Ranti terpaksa harus mengakhiri pernikahannya dengan lelaki yang ia cintai. Niat baiknya yang ingin menolong keponakannya berbuntut peperangan dalam rumah tangganya.
Lalu bagaimana akhir dari cerita ini?
Yuk kita simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Gagal Jaga Jarak
Bab 19. Gagal Jaga Jarak
Pov Author
Tidak ingin membuat Ranti bersedih, Pram pun mengikuti keinginan sang istri untuk pulang seperti biasa di akhir pekannya.
Hari ke hari pun mulai berjalan seperti biasanya. Pram bekerja di kota sebelah, Ranti tetap menjalankan aktivitasnya di tempat kerjanya, dan Menur sibuk bolak-balik ke kampus baru, juga kost baru teman-temannya.
Masa kuliah akan dimulai minggu depan. Banyak yang perlu Menur persiapkan untuk menjadi calon mahasiswa baru. Kesibukan barunya itu mengalihkan dunia fantasinya, sehingga ia tidak lagi berfantasi adegan panas hampir seminggu ini.
Dan ketika Pram datang kembali hari jum'at sore sesuai janjinya kepada sang istri, Menur sedang tidak ada di rumah. Ia sedang main di rumah kosan Bunga dan Lilis.
Pram merasa sedikit lega. Ia pun bergerak dengan bebas di dalam rumahnya sendiri. Ranti mengabarkan kalau Menur ijin menginap di kosan temannya sampai di minggu nanti.
Tentu Pram tidak keberatan dan malah bersyukur. Artinya dia aman sampai pulang nanti.
Pram hanyalah manusia biasa yang mencoba untuk tetap mencintai sang istri dan menjadi pria yang bertanggung jawab serta berusaha bertahan dari segala godaan. Namun jika kejadian-jadian yang ia alami itu terus terjadi berulang-ulang, bukan tidak mungkin pertahanan yang ia lakukan tidak akan goyah.
Lalu di hari sabtu ketika Ranti sedang berada di tempat kerjanya, Pram meringankan beban sang istri dengan membersihkan rumah dan mencuci pakaian.
Pram ingin memiliki waktu bersantai lebih lama dengan sang istri maka dari itu ia mengerjakan yang biasa istrinya lakukan agar saat Ranti pulang nanti, istrinya itu hanya akan menemaninya saja tanpa melakukan apapun.
Sebegitunya Pram terhadap istrinya. Ya, Pram adalah pria bucin jika hatinya telah terikat pada sang wanita.
Suara pintu terbuka dan tertutup di tambah derap langkah yang terdengar tergesa-gesa mengalihkan perhatian Pram yang sedang membuat kopi untuk dirinya setelah ia menyelesaikan semua urusan rumah.
Pram pun menyusul suara langkah yang terdengar menaiki tangga itu. Pram sedikit penasaran dan bingung siapa yang berada di lantai dua itu. Istrinya sedang bekerja, sedangkan Menur berada di kosan temannya.
Pram melihat pintu kamarnya yang memang terbuka bekas dirinya. Saat melihat di seberang pojokan, ia juga melihat pintu kamar Menur pun terbuka. Lelaki itu kemudian berjalan mendekati kamar itu untuk memastikan Menur kah, atau maling yang berada di sana.
"Oh Om! Bisa naikan resleting ku Om? Ini sangkut, sedangkan aku lagi buru-buru." Pinta Menur ketika mereka tanpa sengaja bertepatan saling melihat.
Menur tahu kalau tidak ada orang lain selain Pram di rumah itu. Itu sebabnya tanpa ragu ia meminta tolong pada Pram.
Pram tertegun dan diam di tempatnya. Sesaat dia memperhatikan Menur dengan gaya pakaian gadis itu yang membuat Pram mengernyitkan dahinya.
Baju gaun tipis berwarna hitam setengah paha model kemban dengan resleting panjang di belakang membuat Pram tidak suka melihatnya. Apalagi punggung Menur terbuka, dan bahkan sepertinya Menur pun tidak memakai bra.
"Om, buruan! Aku sudah di tunggu." Desak Menur begitu santainya tanpa beban.
Pram mendengus membuang napasnya menahan sabar. Ia benar-benar tidak suka harus membantu Menur menyempurnakan pakaian yang tidak semestinya di pakai oleh keponakan istrinya itu, pikirnya.
"Nur, apa pakaianmu ini tidak bisa di ganti dengan yang lain?" Tanya Pram melangkah mendekat ke arah Menur.
"Ini yang paling bagus yang aku punya Om." Jawab Menur dengan santainya.
"Sebenarnya, kamu mau kemana?"
"Ada acara ulang tahun temannya temen ku Om. Dan aku di ajak." Jawab Menur.
"Kenapa tidak pinjam baju Tantemu yang Om rasa lebih pantas di pakai buatmu."
"Aku sudah lama beli baju ini, dan ini kesempatan aku memakainya Om."
Pram lagi-lagi menghela napas. Perlahan tangannya pun terpaksa terulur untuk menaikan resleting yang tersangkut di kisaran atas pinggang Menur.
Saat Pram mencoba untuk menaikan sambil menjaga agar resleting itu tidak makin rusak, Menur pun mencoba memakai kalung di lehernya namun sayangnya kalung itu terjatuh tanpa sengaja.
"Ah, jatuh. Sebentar Om!" Ujar Menur dibarengi dengan gerakan pula.
Menur berkata demikian dan langsung menungging untuk mengambil kalungnya yang jatuh tadi.
Pram yang tidak tahu Menur akan melakukan apa karena ia hanya mencoba fokus menaikan resleting dengan menahan godaan punggung bening milik Menur itu pun terkejut ketika tanpa sengaja saat Menur menungging, bokong milik Menur mengenai anak gajahnya.
Kaki Pram sontak mundur dua langkah, sayangnya ketika ia berusaha menghindari buaya ganas, ia malah bertemu macan yang buas.
Ya, pakaian dalam milik Menur yang bermotif totol-totol macan itu terlihat jelas saat dia menungging. Di balik macan itu, Pram jadi teringat milik Menur yang berwarna pink yang di tutupi hutan tropis yang tidak terlalu lebat. Pikiran Pram mulai terkontaminasi sehingga sesuatu dibawah sana mulai menggeliat bangun dari tidurnya.
"Sebaiknya batalkan saja. Jangan pergi kesana!"
Tiba-tiba saja Pram berkata demikian.
"Aku baru kali ini di ajak ke klub Om. Aku ingin mencobanya." Sanggah Menur.
"Klub?!"
"Iya Om."
Pram mengusap wajahnya dengan kasar. Ia jadi membayangkan Menur yang ceroboh berada di dalam kandang predator disana.
Pram tidak ingin Menur semakin menjadi gadis yang nakal. Cukuplah sekadar Menur nakal dengan melakukan masturbasi tetapi tidak melakukan dengan lawan jenis.
Bukan Pram tidak tahu seperti apa klub malam itu. Jika Menur salah masuk klub, bisa-bisa Menur terjerumus hal yang lebih parah lagi. Minuman keras, sex bebas, bahkan narkoba pun bisa tersentuh oleh Menur yang haus akan hal baru di hidupnya.
"Batalkan!" Ucap Pram serius.
Menur menatap Pram dengan tatapan tajam.
"Kenapa Om?"
"Tante mu pun pasti tidak suka melihat penampilan mu ini apalagi akan pergi ke klub malam."
"Aku bukan tanya pendapat tante, Om. Tapi aku tanya Om!" Ucap Menur dengan berani.
Mereka saling beradu pandang dan tidak ada satupun yang mau mengalah.
"Tidak ada satu pun dari kami yang ingin terjadi apa-apa sama kamu Nur. Kamu harus sayangi dirimu. Di luar sana banyak hal-hal buruk yang tanpa kamu sadari bisa berusak dirimu." Ujar Pram menasehati.
"Maaf, tapi aku sudah janji Om. Ada seseorang yang katanya ingin mengenal ku lebih jauh. Dan aku tidak ingin dia kecewa. Ini pertama kalinya buat ku Om, jadi aku tetap akan pergi."
Pram tidak mungkin berlaku keras pada Menur yang sama-sama keras seperti dirinya. Jika ia tetap memaksa, Pram yakin Menur pasti akan memberontak dan melakukan hal buruk di luar sana.
Sekali lagi Pram mengusap wajahnya dengan kasar. Menghadapi Menur sama saja menghadapi cabe rawit yang di lihat kecil nyatanya pedasnya luar biasa.
"Baiklah kamu boleh pergi, asal ganti baju mu dan pulang pukul 9 malam paling telat. Batalkan acara menginapmu di kosan temanmu. Om dan Tante akan menjemput mu tepat jam 9 malam nanti. Tunggu disini, Om carikan baju Tante mu yang cocok untukmu."
Menur ternganga mendengar kata-kata Pram dan melihat lelaki itu berlalu menuju kamar Tantenya. Tanpa sepengetahuan Pram, Menur mengikuti langkah kaki pria yang menarik hatinya itu.
Pram terlihat membuka lemari pakaian Ranti dan mencari dress yang pantas di kenakan oleh Menur. Sebuah dress polos berwarna mocca di ambil Pram dari lemari gantung itu.
Pram berbalik tubuh dan hendak ke kamar Menur. Namun karena ia tidak menyadari Menur yang sudah berada di belakangnya itu akhirnya tanpa sengaja menabrak Menur hingga gadis itu terduduk di lantai.
"Ahh...!"
"Loh!"
Menur berusaha berdiri sambil memegangi bajunya di bagian dada yang masih belum tertutup karena Pram belum bisa menaikan resletingnya.
Namun usaha Menur itu malah menambah adegan yang lain, yaitu terbukanya kedua paha yang berakibat terpampang lagi macan yang sempat membangunkan anak gajah milik Pram.
"Pakai ini, Om tunggu di luar."
Pram meletakkan baju Ranti di tempat tidur, lalu beranjak keluar kamar untuk menghindari hal yang mungkin akan fatal nantinya.
"Om...!"
Namun sebelum Pram tak terjangkau, Menur lebih dulu menggapai tangan Pram dan menariknya kuat hingga Pram terhuyung dan jatuh tepat di hadapan Menur.
"Maaf..."
Ucap Menur dan langsung menangkup wajah Pram dengan kedua tangan tangannya hingga gaun yang sejak tadi ia tahan dengan tangannya, melorot begitu saja ke lantai dan menunjukan dua bukit polos miliknya.
Mata Pram membulat ketika dengan cepat dan tiba-tiba Menur sudah mendaratkan ciuman pada bibirnya.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊