NovelToon NovelToon
Become The Duke'S Adopted Daughter

Become The Duke'S Adopted Daughter

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:74.3k
Nilai: 5
Nama Author: Atiiqah Alysia Hudzaifah

Maulidya Alissa Agraham, atau yang kerap disapa Lidya, gadis 20 tahun yang mati ketika menjalani sebuah misi. Hidupnya yang dipikir sudah berakhir justru malah terbangun di raga seorang gadis didunia lain yang dikenal buruk dalam beretika. Sikapnya yang pemalu dan tidak percaya diri membuatnya diolok-olok oleh bangsawan lain.

Namun sebuah perubahan terjadi ketika gadis itu terbangun dari pingsannya. Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi tegas dan tidak mudah ditindas membawa kehebohan besar diseluruh Kekaisaran. Mereka yang menghinanya dulu kini berlutut memohon ampunan. Para pelayan yang merendahkannya terbujur kaku dengan kepala yang terpisah. Ditambah lagi, kedatangan Lidya saat itu membawa banyak perubahan sejarah di seluruh Kekaisaran.

Misinya adalah menjadi wanita terkaya disana

Namun apadaya jika semua laki-laki justru tertarik padanya?

Dan, takdir? Apakah benda ini benar nyata?

Semua keanehan ini..

Tidak masuk akal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atiiqah Alysia Hudzaifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31 | Perjamuan teh 3

Beberapa saat yang lalu

Ditempat Lidya

Setelah kemenangan sejenak yang didapatkan oleh Lidya, suasana kembali seperti semula. Namun, ditengah kedamaian itu, ada saja yang tidak menyukai ketenangan

"Ella, bukankah gaunmu terlihat sangat aneh?"

Lidya menoleh dan memiringkan kepalanya "kenapa? Apa itu mengganggumu?"

Isabella yang sebelumnya bicara akhirnya tersentak "uum b-bukan begitu, B-bella hanya bertanya" dia menunduk seraya meremas jari-jari tangannya.

Vorensia yang melihatnya pun tak tega, dia menggenggam tangan Isabella berniat menenangkannya. Tak lama dia lalu menatap sinis Lidya "itu benar, nona Isabella hanya bertanya padamu, kenapa anda sensitif sekali?!"

Lidya merotasikan matanya malas "dengan nada dan perkataan seperti itu, apakah anda akan terima bila diucapkan pada anda?"

Voren mengernyit. Lidya terkekeh sinis "biar ku'ulangi perkataannya, dan kucontohkan pada nona. 'Lady, bukankah gaunmu terlihat sangat aneh?' Bagaimana? Anda terima?" Lidya mengucapkannya dengan nada mengejek. Voren hanya diam membisu, tidak menjawab.

"I-itu karena anda mengucapkannya dengan nada yang tidak biasa, sedangkan Isabela bertanya dengan nada lembut yang tidak memiliki maksud buruk."

Lidya menutup mulutnya mengejek "begitukah?"

"K-kau menghinaku?!" Bentak Voren marah

"Rasanya saya tidak pernah mengeluarkan kalimat menghina dari mulut ini" ujar Lidya santai "apakah kalian mendengar aku menghinanya?"

Semua diam menunduk tidak menjawab, Lidya menyeringai melihatnya "anda lihat sendiri bukan?"

"S-saya mendengarnya!" Potong seorang nona disebelahnya. Lidya hanya menatapnya malas tanpa minat "ooh begitukah?"

Orang itu mengangguk ragu "y-ya saya mendengar anda menghina nona Vorensia sebelumnya, b-benarkan nona nona?" Dia meminta pendapat yang lainnya, sedangkan mereka semua saling lirik sebelum mengangguk bersamaan

"B-benar itu benar"

"Ya nona t-tadi menghinanya"

"S-semua melihatnya"

Lidya mendengus, benar-benar payah! Lalu dia melirik Azalea yang duduk tidak jauh darinya "bagaimana nona Azalea, apakah anda mendengar saya pernah menghina nona muda Cartol?" Azalea yang sebelumnya sedikit melamun pun tersentak, dia menoleh pada Lidya lalu menunduk "tidak, saya tidak pernah mendengarnya."

Yang lain menatapnya protes, termasuk Vorensia dan Isabella, sedangkan Lidya tersenyum kemenangan "kurasa anda sekalian salah menilai, atau memang tidak paham makna dari kata 'penghinaan'?" Ujar lidya remeh.

Semua menggeram kesal, namun mereka memilih membuang muka. Lidya hanya menatap mereka remeh sembari meminum teh 'membosankan, kupikir akan terjadi pertempuran seru lebih dari tadi. Tapi aku melupakan sesuatu, mereka semua hanyalah bocah dibawah 15 tahun yang baru mengerti arti kata dunia, cih.'

"Memuakkan" gumamnya

Dia memperhatikan sekitar, menatap gaun-gaun yang digunakan mereka satu persatu.

Lihatlah semua gaun itu.. Yaampun, jika itu aku, aku tidak akan tahan menggunakan itu seharian.

Lalu tatapannya jatuh pada gaun milik Isabella dan membandingkannya dengan milik Vorensia

Lidya lantas tertawa kecil menyadarinya

Ya ampunn anak-anak ini.. Rasanya gaun mereka berdua hampir sama dan yang membedakan hanya warnanya saja. Lucu sekali.. Ditambah warnanya luar biasa ngejreng hahaha

Yahh mau sebagus apapun, gaun miliknya jauh lebih indah. Terlihat sederhana tetapi harga selangit. Jangan lupa bahannya yang nyaman dipakai dan desainnya yang indah dan unik. Rasanya kesal saat mengingat bocah itu menjelekkan gaun miliknya. Menyebalkan.

Suasana tiba-tiba canggung, Lidya sendiri tidak peduli justru semakin tenang semakin baik. Tapi tidak dengan seseorang, diam-diam tangannya terkepal, dibalik wajah lugunya rupanya ia menyimpan dendam pada seseorang yang menatap santai semuanya.

Ya, dia adalah Isabella, dalam hati dia mengumpat habis Lidya dengan kata-kata makian.

Seharusnya tidak begini, si bodoh itu harus dipermalukan bukan malah begini. Ini diluar rencana, dia harus dipermalukan hari ini. Tak lama Isabella menunduk dan tersenyum miring

Tidak apa, ini belum terlambat, mari kita panasi lagi suasana yang hampir terbakar ini, tinggal di tambah minyak maka semua akan selesai.

"Emm Ella" Panggilnya yang membuat semua orang menoleh menatapnya. Lidya yang tenang menjadi kesal mendengar panggilan itu. Bukankah sudah berapa kali ia larang untuk memanggilnya begitu? Kenapa keras kepala sekali?!

"Bella dengar Ella diajari oleh nyonya Olivia, apa itu benar?" Tanyanya dengan jari telunjuk saling bertaut

Lidya mengangkat sebelah alisnya menyadari sesuatu 'sejak tadi dia selalu memanggilku begitu, padahal dia tau aku tidak menyukainya. Apakah dia berniat memancing ku dengan panggilan menyebalkan itu? Heh licik sekali dia'

Lidya tersenyum kecil, lebih tepatnya menyeringai "itu benar, kenapa?"

"Ahh tidak, Bella cuma memastikan karena yang Bella dengar tidak semua anak bisa diajar oleh beliau. Karena itu Bella bertanya." Ucapnya pelan namun dalam hati menggerutu Sial, tidak terpancing? Tidak apa, masih belum selesai

Lidya mengangkat kedua alisnya "jadi?"

Bella meremat jarinya "Yang Bella tau dulu Lea juga diajar oleh nyonya Olivia, tetapi semua orang tau kalau Lea sangat berbakat yang memungkinkan dia bisa diterima baik oleh beliau. Tetapi, Ella kan..." Bella terlihat ragu-ragu ingin melanjutkan, namun semua orang tau maksud dari perkataannya termasuk Lidya.

Dalam hati Lidya menatap mereka aneh 'wahh apa mata mereka belum terbuka? Lihatlah tingkah sok polosnya itu? Kenapa mereka semua bodoh sekali menyangka bocah satu ini lugu. Terlebih bocah merah satu itu' Lidya lalu melirik kecil Vorensia yang tersenyum mencoba menenangkan kegugupan Isabella 'Apa perlu kubuka mata batinnya agar dia sadar?'

Selain Lidya yang berbikir begitu, yang lain lantas kembali berbisik

Eh benar juga

Iya kan?

Nona Azalea memang berbakat tetapi anak itu?

Kudengar bahkan dia sangat payah dalam beretika

Lihat saja tadi dengan tidak tau malunya dia terlambat datang

Bahkan berani melawan nona Vorensia

Cih menjijikkan

Diam diam Isabella tertawa senang dalam hati, lihatlah mereka, diberi minyak sedikit saja apinya mulai menjalar.

Mungkin tidak jelas, namun Lidya menangkap jelas di indra matanya, Isabella sedang menatapnya mengejek. Lidya tersenyum geli melihatnya 'apa dia sudah merasa menang hanya karena ini? Dasar bodoh, jangan senang dulu dong' dengan elegan ia menuangkan teh dalam poci ke cangkir miliknya. Mengaduknya pelan lalu meminumnya perlahan. Semua orang terhenyak menatapnya, bagaimana bisa?

Bagaimana mungkin?

Bukankah rumornya dia bahkan tidak bisa dasar etika?

Kenapa dia justru melakukannya dengan sempurna?

"Nona Isabella" Panggil Lidya yang membuat si empu tersentak "y-ya?"

"Bukankah anda keterlaluan bila mengatakan itu?" Lidya mengambil cookies coklat yang menjadi kesukaannya saat ini selain teh lalu memakannya anggun.

Isabella tergagap "a-apa maksudnya Ella? B-bella tidak mengerti"

"Kata-katamu barusan, menyakitiku" kata Lidya dengan nada lirih, Isabella semakin gelagapan terlebih ketika Lidya melanjutkan ucapannya "keterlaluan bila anda mengatakan hal itu kepada saya Lady, anda mengatakan seolah saya sangat bodoh hingga tidak pantas menjadi murid dari guruku."

Dari tadi dia sudah menyerang, sekarang giliranku memberikan serangan balasan yang lebih darinya

"A-aku tidak mengatakan hal itu, Be-bella hanya-"

"Ya, kau mengatakannya!" Sanggah Lidya cepat, semua orang menatapnya terkejut tidak menyangka Lidya akan mengeluarkan nada seperti itu.

Vorensia berdiri tidak terima "Nona Gricella tidakkah anda keterlaluan?! Lady Isabella hanya-"

"Hanya apa nona muda Grand duke Cartol? Lagi lagi anda membelanya yang jelas salah?" Tanya Lidya tidak percaya, dengan penekanan dibeberapa kata membuat Vorensia bungkam.

"Saya bertanya pada Lady Azalea yang dikenal berbakat, apakah diawal pelajaran anda sudah sangat hebat?" Tanyanya pada Azalea yang dibalas gelengan singkat.

"Tidak bukan? Apakah anda sejak lahir sudah bisa berdiri anggun lalu bergerak bebas?" Tanyanya yang lagi lagi dibalas gelengan.

"Apakah nona sebelumnya juga tidak tau apa-apa namun ketika belajar barulah dapat dikatakan berbakat saat sudah berhasil?" Kali ini Azalea mengangguk. "Benar bukan? Lalu apakah anda sudah dapat pelatihan sejak kecil?" Lagi, Azalea mengangguk.

"Lihat? Nona sekalian tau saya berasal dari mana dan seperti apa, tetapi masih saja suka membandingkan saya dengan nona semua yang sudah mendapatkan pelatihan sejak dini. Jadi apakah salah bila diawal saya sangat payah dalam suatu hal dikarenakan tidak pernah belajar?"

Semua terdiam, tidak ada yang menjawab "tidak bukan? Justru yang aneh bila saya yang tidak pernah belajar apa-apa malah menjadi sangat hebat dalam beretika, dalam pelajaran, dan dalam segala hal. Masuk akal bukan?" Lagi dan lagi, semua diam.

"Jawab!"

Semua lantas mengangguk, tidak ada yang berani menatapnya sekarang termasuk Isabella dan Vorensia sebelumnya.

"Kambali ke permasalahan awal, nona Isabella Troustila." Lidya mengucapkannya sembari menatap kearah Isabella yang tangannya mengepal dibawah sana.

"Anda tadi bertanya kenapa saya bisa diterima sedangkan saya sangat payah bukan?"

"Saya tidak-"

"Jangan menyela!!"

Isabella menunduk, Vorensia kali ini hanya diam tidak membela. Dalam pikirannya sendiri dia bingung kenapa aura yang dipancarkan Lidya berbeda dan sangat menyeramkan.

"Saya tidak pintar dulu karena merasa tertekan. Kalian dengar bukan beberapa waktu yang lalu ada masalah dikediaman duke? Itu berhubungan denganku dan kenyamananku. Dan sekarang semua sudah berubah, saya yang dulu tidak bisa fokus dalam pelajaran karena perilaku sekitar, tetapi sekarang berbeda. Saya bisa fokus dalam belajar dan bisa menyusul sesuatu yang tertinggal. Entah dalam pelajaran, Etika, bahkan hiburan dan alat musik."

Semua diam menyimak, mungkin antara percaya dan tidak percaya. Tapi semuanya benar, walau belum terbukti.

"Jadi nona Isabella, saya sarankan untuk anda menjaga mulut anda. Saya khawatir anda akan mengatakan hal yang sama pada setiap bangsawan yang anda temui. Syukur bila mereka tidak menganggap serius, tetapi bila sebaliknya, anda yang akan tamat." Isabella menggigit bibirnya kuat, hingga tidak sadar bila berdarah

"Bahkan masalah ini pun bisa saya laporkan kepada duke dan akan berurusan dengan kerajaan nantinya. Anda bisa menerima hukuman kurungan, cambukan atau yang paling parah... hukuman penggal Karena berani menghina keluarga kerajaan."

Deg

Isabella menegang, keringat dingin membanjiri pelipisnya. Rencananya hancur melengseng dari yang seharusnya.

Bagaimana ini??

"APA-APAAN INI!?"

Para nyonya alias wali dari para nona bangsawan yang hadir kini berjalan cepat kearah mereka. Semua nyonya menatap bingung kearah mereka.

Tatapan Madelia jatuh kepada Isabella yang menunduk ketakutan? Lalu beralih pada Lidya yang menatapnya tajam. Ia menatap bertanya pada sang anak, alias Vorensia yang dibalas gelengan pelan. Tidak kunjung mendapat jawaban yang diinginkan, ia pun bertanya pada salah satu anak disana.

"Sebenarnya apa yang terjadi disini?"

"Jelaskan!"

Anak itu tersentak kaget, dengan ragu ia menjawab "a-ah itu anu..."

Tidak puas dengan jawabannya, Madelia bertanya dengan anak disebelahnya "kau" tunjuknya pada anak itu, "cepat jelaskan secara rinci apa yang terjadi"

"...." anak tersebut hanya menunduk seolah takut ingin menjawab.

Madelia bingung, heran dengan semua ini. Kenapa semuanya nampak ketakutan? Sebenarnya apa yang mereka takuti?

Untuk yang terakhir kalinya ia bertanya, kali ini pada Isabella yang dikenalnya "Lady Isabella, beritahu aku apa yang terjadi disini. Tidak perlu takut, bila ada yang mengancammu maka aku yang akan mengurusnya."

Isabella tersentak, dalam hati dirinya bersyukur. Inilah kesempatannya...

"B-begini nyonya Cartol, s-saya emm..." Isabella melirik Lidya takut takut dan itu terlihat jelas dimata Madelia.

"Lanjutkan!" Ucapannya dengan menatap tajam Lidya

Lidya sendiri merotasikan matanya malas melihat semuanya. Ia bingung diantara nona lainnya pasti semua sudah tau gosip tentang Azalea, lalu kenapa tante ini malah bertanya pada Isabella yang jelas jelas gagap dan penuh tipu muslihat. Azalea dikenal dengan kejujurannya, sedangkan nona lain belum tentu, apalagi Isabella. Ah benar, gara gara wajah lugu nan polosnya itu pasti. Lihatlah sekarang, dirinya dibuat terlihat sebagai pihak bersalah disini.

Menyebalkan

"P--pada awalnya B-bella hanya bertanya baik baik kepada Ella, tapi entah karena apa dia malah marah dan mengancam Bella dihukum oleh raja dan ratu. E-ehh t--tapi ini bukan sepenuhnya salah Ella, m-mungkin dia saat ini sedang sensitif karena suatu hal.." Ucapnya dengan meremas tangannya seolah ketakutan

Lihatlah wajahnya yang dibuat lugu penuh rasa bersalah itu, membuat Lidya geram ingin menyiram wajahnya menggunakan teh panas di cangkirnya ini. Kata-katanya menyiratkan seolah dirinya sangat jahat karena menyudutkan seorang Lady berhati kapas.

Thai kuching!

Apa dia ingin berperan sebagai toko protagonis?

Baiklah dengan senang hati aku akan menjadi antagonis nya

"Ella, siapa dia?" Tanya Madelia bingung. Sedangkan semuanya tidak ada yang menjawab hanya menatap takut takut Lidya diujung sana.

Dalam hatinya Vorensia sendiri bingung harus mengatakan apa. Apa harus seperti ini untuk mempermalukan Lady Gricella tersebut? Sampai harus berbohong pada ibunya? Karena bingung dan larut akan pikirannya, ia hanya bisa menunduk.

"Jadi kau yang namanya Ella? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya" Madelia berjalan mendekati Lidya. Lidya sendiri hanya menunduk memberi salam sopan sesuai dengan etika bangsawan dengan sempurna.

"Salam kepada anda Nyonya grand Duchess Madelia Cartol, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Gricella Laverna de Velvord, saya sendiri baru pertama kali mengikuti kegiatan ini setelah beberapa tahun yang lalu."

Madelia mengangkat sebelah alisnya 'Gricella? Velvord?'

"Jadi kau anak pungut duke yang dikabarkan itu?" Ketus Madelia tanpa filter

Meski kesal dalam hati, Lidya tetap tenang menjawab "seperti yang anda dengar nyonya"

Madelia diam nampak menilai Lidya dari atas kebawah 'jadi anak ini yang dikabarkan itu? Jauh dari dugaanku, lagipula kenapa tiba-tiba anak ini bisa berada di sini.' Penasaran akan pertanyaannya, ia memasang wajah bertanya pada sang anak, yang ditangkap jelas oleh sang empu.

Vorensia sedikit berdehem untuk mengurangi suasana canggung disekitarnya "Lady Isabella mengundang Lady Gricella untuk perjamuan kali ini, sebab itu dia ada disini." Jelasnya

Sontak hal itu membuat Madelia menatap Gricella remeh "jadi Bella yang mengundangmu kesini, tapi kau malah membuatnya malu dan bahkan mengancamnya? Tega sekali kau,"

"Aku memang pernah mendengar rumor tentangmu, tapi aku tidak pernah menyangka bahwa sikapmu jauh lebih buruk dari yang dirumorkan,"

"Tidak tau berterima kasih!" sarkasnya. Bisik-bisik terdengar jelas membuat Lidya bisa mendengar semuanya, Isabella diam-diam tersenyum puas. 'Aku berhasil' pikirnya senang.

Jadi anak itu yang sering dirumorkan

Meski kupikir wajahnya lebih cantik dari dugaanku tapi sikapnya menjijikkan

Yang kudengar anaknya sangat boros dan selalu berpakaian mewah

Kenapa justru anak ini sangat cantik dengan gaun indah itu

Bukankah gaun itu terlihat sama seperti yang digunakan nyonya Olivia?

Rumornya dia bahkan tidak bisa mengangkat kepalanya bila berhadapan dengan pelayan, tetapi yang kulihat tidak begitu

Anak itu sangat berani melawan nona lain diacara seperti ini

Dia berbeda dari yang dirumorkan

Psstt psst stt

Olivia sendiri hanya menatap muridnya khawatir 'ada apa dengan anak itu?' Pikirnya

Dia menatap mantan murid kesayangannya, Azalea. Azalea yang sadar ditatap pun menoleh, mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya. Olivia mengodenya untuk menceritakan apa yang terjadi, namun dengan cepat Azalea membuang muka. Olivia pun mendengus sebal melihatnya.

Sekarang apa yang harus ia lakukan, dirinya sendiri pun tak mengerti apa yang terjadi. Ketika ia ingin membuka suara, tatapannya tanpa sengaja jatuh pada Lidya yang mengodenya untuk diam. Meski bingung, Olivia menurutinya. Dalam hati dirinya mengumpati sikapnya yang terlalu khawatir, padahal cukup dengan percaya saja semuanya akan selesai. Muridnya itu lebih pintar dari perkiraannya, pasti bisa mengendalikan situasi saat ini.

Lidya sendiri masih diam sambil menatap malas Madelia didepannya. Mendengar dia memanggil Isabella dengan panggilan 'Bella', berarti hubungan mereka cukup dekat. Tak heran bila orang ini terlihat sangat percaya padanya. Walau ia yakin, tanpa semua itu pun, dari tatapannya dia membenci sipemilik tubuh ini. Entah apa alasannya yang pasti, ia akan membuatnya semakin membenci dirinya.

Lidya maju lalu tersenyum simpul "maaf menyela anda nyonya grand Duchess, saya ingin sedikit menjelaskan tentang kronologi sebenarnya disini. Barangkali mungkin penjelasan dari Lady Isabella kurang lengkap, jadi saya berbaik hati ingin menjelaskannya." Isabella tersentak, ia terlihat takut takut.

Heh masih amatir rupanya

Madelia diam yang menandakan ia ingin mendengarkan penjelasan dari Lidya.

"Pertama, memang benar saya sempat mengancamnya, tetapi kata 'membuatnya malu' kurang tepat nyonya, lebih tepatnya, memberinya pelajaran,"

"Kedua, saya tidak hanya melakukan itu tanpa sebab, melainkan ada situasi yang membuat saya harus melakukannya,"

"Ketiga, alasan saya melakukannya karena Lady Isabella dua kali menjelekkan saya nyonya, bahkan dia sempat merendahkan saya. Saya tentu tidak terima karena itu saya memberinya sedikit pengertian untuk menjadikannya sebagai pelajaran. Mungkin bila nyonya berada diposisi saya 'pun, pasti akan melakukan hal yang sama seperti saya." jelas Lidya tenang.

Isabella berniat menyela, "I-itu tidak benar!! Saya, saya hanya-"

"Diam! Aku belum selesai dan tidak ada yang memintamu berbicara." Bentak Lidya kesal. Isabella gemeteran mendengarnya, mengabaikan hal itu, Lidya kembali melanjutkan

"Bila nyonya tidak percaya, nyonya bisa tanyakan kepada para Lady disini." Setelah selesai mengatakan itu, Isabella langsung menjadi bahan perbincangan nyonya lainnya. Mungkin sedikit tidak menyangka atas sikapnya, dan, mungkin tidak percaya?

Madelia masih diam, mungkin mencoba mencerna apa yang dijelaskan barusan. Dia menatap kearah putrinya "apa itu benar, Vorensia?"

Vorensia tersentak terkejut, dia bingung ingin mejawab apa. Ia ingin mengatakan iya tapi sahabatnya akan menjadi sasaran empuk disini, dan iapun tak tega akan hal itu. Apalagi setelah melihat tatapan memohon dari Isabella membuatnya semakin tak tega. Setelah menghela nafas, dengan berat hati pun ia mengatakan

"Itu... itu tidak benar bu, Isabella sama sekali tidak melakukan itu." Dustanya lalu menunduk tidak berani menatap ibunya maupun Lidya. Dia merasa sangat menyesal dan bersalah, namun ia lega setidaknya sahabatnya selamat.

Lidya mendengus mendengarnya, sudah ia duga percuma bertanya pada mereka. Untungnya ia sudah menyiapkan kartu AS miliknya.

Madelia balik menatap tajam Lidya "kau dengar, Lady Gricella? Rupanya selain sombong kau juga pembohong. Menjijikkan"

Isabella tersenyum kemenangan menatap Lidya, terlebih mendengar semua gunjingan terlontar kearahnya membuatnya semakin puas. Lidya sendiri diam tak berkutik, tak lama, senyum miring terbit diujung bibirnya.

Tiba tiba sebuah percakapan terdengar, Isabella pucat pasi ketika mendengarnya

"Ella, bukankah gaunmu terlihat sangat aneh?" Terdengar suara lembut dari sebuah benda yang dipegang Lidya. Itu adalah bola sihir perekam, dan Isabella sangat pucat ketika melihatnya

"kenapa? Apa itu mengganggumu?" Balas sebuah suara yang itu merupakan miliknya

"Uum b-bukan begitu, B-bella hanya bertanya"

Lalu suara lain terdengar menginterupsi mereka "itu benar, nona Isabella hanya bertanya padamu, kenapa anda sensitif sekali?!"

"Dengan nada dan perkataan seperti itu, apakah anda akan terima bila diucapkan pada anda?"

Terdengar suara tawa pelan lalu suaranya kembali terdengar "biar ku'ulangi perkataannya, dan kucontohkan pada nona. 'Lady, bukankah gaunmu terlihat sangat aneh?' Bagaimana? Anda terima?" Terdengar jelas nadanya sangat mengejek

"I-itu karena anda mengucapkannya dengan nada yang tidak biasa, sedangkan Isabela bertanya dengan nada lembut yang tidak memiliki maksud buruk."

"Begitukah?"

"K-kau menghinaku?!"

"Rasanya saya tidak pernah mengeluarkan kalimat menghina dari mulut ini" Jeda sejenak "apakah kalian mendengar aku menghinanya?"

Tidak ada jawaban, jeda sejenak lalu suaranya kembali terdengar "anda lihat sendiri bukan?"

"S-saya mendengarnya!" Suara lain kembali terdengar

"ooh begitukah?"

"Y-ya saya mendengar anda menghina nona Vorensia sebelumnya, b-benarkan nona nona?"

"B-benar itu benar"

"Ya nona t-tadi menghinanya"

"S-semua melihatnya"

Lalu suara Lidya kembali terdengar "bagaimana nona Azalea, apakah anda mendengar saya pernah menghina nona muda Cartol?"

Ucap seseorang yang semua orang tebak adalah milik Azalea "tidak, saya tidak pernah mendengarnya."

"Kurasa anda sekalian salah menilai, atau memang tidak paham makna dari kata 'penghinaan'?"

Cringg

Merasa semuanya selesai Isabella bernafas sedikit lega, namun tak lama dari itu, percakapan pun berpindah kebeberapa saat yang lalu. Isabella terlihat semakin pucat begitu pula nona lainnya termasuk Vorensia.

Jika itu dilanjutkan lagi, namanya akan benar-benar buruk. Sekarang saja semua orang sudah mulai mencibirnya

Percakapan itu terekam jelas yang membuat semua orang bisa menebak suara siapa saja itu. Bahkan suara helaan nafas, bisik bisik, tawa kecil juga terdengar di bola perekam itu. Dalam hati mereka sangat kagum dan iri pada Lidya yang memiliki salah satu benda paling mahal disini.

Lalu percakapan terhenti ketika suara yang ditebak milik Madelia terdengar

"ADA APA INI?"

Crinng..

Percakapan selesai saat itu juga. Semua diam mencerna apa yang mereka dengar, dalam hati mereka semua kecewa dan tidak menyangka atas sikap Isabella. Kini mereka mendukung dan memaklumi kekesalan Lidya dan mulai menyudutkan Isabella.

Jadi anak itu yang memancing semuanya?

Aku tak menyangka dia melakukannya

Kita tertipu dengan wajahnya itu

Kupikir dia anak yang baik ternyata sebaliknya

Mungkin dia merasa paling benar jadinya seperti itu

Dia terlalu dimanja

Anak itu benar-benar deh

Menjijikkan, dia mencoba memutar balikkan fakta?

Dia membuat dirinya paling disakiti

Anak siapa dia

Bukannya dia nona muda Troustila?

Berarti ibunya Rosellia Troustila

Dasar ibu dan anak sama saja

Isabella menunduk mendengar semuanya, tangannya terlihat gemetaran. Terlebih kupingnya terasa panas mendengar cacian semuanya. Dia takut bagaimana nasib yang menanti kedepannya.

Isabella menatap Vorensia meminta bantuan, sedangkan sang empu yang ditatap pun diam ketakutan melihat tatapan dari sang ibu.

Gleg

'I-ibu..'

Ia ketakutan, mungkin sebuah sebatan telah menunggunya dirumah melihat tatapan mematikan sang ibu. Vorensia gemetaran, air mata tergenang dipelupuk matanya.

Melihat temannya tidak bisa dimintai tolong, ia menatap kearah Azalea meminta bantuan. Namun keinginannya musnah ketika melihat temannya membuang muka. Isabella geram, kemana teman yang katanya akan membantunya tempo hari. Bahkan Azalea sama sekali tidak membantu apa-apa. Tidak pernah mendukung dan membelanya dari tadi.

Madelia menatap sang anak geram dan marah, tatapannya jatuh pada Isabella yang menunduk ketakutan. Sial sekali dirinya! Karena dekat dengan ibunya, Rosellia menitipi anaknya kepada dirinya. Karena merasa bertanggung jawab sedari tadi ia membela anak itu. Tetapi justru berakhir seperti ini. Sial sekali.

Madelia maju mendekati Isabella

PLAK

Ia menamparnya dengan keras, kepala Isabella tertoleh kesamping.

Dalam hati Lidya meringis kecil, 'uhh kurang sakit. Coba lebih kuat lagi, sayang sekali.'

"Anak sialan! Ternyata kau berniat membohongiku?!"

PLAK

"Aku membelamu sedemikian rupa karena percaya padamu, tapi ternyata justru kau penjahat sebenarnya!? Aku merasa bodoh telah membelamu!" Madelia terlihat sangat murka karena merasa dibohongi, dia menatap Isabella bengis.

"Hiks.. m-maaf.. B-bella hiks.. tidak sengaja"

"Tidak sengaja katamu?!"

PLAK

"Peduli amat! Ibumu menitipkan dirimu padaku, aku tidak peduli!!"

PLAK

"Sebagai hukuman dari semuanya, kau, Isabella Troustila dengan ini aku menyatakan kau tidak boleh mengikuti acara apapun selama 5 bulan!"

Deg

Isabella menatap Madelia tidak percaya, ia beringsut mendekat "Ny-nyonya Madelia hiks.. B-bella tidak senga-ja hiks jangan.. jangan hukum hiks Bella.. hiks"

"Aku telah memutuskan semuanya dan aku tidak akan menarik ucapanku. Mulai kedepannya, hukumannya berlaku padamu, jangan ada yang megundangnya selama itu!! Atau kalian akan berurusan denganku" ujarnya dengan penekanan diakhir.

Semua tidak ada yang menjawab. Memangnya siapa yang berani melawan Madelia? Satu-satunya keluarga dengan gelar Grand duke di Kekaisaran Carvil, gelar yang berada satu tingkat dibawah kerajaan, dan memiliki hubungan darah pada keluarga kerajaan saat ini. Ditambah.. Madelia merupakan adik kesayangan raja Geraldo saat ini. Dengan kata lain, Madelia adalah seorang putri kerajaan.

Apalagi nantinya mereka juga akan berurusan dengan duke velvord, duke yang dikenal kejam dan bengis dalam menghadapi musuhnya. Semua tidak ingin mencari mati dengannya, bahkan Raja pun sungkan dengannya. Dan kaisar sendiri berteman dengannya.

Mengingat hal itu, sontak mereka semua menatap tajam putri-putri mereka. Mereka baru ingat putri mereka sebelumnya mencari masalah dengan Gricella

Mati sudah..

"T-tidak hikss"

Tidak ada yang membantunya, semua hanya menatapnya tanpa berniat membantu. Ada yang menatapnya kasihan, tidak tega, puas dan sebagainya. Lidya sendiri hanya menatapnya puas sambil tersenyum kecil. Ia menoleh pada gurunya lalu tersenyum simpul melihat gurunya diam-diam mengacungi jempol padanya.

"Dan kau Vorensia Liberal Cartol" oh rupanya belum selesai!

Deg

"Tunggu nanti malam"

Vorensia menunduk, ia menggigit kuat bibirnya, sangking kuatnya tanpa sadar membuatnya berdarah. Para ibu mendekati putri mereka yang ketakutan. Beberapa dari mereka mencuri pandang kearah Isabella yang menunduk sendirian. Tak ada yang berani mendekatinya, mereka kasihan tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Terlebih saat Madelia mengamuk, semua orang tidak ada yang berani mendekat. Madelia mendapat julukan 'putri merah yang gila' karena kemarahannya yang bahkan tak segan menyakiti seseorang didepan umum. Itulah sifatnya sedari dulu, namun karena sikapnya itulah tidak akan ada yang berani mencari masalah dengannya. Terlebih gelarnya sebagai Grand Duchess apapun bisa dilakukan. Kekuasaan yang utama, keadilan setelahnya.

Brithen mendekati Azalea yang berada tepat disamping Isabella. Dia menatap keponakannya dengan anggukan "kau melakukan hal yang tepat" bisiknya disamping telinga Azalea.

Azalea mengangguk dia menoleh kesamping dan mendapati Isabella yang menatap benci kearahnya. Menyadari Azalea menatapnya, Isabella tersentak lalu merubah tatapan menjadi memelas. Azalea sedikit mendengus menyadarinya, pikirannya sedikit melayang kebeberapa saat yang lalu, dia menggeleng pelan lalu kembali menoleh.

"Lady Isabella maukah kau ikut denganku? Aku akan mengantarmu sampai ke kediamanmu," tawar Azalea bermaksud baik. Brithen nampak protes tapi memilih diam ketika Azalea menatapnya memohon.

Matanya seolah mengatakan 'kumohon, ini yang terakhir. Setidaknya kami pernah berteman dulu, dan aku menghargai hal itu. Anggap saja ini bantuan terakhir dari ku'

Melihatnya membuat Brithen mendengus "terserah kau saja" Ketusnya lalu beranjak dan memalingkan muka

Sedangkan Isabella sendiri diam diam mengepalkan tangannya 'apa maksudnya menawariku tumpangan seperti itu, dia bahkan tak membantu apa apa dan sekarang malah menawariku tumpangan? Apa dia berniat memperbaiki citranya agar aku masih mau berteman dengannya? Dia pikir aku bodoh!?' Sungguh aneh pikiranmu Isabella.

Ditawari baik baik malah su'udzon.

Isabella menatap Azalea menyesal "maaf karena Bella harus menolak niat baik Lea barusan, karena mau bagaimanapun Bella sudah dititipkan ibu untuk bersama nyonya Madelia. Jadi.. Bella benar benar menyesal!" Bella menunduk merasa bersalah, padahal dalam hati mengumpati Azalea dan Madelia habis habisan.

Azalea mengangkat sebelah alisnya "kau yakin dengan itu? Maksudku, aku berniat baik mengantarmu karena khawatir masalah ini membuat keluarga Cartol tidak bisa bersikap seperti biasanya padamu. Tapi bila kau ingin menolak, yasudah, aku sudah menawarinya. Menerima atau tidak itu urusanmu." Balasnya acuh lalu mengajak pergi Brithen yang terlihat semakin geram dengan Isabella.

"Ayo bibi" Ajak Azalea berlalu duluan dan Brithen mengikutinya dari belakang.

Lihatlah pandangan tajam Brithen yang tidak bisa lepas dari wajah Isabella. Isabella yang ditatap begitu tajam akhirnya menunduk takut.

Sungguh, Brithen benar-benar geram dengan anak ini. Sudah baik mau ditawari tumpangan malah ditolak, tidak sopan! Dia mendengus lalu pergi menyusul Azalea yang kini berhenti tepat berhadapan dengan Lidya.

Lidya yang saat ini berdiri bersebelahan dengan Olivia pun mengernyit heran melihat Azalea yang berhenti dihadapannya. Dia lalu memasang wajah bertanya "kenapa?" Tanya Lidya tanpa berbasa-basi

Azalea tertawa kecil melihatnya "nona, anda lihat itu?" tunjuk nya pada sebuah piano yang berada tidak jauh dari mereka "Awalnya kami ingin menyerangmu dengan itu, tapi sepertinya tidak jadi. Dan kudengar barusan anda bilang dapat bermain alat musik, bukan?"

Azalea kembali menatap Lidya "aku menunggu penampilanmu selanjutnya."

"Dan jujur saja, aku menyukai pertunjukanmu hari ini, semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi dengan situasi yang lebih baik." Ujarnya disertai senyuman.

Mereka diam saling menatap, tak lama senyum tipis terbit dibibirnya "kuharap juga begitu" Ujar Lidya menyeringai.

Azalea semakin mengembangkan senyumnya, dia mengangguk singkat sebagai salam perpisahan mereka lalu pergi dari sana. Lihatlah caranya berjalan itu. Pantas dia disebut-sebut sebagai nona jenius saat ini, karena memang se-elegan itu dirinya.

'Aku menyukai bocah itu!'

Brithen menoleh kearah Olivia, sahabatnya, dia mendekat lalu berbisik "selamat, kau kembali menemukan murid yang cocok untukmu. Dia gadis yang unik dan menarik, aku menyukainya. Sikap dan tingkahnya sangat tenang dan itu membuatku terpukau. Kau benar tentangnya, Via." Dia mengedipkan sebelah matanya lalu melenggang pergi dari sana. Olivia mendengus lalu menoleh kearah Lidya

"Ella, mari pulang." Ajaknya yang disambut anggukan Lidya

Namun, setelah kedamaian beberapa saat itu, sebuah kehebohan kembali terjadi.

Tepat di kediaman grand duke Cartol, semua orang dikejutkan dengan kedatangan duke Velvord yang dikenal anti berada diacara seperti ini. Lidya pun terkejut melihatnya, tidak mungkin kan pria itu kemari hanya untuk bertemu dengannya. Meski berpikir begitu, Lidya tetap memilih mendekati ayahnya yang kini sedang berdiri menatap kearahnya

"Apa yang ayah lakukan disini?" Tanya Lidya heran

Duke dengan tenang mengulurkan tangannya "menjemputmu tentunya"

Masih dengan keheranannya Lidya menyambut uluran itu

"Lalu bagaimana dengan nyonya Olivia?"

Olivia yang namanya masuk dalam obrolan itu tersenyum "Saya akan langsung kembali kekediaman saya. Jadi anda tidak perlu khawatir"

Sekilas Alverd mengangguk padanya, Olivia yang mengerti artinya pun balas mengangguk.

"Padahal anda tidak perlu melakukan hal ini" Ujar Lidya

Alvert mengernyit mendengar panggilan formal putrinya, meski begitu, dia tetap menjawabnya "Tidak apa, aku sedikit senggang hari ini."

Duke terdengar acuh, Lidya yang berada disebelahnya pun menoleh kearah Herdrick yang tidak jauh dari mereka. Ia melihat Hendrick geleng geleng pelan sambil membuang nafasnya lelah. Lidya terkekeh pelan. Dasar, lihatlah Hendrick yang tertekan dibelakang sana

Lidya lalu melihat Meylin didekat kereta kuda keluarganya. Ia tersenyum lega 'syukurlah Meylin baik baik saja. Aku sedikit khawatir dia akan diapa-apakan. Lagipula sedari awal aku sudah curiga kenapa pelayan tidak diizinkan masuk kedalam, padahal seorang pelayan sangatlah penting bagi seorang bangsawan. Dan... dugaanku selalu benar.'

Sekilas sebelum mereka masuk, Alverd sempat menatap tajam Madelia di ujung sana. Madelia tersentak, dia ketakutan tapi tidak berniat menunduk. Kecuali semua orang yang takut dan sungkan, Dia justru balas menatap tajam Alverd didepan sana.

Alverd sedikit menyeringai melihat tatapan itu 'benar-benar seorang putri, eh?'

Tak lama, mereka lalu pergi meninggalkan perkarangan keluarga Cartol dengan meninggalkan kesan dingin dan menakutkan. Tanpa sadar, hal ini akan membuat gosip baru dan akan menutupi gosip lama yang sudah buruk.

.

.

.

To be Continued_

1
Saulia Aulia
ck ck kesian kesian/Facepalm/
Saulia Aulia
Ahahaha
Saulia Aulia
🤣🤣🤣🤣
Ririn Santi
pict: "tidak terimakasih"
hahaha....apa apaan muka seperti itu, dapat dimana Thor?/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ririn Santi
ya ampun spiritnya di tendang macam bola kaki hahahaha....
Wulansari Fiona Serhalawan
ya ampun thor,lama banget upnya,aku tungguin smpe mau jamuran loh thor😩! aku smpe hampir amnesia krna author kelamaan up. double up donk thor atau klu nggk tenble up deh sklian thor,bener nggk sih nulisnya🤔🤣! dalam hati author "nih pembaca gue 1 ini maruk bener ya,udh protesnya bejibun malah minta up tenble lagi. kaga tau apa gue mikir jln critanya ampe nggk tidur sma mkn yg bener" bener nggk sih thor,maaf klu salah🤣🤣🤣
Lylysifah
cepet sembuh thor yaa.. cerita mu akan selalu kutunggu
sansan
semoga cepat sehat ya thorr... bisa update lagi... ak mau otw baca.. Nemu novel ini langsung baca info penting dulu... 🤭🤭 takutnya Hiatus apa gimana gt...
Ita Xiaomi
Maaf kk klo bs jgn gunakan kata ini. Kasar banget.
akyyaa_
Biasa
Viona Syafazea
bener banget.. 🤣🤣🤣
Nadine Wulans
ku tunggu up nya kak yg panyang biar puasss lanjutt🌹
Dewi Ansyari
Season 2 jadi penasaran deh 🤔
Dewi Ansyari
AQuarium di bilang laut dalam kotak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣Lucu banget Leo namanya
Dewi Ansyari
Wah luar biasa rancangan baju-bajunya benar bagus dan cantik
Dewi Ansyari
Wow nama Ella sudah di sebut hebat .semuanya pasti terkejut hingga ingin muntah darah🤣🤣🤣🤣🤣
Dewi Ansyari
siapa sebenarnya laki2 berambut perak itu jadi penasaran deh 🤔
Dearest
semoga lekas sembuh ya othor yang imut²...
gak sabar baca ceritanya lagi.

tapi tolong banget nih untuk konfliknya gak usah terlalu banyak n ribet karna aq bakal skip kalo udah terlalu kompleks konfliknya.

get well soon ya bebep
Chauli Maulidiah
isabela itu sp thor? koq aku lupa ya..

btw, cepet sembuh ya thor. biar bs liat aksi si lidya lagi..
Dewi Ansyari
Gracella di lawan 🤣🤣🤣🤣 dasar Isabella bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!