Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.
Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.
Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYKB 31 Tetap Ayahmu
Suami Yang Ku Benci (31)
" Bagaimana pun aku tetap ayah mertuamu. Dalam darah istrimu mengalir darahku," ucap Ayah Saphira.
" Katakan tujuan anda mengatakan hal itu. Jika untuk meminta uang, maka ingatlah isi dari surat perjanjian kita. Kamu bisa merasakan hotel prodeo kalau kamu mau," Kaivan bukan kejam. Ia hanya bersikap tegas.
Glek
Hadi hanya menelan salivanya. Ia tidak bisa berkata-kata. Matanya memindai ruangan itu karena berharap anaknya ada di sana. Dia akan memanfaatkan itu.
Matanya langsung berbinar saat melihat Saphira keluar dari sebuah pintu.
" Phira, akhirnya ayah bisa bertemu denganmu,"ucapnya bahagia.
Namun, pandangannya tertuju pada perut buncit Saphira.
" Kamu hamil?,"
Saphira hanya mengerutkan keningnya. Ia. berjalan ke arah suaminya. Kaivan sendiri harap-harap cemas. Ia takut istrinya luluh. Saat ini yang ada di tengah-tengah mereka adalah Saphira yang masih kehilangan ingatannya.
" Apa maksud kedatangan anda kemari?," tanya Saphira menatap tajam Hadi. Ia tak menghiraukan pertanyaan ayahnya itu.
Sedikit banyak Kaivan sudah menceritakan pernikahan mereka yang akhirnya di setujui ayah kandungnya dengan sebuah syarat. Dengan sebagian yang sengaja di tutupi.
" Apa harus ada alasan bagi seorang ayah untuk menemui anaknya?," tanya Hadi dengan wajah di buat sesendu mungkin.
Saphira tersenyum sinis. " Hubungan kita tidak sedekat itu walaupun anda ayah kandungku. Bukankah tujuan anda menemuiku hanya karena uang?,"
Satu yang membuat ayahnya akan datang padanya. Yaitu saat ia membutuhkan sesuatu.
" Nak, bukankah wajar jika seorang anak memberi pada orang tuanya?,"
" Jadi, benar karena uang?,"
" Nak..."
" Huffthh. Dengarkan ini baik-baik. Aku tidak akan memberikan uang lagi. Seperti perjanjian yang pernah anda tanda tangani."
" Ck, dasar anak durhaka," Hadi sudah lelah berpura-pura.
Kaivan menggelengkan kepalanya. Akhirnya keluar juga sifat aslinya.
" Kalau kamu tidak mau memberikan ayah uang, ayah akan menyebarkan berita bahwa istri seorang Kaivan King Sanjaya durhaka pada ayahnya,"
Saphira malah terkekeh bukannya takut. Dan hal itu membuat Hadi heran.
" Jika ayah merasa puas dengan melakukan hal seperti itu, maka lakukanlah. Namun, jangan salahkan aku jika membawanya ke meja hijau. Jangan lupa, aku punya surat pernyataan yang ayah tanda tangani,"
Hadi tidak berkutik. Niat hati menggertak malah di gertak balik.
...******...
" Apa ayahku selalu begitu?," tanya Saphira merasa malu.
Ia benar-benar tak habis pikir. Jangan-jangan ayahnya selalu mengganggu ketentraman pernikahan mereka.
" hanya beberapa kali. Namun, berakhir sama. Karena perjanjian itu,"
" Ah, Untung saja ada perjanjian itu. Kalau tidak hartamu bisa habis karena diminta olehnya,"
" Kamu tidak masalah?," heran Kaivan. Padahal kisah dirinya yang merenggut paksa kehormatan Saphira sampai akhirnya Saphira di usir ayahnya tidak ia ceritakan. Tapi, sepertinya kebencian itu memang ada sejak dulu.
Saphira tersenyum. " Aku tidak masalah. Dulu, aku bertahan dengannya juga ibu dan saudara tiriku karena aku tidak bisa melakukan apa-apa. Kalau sekarang aku bisa melakukannya. Sangat b0doh jika mau saja di manfaatkan,"
Kaivan manggut-manggut.
" Apa yang kamu lakukan jika aku melakukan kesalahan. Berbohong misalnya," tanya Kaivan ragu-ragu.
" Kamu berbohong padaku, mas?," tanya Saphira menyipitkan matanya menyelidik.
" Hanya seandainya. Melihat kebencianmu pada ayah kandung mu, membuatku penasaran,"
" Jika saja kesalahan itu masih bisa di tolerir,mungkin aku akan memaafkannya. Namun, jika sudah fatal, entahlah,"
Kaivan jadi dilema. Ia sangat khawatir. Apalagi kesalahpahaman waktu itu belum mereka bicarakan.
" sayang, sebenarnya ada sesuatu yang ingin aku katakan. Namun, saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahas itu karena kamu pun tidak mengingatnya.," Kaivan menghirup udara sebanyak mungkin.
" Jika suatu saat kamu mulai ingat semuanya, tolong jangan pergi kemanapun. Ayo kita bicara. Masalah tidak akan selesai hanya dengan pergi. Apalagi itu hanya kesalahpahaman saja,"
" Ini tentang apa?,"
" Insya Allah aku janji akan menceritakan sejujurnya. Namun,saat itu tiba, tetaplah berada di sampingku.,"
" Soal itu...."
" Aku mohon berjanjilah."
Saphira akhirnya mengangguk.
...******...
" Bagaimana?,"
Hadi mendengus. Pulang-pulang, bukannya di suguhi minum dulu malah di cecar dengan pertanyaan.
" Sudah aku bilang ini tidak akan berhasil," jawab Hadi kesal. Ia pun lelah karena harus bolak-balik tanpa istirahat.
" Dasar anak tidak berguna. Sudah hidup enak malah lupa daratan,"
Entah kenapa Hadi tak suka ucapan istrinya itu.
" Siska, anakmu pun tak berguna. Bukannya bekerja malah menambah beban saja. Anaknya bahkan ia abaikan," keluh Hadi. Ia awalnya selalu bungkam karena malas membahas Nurma. Tapi tidak untuk Sekarang.
Hadi sudah ada di puncak lelah. Dulu, istri dan anak tirinya tidak seperti itu. Namun, kini semua berubah.
" Jangan samakan anakku dan anakmu,"
Hadi tertawa. Ia tak percaya dengan wanita yang kini menjadi istrinya.
" Sudahlah aku mau istirahat. Pulang pergi tanpa istirahat. Harusnya kamu lebih perhatian tapi, malah di interogasi,"
" mas ...!!!"
Hadi tak memperdulikan panggilan istrinya. Ia benar-benar butuh istirahat.
" Apa yang harus aku lakukan? Mereka pasti menagih uang arisanku yang sudah jatuh tempo," Siska megacak rambutnya frustasi.
Hingga terdengar tangisan anak Nurma.
" Nurma, jangan hanya main ponsel. Urus anakmu itu. Berisik,"
Karena kesal, Siska meninggalkan Nurma dan anaknya yang baru saja mendekat ke arah mereka.
" Padahal aku juga penasaran apa yang terjadi. kenapa ayah malah tidak semangat seperti itu. Pasti rencananya gagal,"
Sementara itu, di kamarnya, Hadi sedang merenung.." Aku menyakitinya demi wanita itu dan anaknya? Hufft bagaimana bisa aku melakukannya?,"
" Rubi, kamu pasti marah padaku. Anak kita bahkan sangat membenciku," monolog Hadi.
TBC
lanjut thor