Oleh orang tuaku, aku di jadikan sebagai pelunas utang dan menikahkan ku dengan seorang pria kaya. Tidak ada cinta di antara kami. Suatu malam, tanpa sengaja, aku melakukan one night stand dengan bos ku hingga aku harus mengakhiri rumah tangga ku yang masih berumur jagung.
Ternyata, kejadian malam itu adalah jebakan. Jebakan balas dendam yang membuatku terluka dan trauma.
Lima tahun berlalu, aku bertemu lagi dengannya, bertemu dengan pria yang malam itu membuatku tak berdaya karena sentuhannya. Pria yang sangat aku benci dan ingin aku lupakan.
Tapi pertemuan itu kembali membuatku terseret oleh pesonanya.
Mampukah aku tetap membenci atau justru aku malah jatuh cinta padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 : Mencoba menerima
Air mata nyonya Daisy tak berhenti mengalir meski sudah lebih dari tiga puluh menit dia meninggalkan taman. Tuan Andrew hanya mampu menggeleng dengan sesekali memberikan tisu untuk istrinya.
" Sudahlah mom."
" Dad, kau liat wajah Sophia?"
" Iya."
" Wajahnya mirip sekali dengan Gerrard."
" Tadi di taman kau bilang cucumu itu mirip mommy nya."
" Aku berbohong."
" Mom,,mom,,setua ini masih saja juga berbohong."
" Eih,,, kenapa menyalahkan mommy? Makanya, Daddy itu harus lebih tegas sama si Gerrard, masa Emilia di jadikan objek balas dendam atas kematian Laura." Nyonya Daisy memutar bola matanya malas. Dia mulai bisa sedikit lebih tenang.
" Iya..iya semua salah daddy." Tuan Andrew hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri, apalagi yang dia hadapi adalah ras terkuat di muka bumi, jika membantah sedikit saja, bisa tamat riwayatnya.
" Lalu, kapan kita akan bertemu lagi dengan Emilia dan Sophia dad?"
" Nanti mom, jangan selalu menampakkan wajahmu di depan Emilia."
" Kenapa?"_ Nyonya Daisy.
" Daddy rasa Emilia mengenal kita."_ Tuan Andrew.
" Benarkah?"_ Nyonya Daisy.
Tuan Andrew mengangguk.
" Kenapa Daddy bisa bilang begitu?"
" Kau masih ingat apa yang di katakan Arthur pada kita? Emilia adalah mantan karyawan QM yang karirnya sangat cemerlang. Jadi mustahil jika dia tidak mengenal Daddy dan mommy."
" Tapi beberapa tahun belakangan ini, kita tidak pernah berkunjung ke QM Munich."
" Ya memang, tapi Emilia bukan tidak pernah melihat berita di tv ataupun sosial media kan? Jangan jangan mommy lupa kalau wajah ku dan wajahmu sering berseliweran di media, apalagi majalah bisnis dan fashion."
Nyonya Daisy nampak terkejut. " Daddy benar juga, kenapa aku bisa lupa?"
*
*
Emilia POV
" Kau tidak mengajak Sophia ke taman sore ini Emi?" ibu bertanya padaku.
" Tidak Bu, dan mungkin ke depannya aku tidak akan mengajaknya ke sana lagi."
" Kenapa?"
" Tidak apa apa Bu, lebih baik Sophia jangan terlalu sering bermain di luar, aku takut nanti dia sakit."
" Kau pasti berbohong pada ibu."
Aku hanya terdiam, tak tau harus mengucapkan apa padanya.
" Apa karena nyonya Daisy?"
Aku terkesiap dan memilih diam. Tapi sepertinya ibu paham dengan sikap diam ku.
" Aku sudah menduga kau pasti mengenalnya. Gerak gerik mu berubah semenjak bertemu dengan nyonya Daisy kemarin."
Aku tak mampu berucap, hanya lelehan air mata yang terus mengucur membasahi pipiku.
" Emi..."
" Ya, ibu benar, aku mengenal tuan dan nyonya Muller dengan sangat baik. Dan, aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama lagi, sudah cukup aku menderita dengan semua rasa sakit yang dia torehkan dan sangat melukai hatiku. Sudah cukup dia mempermainkan ku dan membuatku seperti sampah. Aku tidak akan sanggup untuk melewatinya lagi bu !" aku menangis histeris.
Ibu memelukku dengan erat, mencoba menenangkan ku yang tak bisa menguasai emosi.
" Ibu sangat mengerti perasaan mu nak. Tapi tolong kau dengarkan ibu baik baik."
Ibu melerai pelukannya.
" Masalahmu dengan daddy-nya Sophia, ibu tidak tau, dan juga tidak ingin tau. Tapi, kau tidak akan pernah bisa terus menghindari mereka. Ada Sophia, anakmu itu menjadi penyambung hubunganmu dengan keluarga Muller. Ingat, Sophia menyandang nama Muller di belakang namanya, kau jangan lupakan itu. Hadapi semuanya nak, serumit apapun, sepahit apapun, bahkan jika derita yang kau alami akan jauh lebih hebat, jangan menyerah. Ada kami di belakang mu. Walaupun kami tidak ada apa apanya di bandingkan keluarga Muller dari segi materi, tapi kami punya cinta dan kasih. Dan jika itu tidak kau dapatkan dari mereka, datang dan peluklah ibumu ini. Ibu akan selalu ada untukmu dan Sophia."
Aku tidak bisa berkata kata. Kini aku yang memeluknya, memeluk malaikat tak bersayap yang begitu aku sayangi. Wanita yang tidak punya hubungan darah sedikitpun dengan ku, tapi aku lebih menyayangi nya di bandingkan ibuku sendiri. Kalau aku di sebut anak durhaka, terserahlah.
" Dari matanya, ibu yakin seratus persen jika tuan dan nyonya Muller tulus menyayangi mu. Ibu minta maaf, sebenarnya pertemuan mu di taman itu bukanlah hal yang di sengaja. Sehari sebelumnya, tuan dan nyonya Muller mengajak ayah dan ibu bertemu. Dia datang meminta maaf pada ibu. Meminta maaf atas kelakuan anaknya yang telah membuat mu menderita. Mungkin mereka butuh banyak pertimbangan untuk tidak menemui mu secara langsung. Salah satunya seperti ini, mereka takut kau akan membencinya atau bahkan tidak mau bertemu dengannya. Kau tidak boleh mematahkan hati seorang nenek yang ingin melihat keadaan cucunya nak.
" Ibu.." Suara ku lirih bahkan hampir tak terdengar.
" Takdir itu ada nak, kita hanya menjalankan apa yang sudah di rencanakan Tuhan. Ibu tidak menyuruhmu untuk membawa Sophia pada mereka. Tapi, jika mereka datang dan ingin menemuinya, berilah mereka kesempatan."
" Iya bu, aku akan berusaha untuk menerimanya."
" Tentu nak, itu harus kau lakukan."
Aku mencoba menerima keadaan. Walau terasa berat, tapi apa yang di katakan ibu padaku tidak ada yang salah.
Tuan Andrew dan nyonya Daisy adalah kakek dan nenek Sophia, apapun yang terjadi bahkan jika langit runtuh sekalipun, tetap tidak akan merubah status mereka. Darah itu lebih kental dari pada air.
*
*
Di sebuah mansion mewah di tengah kota Amsterdam, seorang anak lelaki tengah berada di ruang makan bersama kakek dan neneknya.
" Kenapa makan mu sedikit sayang?" _ Nyonya Daisy.
" Aku tidak berselera grandma."
" Apa ada yang merisak mu di sekolah?"
Fritz menggeleng.
" Lalu ? Coba ceritakan pada grandma."
" Aku rindu mommy dan Daddy."
Nyonya Daisy menghela nafas berat, sementara tuan Andrew menatap iba cucu pertamanya.
" Fritz,, kamu sudah besar sayang, kamu tau mommy sudah meninggalkan kita semua, dan untuk bertemu di dunia tentu itu mustahil. Namun, grandma bisa membawamu mengunjungi mommy di tempat peristirahatannya. Mengenai Daddy mu, grandma sulit untuk menjelaskan. Tapi jika kau ingin bertemu, grandma akan coba menghubungi nya nanti."
Fritz tertunduk lesu, sungguh dia sangat merindukan kedua orang tuanya. Selama ini hanya Gerrard yang selalu menemaninya, tapi beberapa bulan terakhir, Gerrard sibuk bekerja, bahkan kunjungannya ke luar negeri semakin banyak. Beberapa cabang QM telah di bangun di beberapa negara Asia dan sekitarnya.
" Kau ingin grandma yang mengantarmu ke sekolah hari ini?"
" Kalau grandma tidak sibuk."
" Tentu saja son, ayo."
Nyonya Daisy sudah membuka pintu untuk Fritz, dan tiba tiba saja seorang wanita cantik datang menghampiri.
" Hai aunty Daisy." Sapanya.
Nyonya Daisy sangat mengenal suara itu, beberapa hari setelah dirinya pulang dari New Zealand, wanita itu hampir tiap hari datang ke mansion nya.
Nyonya Daisy menoleh, dia melihat Gwen dengan memasang senyum palsu. " Hai juga Gwen."
" Aunty mau ke mana?"
Pintu mobil yang sudah di buka kembali di tutup dengan keras.
Nyonya Daisy kaget, begitupun dengan Gwen, ternyata pelakunya adalah Fritz. " Grandma mau mengantarku ke sekolah, kau tidak liat ya!" Ketusnya.
Gwen melotot, dia geram dengan Fritz yang tidak pernah sopan padanya.Tapi tidak mungkin dia mengeluarkan jurus nya di depan nyonya Daisy, tentu ia tidak ingin di cap sebagai calon menantu yang tidak menyayangi salah satu anggota keluarga Muller.
Belum sempat nyonya Daisy meluruskan, Fritz justru menarik tangan nyonya Daisy. " Ayo Grandma, aku tidak ingin terlambat ke sekolah."
" Aunty pergi dulu ya Gwen, kita bisa mengobrol lain waktu." Ujar nyonya Daisy tersenyum aneh.
Gwen tidak menjawab, dia memasang ekspresi yang sama dengan nyonya Daisy, tersenyum aneh.
" Awas saja kau, begitu aku masuk dalam keluarga Muller, aku akan menendang mu keluar, dasar anak yatim piatu!!" Gwen menghentakkan heelsnya ke lantai karena terlalu kesal.
Di dalam mobil, nyonya Daisy tidak bisa menghentikan tawanya sampai Fritz yang duduk di sebelahnya terheran heran.
" Kenapa grandma tertawa?"
" Oh... Tidak apa apa, Grandma hanya mengingat sesuatu yang lucu saja." Katanya sembari mengusap sudut matanya yang berair. " Oiya, grandma mau tanya. Kenapa sikap mu seperti itu sama aunty Gwen?"
" Fritz hanya tidak suka melihat wajahnya, apalagi rambutnya. Apa grandma pernah melihat boneka chucky?"
" Tidak."
" Coba cari di internet."
Nyonya Daisy membuka ponselnya dan mencari seperti apa itu boneka chucky. Dan seketika, tawanya kembali pecah. Dan kali ini bukan hanya sendiri, Fritz pun ikut tertawa.
" Kau benar Fritz."
...****************...
Emmy dlm bahayaaaa
pura2nya sungkan Pd Emmy padahal hati bersorak Sorai 😂
🤓🤓🤓🤓
up nya rutin dong kak ,sama kyk cnta zara,nih cerita juga bagus 🙏🏻👍🫰🏻
btw, semangat nulisnya dan sehat selalu /Kiss//Kiss/
semoga Gerrad bisa terus melindungi Emilia dari bahaya..
maka dia benar-benar monster
mati! 😃😁
selama wyn blm di kasih syok terapi hidup Emy tidak akan tenang kayanya
kabar Ludwig gimana zaaa