pian di tengah tengah kedua temannya itu
"Nasehatin itu teman kesangan mu itu jaga mulut kalau bicara" ucap Ku dan melepaskan dirinya dari pegangan para bapak bapak
"Kamu yang harus dinasehatin tau" ucap Ardi yang masih ingin maju melawan Ku
"sudah sudah lebih baik kalian bubar dari pada kelahi dan buat ribut di warung saya ini" ucap ibu ibu yang punya warung minuman tersebut
Tanpa berpikir panjang Aku pun langsung pulang dan jalan dengan keadaan bibir lebam dan di daerah mata juga ada lebam, bekas pukulan dari Ardi
Bahkan Ardi juga ada lebam di wajahnya, namun dia tak pulang dan malah memesan minuman kepada ibu ibu tadi
"Bu bawakan saya tiga botol minuman" ucap Ardi kepada ibu penjual
"Nah kalau mau pesan minum gak apa apa. Tunggu ya biar saya ambil" ucap ibu ibu itu
Ardi merapikan kembali pakaiannya lalu duduk di pondok, dan para bapak bapak tadi sudah bubar dan pergi kembali ke dalam warung itu untuk melanjutkan menikmati minuman mereka
"Dasar si tukang minum makanya omongannya tidak bisa dia jaga padahal sama perempuan dia sedang bicara" gumam Ku yang sambil membersihkan luka lebamnya yang di buat oleh Ardi di rumahnya
"AAAAAA dasar" Aku melemparkan kapas yang sudah diberikan alkohol itu untuk meluapkan emosi Ku