Judul kecil: SUAMI KECIL YANG LENGKET DAN MANJA
Sinopsis (pendek saja):
Ini tentang remaja laki-laki yang ingin menikahi seorang gadis yang lebih tua darinya sejak pertemuan pertama. Dengan laki-laki berpostur dewasa dan gadisnya justru kebalikannya.
[Catatan penulis: tidak ada konflik berarti yang mengganggu, hanya cerita yang menghibur saja. sebab penulis tidak mau tambah stress, cukup di dunia nyata saja.]
Buat yang suka alur santai, bisa datang ke penulis. di jamin gak akan nambah beban pikiran. kecuali agak hambar. hahaha. maklum, menulis cerita juga butuh ide dan ide datangnya dari kinerja otak yang bagus. jadi, penulis harus selalu menjaga pikiran tetap tenang dan bersih agar bisa berpikir lebih imajinatif untuk menghibur pembaca semua.
love u😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LeoRa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Qiena tidak ingat bagaimana semuanya sampai seperti ini. Dia hanya ingat kalau hari ini adalah hari pernikahannya.
Oh, tidak. Lebih tepatnya baru saja dia dan Giass meresmikan pernikahan mereka di kantor catatan sipil dengan cara singkat dan sederhana.
Kalau kata Giass, tunggu dia lulus baru adakan pesta besar-besaran. katanya lagi, dia tidak mau terbelenggu oleh statusnya sebagai seorang pelajar kala bersanding dengan Qiena di atas pelaminan.
Tapi, bagaimana Qiena mengiyakan semua itu?
Dia tidak ingat. Segalanya berjalan terlalu cepat sehingga dia tidak tahu apakah pernikahan ini terjadi karena hati kecilnya meyakini sosok Giass pantas menjadi suaminya atau karena ada tekanan lain. Tapi, intinya masih sama... Dia lupa.
Hal terakhir yang diingatnya hanyalah bujuk rayu Nyonya Droov, yakni Stevani, yang dia sendiri tidak ingat bagaimana dia menjawabnya. Yang pasti, hasilnya kini dia telah resmi menjadi istri dari remaja yang bahkan belum 20 tahun bernama Giass Gianxa Droov.
AAAAAAAAAAAH...!!!
Saat ini dia sedang memandangi buku nikahnya yang tengah dipegangnya. Qiena merasa sedang memegang kentang panas, rasanya tidak nyata tapi panasnya menyadarkan dia kalau ini nyata.
Kalau begitu... Dia sekarang sudah jadi istri orang?
Lamunannya di buyarkan oleh perilaku manja Giass yang memeluknya dari belakang padahal mereka masih ada di lingkungan kantor catatan sipil, tepatnya di tempat parkir. Selain keduanya, ada juga Pasangan Droov dan Bibi Jia yang diundang oleh Stevani sebagai saksi dari pihak Qiena.
Bila 3 paruh baya di sana bahagia melihat pasangan pengantin baru berbahagia, maka lain dengan Qiena yang malu luar biasa sampai tubuhnya tegang dan kaku, ingin menolak tapi takut, karena bagaimanapun dia dan Giass sudah menjadi suami istri. Jailnya, Giass sengaja mendekap tanpa malu untuk pamer kala merasakan ketegangan Qiena. Baginya itu lucu hingga dia ingin membawanya ke kamar segera dan juga dia bahagia bisa memutuskan penghalang diantara keduanya yang selama ini sering membuatnya frustrasi, tapi kini seluruh yang ada dalam diri Qiena adalah miliknya. Betapa bahagianya... Sayang sekali, baik dia maupun Qiena sedang tidak bisa menyempurnakan pernikahan mereka segera lantaran Qiena masih datang bulan dan Giass lukanya belum sembuh total.
Tuhan tahu sekali bagaimana menguji kesabaran seorang Giass...
.
.
.
"Terima kasih sudah datang sebagai saksi bagi menantu kami." kata Stevani kepada Bibi Jia yang dibalas baik.
Keduanya berjabat tangan bak besan sungguhan. "Saya yang seharusnya berterima kasih. Nyonya dan Tuan Droov sudi memberikan saya kepercayaan untuk menjadi saksi pernikahan Qiena. Saya sangat senang." senyum lebarnya bagai orang tua yang anaknya menikah terpampang diwajahnya.
Stevani ikut tersenyum. "Iya, kalau begitu kita sama-sama senang."
"Tapi, saya benar-benar terkejut waktu Nyonya mendatangi saya dan meminta saya menjadi saksi untuk pihak Qiena. Bahkan sampai sekarang saya masih merasa bermimpi. Padahal rasanya baru kemarin saya mencoba membujuk Qiena untuk mempertimbangkan lamaran nak Giass, setelah nak Giass mendatangi saya dan menganggap saya sebagai wali tidak langsungnya Qiena. Sikapnya sangat berani, saya sampai salut. Makanya saya tidak ragu waktu membantu nak Giass untuk berbicara dengan Qiena. Siapa sangka, sekarang sudah sah jadi suami istri." terang Bibi Jia bercerita.
Nyonya Droov tertawa renyah mendengarnya. Merasa bangga serta tak berdaya mendengar putranya sudah melakukan hal sampai seperti itu. Memang, cukup berani dan terlalu berani. Tapi, itu patut untuk dimiliki seorang laki-laki. Jadi, Stevani masih bahagia untuk putranya.
"Dia memang terlalu berani..."
Lalu, keduanya mengobrol banyak hal hingga tanpa sadar mengabaikan sosok Ginda yang bersandar pada badan mobil sedang menyaksikan istri tercintanya mengobrol ria dengan teman barunya.
Situasi langka ini dilihat oleh Giass yang siap untuk melancarkan balas dendam.
"Sayang, punggung ku gatal." adu Giass dengan suara beratnya yang tak cocok untuk dipakai manja. Tapi, masih cukup lucu kedengarannya. Dia bahkan sengaja membuat suaranya terdengar sampai sang ayah.
Qiena yang tidak tahu kalau Giass sedang berulah hanya berpikir mungkin karena lukanya sudah ada yang berkeropeng sehingga terasa gatal.
Dengan sikap masih menahan malu dan kaku tapi tidak berdaya karena belum dilepas oleh Giass, Qiena berusaha terlihat normal meski wajahnya merona. "Kita kembali ke rumah sakit saja dulu, ya. Biar diperiksa kembali."
"Kalau begitu kau juga harus ikut denganku dan menemaniku mulai sekarang, iya kan? Ingat... Kau istri ku sekarang. Hmmm..." kata Giass dengan nada menggoda dan penuh pengingat lugas tapi matanya menatap Ginda seolah berkata.
"Lihat. Aku juga bisa bermesraan."
Ginda sampai geleng-geleng kepala dibuatnya. Sama sekali tidak menduga kalau tingkah laku Giass, putranya, bisa menjadi seperti ini setelah menikah.
Memang benar kata orang, kalau menikah terkadang sering membuat seseorang berubah. Bisa baik, buruk, kekanak-kanakan, konyol, tidak jelas, kocak, dan lain sebagainya.
Dan Giass mengambil bagian kekanak-kanakan dan konyol, menurut Ginda.
Tapi, tak menampik fakta kalau Ginda kini yang iri.
Kapan para wanita itu selesai mengobrol!!!!!
Dia ingin istrinya kembaliiiii....!!!
.
.
.
Acara singkat yang tidak ada dalam agenda akhirnya telah selesai juga. Semua orang berbahagia kecuali Qiena yang masih merasa dia sedang bermimpi.
Sekarang, hanya tinggal Giass dan Qiena di bangsal rumah sakit tempat Giass masih di rawat. Sebenarnya sudah bisa pulang, hanya memastikan lukanya tidak basah saja. Tapi, Giass berulah seolah-olah dia sangat sakit hanya agar Qiena berlama-lama dengannya. Bahkan kedua orang tuanya mendadak jadi nyamuk karena perilaku kekanak-kanakan putra mereka.
Akhirnya mereka memilih pulang, tepatnya Ginda menyeret istrinya pulang karena tidak tahan dibuat iri oleh putranya. Sementara Bibi Jia sudah pulang lebih dulu langsung dari kantor catatan sipil.
Sedikit informasi, Qiena sampai harus cuti beberapa hari karena semua hal tak terduga ini. Begitu pula Giass, yang harus izin sakit ke sekolahnya.
Kini hanya keduanya yang berada di bangsal.
Tidak tahu bagaimana keduanya sampai di posisi seperti ini.
Di atas ranjang rumah sakit, Giass dan Qiena rebahan bersama saling berhadapan dalam posisi miring dengan Giass memeluk pinggang Qiena tanpa niat melepaskan ataupun melonggarkan pelukannya sedikitpun. Membuat pikiran dan perasaan Qiena campur aduk saat ini.
Dia malu, kaku, canggung, tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu dimana harus meletakkan tangannya, tidak tahu harus menatap kemana, karena ruang pandangnya hanya ada dada bidang terbuka Giass yang telah menjadi suaminya. Alhasil, wajah Qiena memerah sepanjang waktu yang malah menjadi tontonan seru bagi Giass. Remaja itu, tak pernah menyurutkan senyuman bahagianya.
Bahagia melihat kelucuan Qiena yang malu padanya, padahal sebelumnya dia masih bisa bersikap seperti orang dewasa. Tapi, lihat sekarang... Seperti gadis dibawah umur yang dinikahi oleh pedofil.
Memiliki pikiran seperti itu membuat Giass terkikik geli dan spontan mengecup gemas kening Qiena yang menambah kekakuan istri mungilnya karena terkejut mendapati serangan mendadak yang manis dari Giass.
Respon menggemaskan Qiena semakin membuat Giass menjadi-jadi. Remaja itu menarik istrinya lebih masuk kedalam pelukannya dan mengeratkannya seperti ingin menyatukan kedua raga mereka. Bibirnya pun tidak menganggur, di ciumi puncak kepala Qiena merembet ke kening, ke telinga, lalu pipi juga.
Inginnya bibir mungil Qiena juga, tapi istrinya ini sudah kepalang malu dibuatnya jadi respon tubuhnya selalu ingin sembunyi dari serangannya.
Tapi, tak apa. Waktu kebersamaan mereka baru saja dimulai. Giass tidak perlu terburu-buru. Begini saja sudah luar biasa.
Helaan napas lega keluar dari bibirnya yang masih penuh senyum, lalu berkata dengan nada yang jauh lebih lembut dari saat mereka belum memiliki ikatan.
"Terimakasih sudah mau menjadi istriku. Aku tahu, ini bukan bagian dari apa yang kau harapkan. Tapi, aku berharap kau tidak menyesalinya dan mau mencoba untuk menerima ku sebagai suamimu. Aku tidak akan menjanjikan hal apapun yang muluk-muluk, tapi satu yang pasti. Karena aku mau menikahimu, artinya aku ingin bahagia bersamamu seumur hidupku. Seumur hidup kita. Sampai akhir hayat kita..."
Giass mengusap penuh sayang punggung Qiena yang wajah memerahnya sudah menempel pada dada bidang Giass yang terbuka. untuk pertama kalinya, keduanya merasakan perasaan bersentuhan dari kulit ke kulit.
"Aku juga sudah belajar banyak dari mereka yang berhasil menjaga pernikahan mereka tetap langgeng hingga mereka tua bersama. Bahwa pernikahan itu bukan akhir dari perjuangan hidup kita, tapi awal. Karena, membangun bahtera rumah tangga jauh lebih berat daripada hidup melajang seumur hidup. 2 kepala, 2 kepribadian, 2 emosi, 2 ego, 2 raga, dan 2 jiwa. Semua itu harus di selaraskan dan di satukan dalam satu ikatan yang bernama pernikahan. Kedengarannya indah, karena bersama orang tercinta. Tapi, apakah akan selalu begitu?"
"Jadi, istri ku... Apakah kau mau melewati apapun yang akan terjadi dalam kapal kita bersama ku?"
Qiena tertegun mendengar ungkapan tulus itu hingga rona merah malunya hilang dalam sekejap kala hatinya tersentuh dan dia terharu mendengar kalimat panjang dari Giass bersamaan dengan mendengarkan detak jantung remaja itu, seperti bisa membuatnya tahu kalau Giass tulus padanya.
Jadi, dengan sikap pemalu Qiena menjawab dengan anggukan kecil yang terasa jelas oleh Giass yang memeluknya.
Mendapatkan jawaban yang diinginkan, tak pelak membuat kebahagiaan Giass melesat tajam ke langit ketujuh.
.
.
.
.
.
.
.
ditunggu up lagi yah thor