Terbelenggu Hasrat

Nadira mengangguk pelan, perlahan ingatannya mulai kembali. Kalau sesungguhnya Dia memiliki keluarga lain, selain Mbok darsih yang selama ini merawatnya dari sejak masih kecil. Dan keluarga itu adalah Angga dan Amalia.

Setelah dia mengingat semuanya, mereka saling berpelukan. Melepaskan rindu yang amat sangat membumbung di hati masing-masing. Walau sebelum ini mereka sudah pernah ketemu, tetap saja rasa rindu itu bergejolak dalam diri keduanya.

"Iya, aku sudah ingat semuanya? Dan sekarang di mana Mami?" tanyanya, membuat Aska tersenyum, kemudian memintanya untuk bangkit, mereka kembali ke rombongan Kevin dan juga Angga dan tak jauh dari tempat mereka berbincang.

Dari kejauhan Nadira berlari menghampiri Angga, dan tanpa diminta lagi, Nadira memeluk tubuh papinya erat.

Tak kuasa air mata Angga bersahutan, membasahi wajahnya, ketika Putri yang ia cari selama ini, berada dalam dekapannya.

"Maafin papi ya? Papi tidak bisa menjaga kamu dengan baik... "

Orang yang paling bahagia di antara mereka adalah Kevin. Betapa terlihat dari laut wajahnya yang berseri-seri, lelaki itu membayangkan setelah ini. "Gila ternyata selama ini Nadira itu adalah anaknya Pak Angga... Suatu kebetulan yang luar biasa, rencana Tuhan yang benar-benar indah," gumamnya dalam hati. Sepertinya sandiwara yang sudah dia mainkan bersama sang kekasih, akan segera diakhiri.

Della, yang masih berada di antara mereka pun ikut senang, dengan kebenaran yang baru saja terungkap. Dia bahagia karena ternyata memiliki partner sekaligus sahabat dari orang tajir dan orang baik, yang juga pernah menolongnya.

Setelah puas saling melepaskan rindu bersama dengan Papinya, kini mereka saling melepaskan pelukan. Nadira mengusap sisa-sisa air mata yang masih menggenang di pelupuknya. Pun dengan Angga, saking bahagianya dia sampai lupa, lupa kalau saat ini anak gadisnya sebentar lagi akan dipersunting oleh laki-laki baik.

"Pi, ini kenalin.. dia itu Kevin," ucap Nadira memperkenalkan calon suaminya kepada Angga. "Dia ini adalah...

Dan belum selesai kalimatnya diucapkan, Kevin memangkasnya terlebih dulu. "Calon suaminya, Pak Angga." Seketika membuat Nadira melototinya.

Kevin justru mendekatinya, kemudian merangkul pundaknya, seraya berucap, "ya kan sayang, sebentar lagi kita akan menikah..."

Angga hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka. Tak ada keraguan dan juga kekhawatiran dalam dirinya, mengetahui kalau ternyata putrinya itu akan berjodoh dengan lelaki yang dia kenal.

"Jadi perempuan ini yang sudah menggetarkan hati anda, Pak Kevin," timpal Angga, membuat calon menantunya itu tersipu malu.

Sementara Nadira sedikit terkejut melihat keakraban mereka. ""Papi kenal sama dia?" Tanyanya penasaran.

"Bukan cuman kenal lagi, tapi kita adalah partner bisnis yang solid... Bukan begitu Pak Angga!" Dijawabnya oleh Kevin, membuat calon istrinya itu menyebik, kesal.

"Ya sudah ya sudah... Terus sekarang ini mau gimana?" ujar Angga, menengahi perdebatan di antara mereka berdua.

"Apa yang akan kalian lakukan setelah ini..."

Kevin menceritakan rencananya ingin membawa Nadira ke rumahnya. Lantaran kecemasan keluarganya, yang tidak tega membiarkan gadis itu terpisah darinya.

Angga menanggapinya dengan santai dan membiarkan Nadira memilih untuk tinggal di mana saat ini. Yang jelas dia sudah mengatakan pada putrinya itu kalau saat ini Amelia ingin sekali bertemu, dan dalam keadaan yang sakit.

"Sayang ,sekarang terserah kamu... Kamu mau pulang sama papi atau kamu mau tinggal sama Kevin? Tapi kalau kamu memang mau tinggal sama Kevin, setidaknya kamu ketemu dulu sama mamimu... Ya udah sangat kangen sekali sama kamu," ujar Angga, memberikan pilihan kepada Nadira. Yang tak langsung bisa dijawab oleh gadis itu.

Kevin tahu kalau saat ini calon istrinya itu sedang bingung menentukan pilihan, sehingga dia memberikan solusi yang terbaik.

"Atau gini aja, Yang ... Untuk sementara ini kamu tinggal sama papi, urusan Oma sama mami biar aku yang handle... Lagian mereka juga pasti paham, dan untuk Della... Kita cari jalan keluarnya sama-sama," ucap Kevin, disepakati oleh Nadira.

Nadira dibawa Angga dan Aska untuk kembali ke rumah mereka, sedangkan Kevin dan juga Della, mereka melanjutkan perjalanan menuju ke rumah utama, tempat tinggalnya sekarang.

Di sepanjang perjalanan menuju ke rumah itu, Kevin tampak mencari cara untuk menjelaskan pada keluarganya tentang calon istrinya itu. Sedikit takut, karena selama ini dia telah membohongi banyak orang.

"Terus apa yang akan kamu lakukan, setelah ini, Vin?" tanya Della, itu yang sedang dia pikirkan sekarang.

"Ada solusinya nggak, Dell... Aku juga lagi pusing, harus bagaimana sekarang," jawabnya, itu yang sedang dia pikirkan saat ini.

"Ya mau nggak mau kita emang harus jujur sama mereka kalau selama ini kamu sudah membohongi keluargamu," ujar Della, Kevin tampak menghela nafas berat. "Apapun resikonya nanti, itu memang jalan yang terbaik..."

Sesampainya di rumah utama, seperti yang dia perkirakan sebelumnya, ruang tamu tampak penuh, menunggu kedatangannya.

Baru juga di ambang pintu, Jessy sang oma, sudah mencecar pertanyaan untuknya.

"Vin, ke mana Nadira? Apa terjadi sesuatu sama dia? Kamu nggak lagi bertengkar kan?"

"Nadira... Em....