Deal, 31 Hari Kita Bercerai!

Rexa memutuskan untuk kembali ke kebun setelah tidak mendapati Rubi di dapur. Dugaan Rexa yang mengira Rubi kembali ke kebun dikuatkan oleh pintu belakang rumah yang dalam keadaan setengah terbuka.

Setelah berada di kebun dimana tadi Rubi memetik daun singkong, Rexa culingak culinguk. Namun sorot matanya tak kunjung menemukan sosok Rubi. Tak cukup mencarinya dengan matanya saja, kini giliran mulutnya yang mencarinya.

"Rubi, Rubiiii..." Rexa berteriak. Setelah berulang kali berteriak memanggil nama Rubi dan yang diteriaki tak kunjung menyahut, dia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Namun baru saja menghembuskan nafasnya, tiba-tiba 'hrok'.

Rexa terperanjat, lalu menoleh ke arah sumber suara itu. Dari jarak beberapa meter nampak dua ekor binatang besar dan hitam sedang bahu membahu mengorek-ngorek mengeluarkan umbi singkong dari dalam tanah.

"Ba-babi!" Rexa gugup dengan kedua bola matanya melotot sempurna. Diharapkan Rubi yang menyahut malah babi hutan itu yang menyahuti teriakannya.

Seumur hidup Rexa baru kali ini melihat babi hutan di depan matanya sendiri bukan disebuah video atau pun berbentuk gambar.

Ditengah Rexa memperhatikan dua babi itu, salah satu dari babi itu melihat ke arahnya, sontak saja dia terkejut dan reflek mundur. Sekian detik kemudian, dia mengambil seribu langkah berlari.

Rexa mengatur nafasnya yang berasa tinggal di kerongkongan. Punggungnya di lengkungkan ke depan dan kedua tangannya memegang kedua lutut. Dalam posisi membungkuk, matanya terpaku pada sepasang sandal jepit yang tergeletak di bawah pohon kelapa tepat di depan matanya.

"Sendal siapa ini!" Rexa tersenyum lucu. Bagaimana tidak lucu melihat sandal jepit di depan nya itu. Seumur hidupnya baru kali ini melihat ada sepasang sandal jepit yang berbeda warna. sebelah kiri warna hijau sebelah kanan warna merah.

"Apa ini yang dinamakan sendal jepit masa kini dan masa depan?" Rexa bertanya pada dirinya sendiri.

"Awas, Rex."

Pada saat memperhatikan sandal jepit yang lucu itu, Rexa seketika termangu mendengar suara itu. Suara yang selalu membuat telinganya berdengung beberapa hari ini.

"Awas, Rex."

Kemudian menegakkan tubuhnya dan celinguk celinguk mencari sumber suara yang dia ketahui sebagai suaranya Rubi.

"Ada suaranya tapi ngga ada orangnya. Aneh," gumamnya sambil memutar tubuhnya 180° serta pandangan yang diedarkan.

"Minggiiiiirrrrr."

Suara halus yang kini berubah menggelegar seperti petir di atas langit itu membuat kepala Rexa mendongak tinggi. Matanya seketika melotot dan mulutnya menganga. Ternyata suara petir itu suara yang bersumber dari atas pohon kelapa. Dan diatas pohon kelapa dengan tinggi sepuluh meter itu ada seorang wanita sedang menangkup lekat pada pohon kelapa sambil sebelah tangannya memegang buah kelapanya.

"Rubiiii....." Rexa berteriak panik.

"Cepat minggir kamu, Rex," teriak Rubi di atas sana.

"Awas, Rub. Turun nanti kamu jatuh," kata Rexa meminta Rubi turun.

"Kamu yang awas. Minggir jangan disitu," sahut Rubi sambil menahan buah kelapa yang dipetiknya dan sudah copot dari batangnya. Jika dilepas buah kelapa itu sudah dipastikan akan menimpa kepala pria di bawahnya.

"Ya ampun turun, Rub. Aku takut kamu jatuh."

"Minggir, Rex, minggirr....!"

Rexa yang cemas pada Rubi enggan menyingkir dan terus menerus memintanya untuk turun. Sedangkan Rubi menahan buah kelapa ditangannya agar tak jatuh menimpa Rexa dengan mulut yang terus meminta Rexa untuk menyingkir.

Di tengah Rubi merasa kesal, dia menengadahkan wajahnya. Bola matanya seketika membeliak terkejut melihat seekor ular hijau sedang menggantung di pelepah daun kelapa tepat di atas kepalanya. Reflek, dia melepaskan tangannya dari batang kelapa yang tengah dirangkulnya.

"Aaaaaaaaaa......" teriakan Rubi menggema di udara.

Sedangkan Rexa yang dibawah melotot melihat Rubi melayang menuju ke arahnya.

Sedetik kemudian 'bruugggh' tubuh Rubi menimpa tubuh Rexa lalu keduanya jatuh di atas semak-semak. Rexa jatuh terlentang, sementara Rubi tengkurap di atas tubuh Rexa dan bibirnya tepat di atas pipi Rexa.

Detak jantung Rubi berpacu cepat atas kepanikan yang baru saja terjadi. Saking shock nya, Rubi tak sadar jika bibirnya sedang menempel di pipi Rexa.

Sedangkan Rexa meringis menahan rasa sakit di punggungnya dan beban berat yang sedang menimpa tubuh serta wajahnya.

"Badan mu berat banget, Rub."

Bola mata Rubi membesar setelah sadar dimana posisinya. Dia pikir, dia sedang jatuh di atas kasur ternyata di atas tubuh Rexa. Lekas dia bangkit dan berdiri tegak dengan wajah menahan malu.

"Tolong bantu aku berdiri, Rub," Rexa mengulurkan tangannya pada Rubi. Dengan menahan rasa malunya karena telah menimpahi sekaligus mencium pipi suami bocahnya itu, Rubi membantu Rexa bangun.

Setelah berdiri tegak, Rexa kembali meringis memegangi punggungnya." Duuhh sakit banget!!" keluhnya. Dan berharap Rubi peka dan berbuat sesuatu untuknya. Namun, Rubi justru tidak menanggapi apa-apa dan memalingkan wajah malunya ke arah lain. Ya, Rubi malu atas apa yang terjadi tadi. Seumur hidupnya baru kali ini mencium laki-laki meski tak sengaja.

Kesal karena Rubi yang tak kunjung merespon, lantas Rexa meledeknya.

"Enak ya tidur diatas tubuhku berasa tidur di kasur kamar hotel bintang lima plus ser.........." Ledekan Rexa terputus saat Rubi melengos mengambil kelapa yang terhempas dibalik semak-semak.

"Gitu teruusssss. Seenggaknya berterima kasih dulu kek," sindir Rexa.

Namun, Rubi tak menggubrisnya. Dia pergi begitu saja sambil membawa satu butir kelapa tua yang diambilnya tadi.

Tiba di rumah, Rubi meletakkan kelapa itu di atas tanah tepatnya di belakang rumah. Kemudian bergegas masuk ke dalam dapur.

Rexa terkejut ketika Rubi kembali sambil membawa golok berukuran besar.

"U-untuk apa itu?" Tanya Rexa gugup. Bulu kuduknya tiba-tiba merinding melihat golok yang dipegang Rubi di tambah ekspresi dinginnya.

"Untuk menyembelih kamu," jawab Rubi sembari berjalan ke arahnya disertai ekspresi dinginnya.