Tak ada firasat apapun pada perempuan bernama Fina Nurlita, seorang perawat yang baru lulus dari kampusnya ketika seorang utusan dari keluarga konglomerat memintanya bekerja menjaga sang anak yang menderita autis.
Ia mengira jika anak itu masih kecil ternyata seorang pemuda tampan berbadan kekar yang suka sekali membawa boneka Tayo dan Doraemon.
Susahnya mencari pekerjaan untuk orang yang baru lulus kuliah membuat Fina menerima tawaran itu.
"Ini anak kami bernama Willian. Saya harap kamu bisa menjaga dan merawatnya dengan baik! Willy tidak rewel hanya perlu ditemani ngobrol saja.Tenang walaupun badan Willy besar dan kekar, perilakunya seperti anak kecil. Jadi kamu tidak perlu khawatir" ucap Else sang ibu Willian.
Hari-harinya diawal bekerja berjalan dengan lancar, hingga malam durjana hadir kala William dengan gagahnya merangsek dengan jiwa penuh nafsu birahi yang membara pada Fina walau gadis itu meronta dan memohon tetapi Willian tidak memperdulikannya. Ia pun pergi dari rumah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Durjana
William langsung menyalakan ponsel milik Yudho lalu mencari dimana letak tersimpan nya file video dewasa itu.
Jari-jari tangannya dengan lincah mencari dan tak lama menemukan sekumpulan video biru itu.
"Ini dia" ucapnya lalu membuka tayangannya.
Hal pertama yang William lihat adalah seorang pria dengan profesi dokter sedang memeriksa pasiennya tetapi semakin lama adegan itu menjurus ke hal yang membuat kepala William yang polos berubah menjadi kotor. Keringat membanjiri wajahnya seiring dengan semakin buasnya pergulatan pria dan wanita itu.
"Apa dokter Rania juga begitu? Tapi dokter Rania kan baik" gumam William kala mengingat dokter pribadi keluarganya.
Syarafnya semakin menegang, jantungnya berpacu tidak damai. Dan jangan lupakan area bawahnya sudah mengeras tapi bukan batu, ada yang menonjol tapi bukan bakat, ada yang berdiri tapi bukan kaki, ada yang bulat tapi bukan tekad dan ada yang memberontak tapi bukan *******. Rasa sesak pada celananya membuat ia seketika melepaskan celananya.
Dipegang sesuai apa yang ada di video itu. Turun naik, turun naik dan semakin cepat tangannya.
"Eughhhh, ternyata ini enak" ucap William.
Lain hal dengan William. Di luar Yudho sang pemilik ponsel sedang pusing tujuh keliling mencari ponselnya yang hilang. Ia hapal betul sebelum ia meninggalkan ponsel itu karena panggilan alam yang mendesak ia taruh di atas vas bunga, ketika ia ingin mengambilnya ponsel yang layarnya sudah retak itu hilang entah dimana.
"Nyari apa sih loe, kang?" tanya Eko.
"Handphone gue ilang. Loe lihat gak?" tanya yudho.
"Gak lihat. Seharian di luar ngurusin kerjaan mana sempat masuk rumah. Lagipula handphone retak begitu di cariin!" ucap Eko.
"Heh, retak-retak begitu banyak kenangannya tahu" balas Yudho.
"Yaudah kang, gue bantu cariin tuh handphone" ucap Eko membantu mencari ponsel milik Yudho.
Yudho mencari ponselnya sampai ke atap rumah tak jua ia menemukannya.
"Dimana sih handphone aing?" rutuknya kesal.
Fina tak kalah pusing kala tak menemukan William dimanapun, bahkan di kamarnya pun dia tidak ada.
Usut punya usut, William mengunci pintu di ruangan yang terdapat banyak robot agar tidak ada yang menggangu.
Kembali ke William yang saat ini telah banjir peluh dan sudah beberapa kali mengalami pelepasan karena video biru yang ia lihat.
Bahkan dirinya sudah tidak memakai sehelai benang pun.
"Sungguh rasanya nikmat luar biasa" ucap William.
Adegan dalam ponsel yang terakhir memperlihatkan seorang pemuda lumpuh sedang di mandikan oleh perawatnya di atas kursi roda.
"Perawat itu mirip suster Fina!" ucap William.
Dengan telaten tokoh wanita itu memandikan dan memakaikan baju pada aktor pria itu dan menyuapi makannya.
Lama semakin lama, mulai ada adegan pemaksaan yang di lakukan pria lumpuh itu pada sang perawat hingga berakhir seperti video-video yang dia sudah tonton.
Terlihat sang wanita meronta-ronta dibawah kungkungan pria yang lumpuh itu sampai akhirnya wanita itu menerima apa yang di lakukan sang pria.
William pun akhirnya menghentikan tontonan itu karena videonya tak ada lagi.
"Badanku lengket, dan banyak sekali cairan seperti susu kental di area pahaku. Aku harus mandi" ucap William kemudian ia memakai baju kembali lalu keluar dari ruangan itu. Tak lupa ia menaruh kembali ponsel Yudho di atas vas bunga.
"Bik Wati, apa lihat Willi?" tanya Fina yang khawatir karena William belum makan.
"Tidak Sus. Kebetulan Bik Wati dari tadi di dapur saja belum ke mari" jawab Wati.
Sementara Yudho yang masih berkeliling, akhirnya menemukan ponselnya di tempat semula.
"Nah itu handphone gue. Aneh ya tiba-tiba ada di sini lagi dan kenapa panas begini dan batrenya juga jadi habis, perasan gue tadi cas sampai penuh sebelum ilang" Yudho terus membatin.
Yudo kemudian menghampiri Wati yang sedang membuat semur ayam.
"Bik jujur deh, Bik Wati kan yang ngambil handphone saya? Jujur deh, Bik Wati melihat video nana-ninu di handphone saya kan?" tanya Yudho.
"Sembarangan saja kamu ya! Dari tadi juga aku disini kok di dapur kalau kamu tak percaya, tanyakan saja sama Eko" balas Wati tak kalah pedas karena tidak terima di fitnah.
Yudho pun berlalu untuk mengecas ponselnya kembali.
William sudah mandi dan duduk manis di kamarnya. Fina yang dari tadi sibuk mencari, akhirnya menemukan juga sosok berwajah polos yang sebenarnya sudah tercemar gara-gara melihat video di ponsel Yudho.
"Willi, dari mana saja? Tadi suster Fina mencari kamu" tanya Fina.
William tidak menjawab apapun, ia diam saja membisu karena pikirannya penuh dengan adegan liar seperti di video.
Fina mendekat karena menurutnya sikap William kali ini sedikit aneh.
Tanpa Fina sadari, William sekarang sedang menahan hasratnya yang sejak tadi bergejolak di tambah melihat sosok Fina yang memakai seragam perawat dengan lekuk tubuh yang tercetak dan jangan lupakan sepasang gunung kembar yang menantang dengan ranumnya membuat kepala William tambah pusing.
Fina meraba kening William guna memastikan sang tuan muda itu tidak sedang demam.
"Keningnya dingin kok. Tapi kenapa dia diam saja" Fina membatin..
"Willi, kamu kenapa diam saja nak?" tanya Fina pada si bocah tua itu.
Tangan William mencengkram kuat sprei karena gejolak itu semakin membaluti dirinya. Kejantanannya sudah menggeliat dengan kerasnya sehingga membuat wajah William memerah.
William menggeram pelan apalagi sekarang Fina sedang duduk dekat dengannya sembari mengoleskan minyak telon ke perutnya.
Elusan tangan Fina membuat sang bocah tua itu begitu frustasi.
"Willi, kenapa kamu diam saja? Ada yang sakit atau kamu ingin makan sesuatu? Katakan saja pada suster" ucap Fina.
William tetap diam dengan bibir mendesis.
Hal itu disalah artikan oleh Fina menganggap William ingin buang air besar.
"Willi, pengen e'e?" tanya Fina dengan polosnya.
William menggeleng.
"Yasudah kalau begitu, suster keluar dulu ya. Nanti besok kita jalan-jalan ke taman komplek" ucap Fina dengan kaki hendak melangkah pergi.
Tak sempat melangkahkan kakinya, William tiba-tiba meraih tubuh Fina, serta langsung menciumi Fina dengan ganasnya.
Sontak Fina merasa ketakutan karena William menjadi dewasa begini.
"William, stop. Kamu mau apa?" Fina melepaskan pelukan itu dan berjalan mundur.
Rona panik tergambar sudah di wajah gadis itu.
William semakin mendekat, lalu menarik tangan Fina. William mendorong tubuh Fina sampai tertahan dengan tembok. Pria itu langsung menghimpitnya lalu menciumi Fina dengan sangat buas.
"Hmpppptt.. William tolong jangan seperti ini, aku ini suster Fina. William jangan" Fina memberontak tetapi tenaganya tak sebanding dengan tenaga William, apalagi ia sedang dirasuki birah* yang tinggi.
William seolah tuli tak mendengarkan rintihan dan jeritan permohonan dari Fina.
Dengan buas, dirinya terus menciumi dan menjarah apapun yang ada dalam tubuh Fina hingga meninggalkan tanda kepemilikan yang sangat banyak.
"Argghhhh, lepaskan aku William idiot. Aku mohon lepaskan" Fina sudah menangis dan sia*nya kamar itu kedap suara.
Fina dengan segenap tenaga memohon tetapi William malah semakin beringas mencumbui dirinya.
Krekkkkkkkk!!! Dengan tangan kekarnya, William merobek baju yang Fina kenakan, lalu merobek lagi sabuk pengaman gunung kembar miliknya.
"Arghhhhh, tolong!" kini Fina sudah berderai air mata.
"Tolong aku. Sudah William hentikan sudah aku mohon" tangis Fina.
William mendorong Fina sampai terlentang di atas ranjang. Ia segera melompat menindih tubuh yang sedang dilanda berjuta ketakutan.
"Hikhikhik.. William aku mohon jangan lakukan ini. Jangan rusak hidupku William aku mohon" Fina semakin histeris kala tubuh yang di penuhi hawa nafsu itu semakin gagah menyentuhnya.
Beda dengan Fina yang menangis, William membayangkan tokoh dalam adegan video biru yang ia tonton di ponsel milik Yudho kala sang pemeran wanita meronta-ronta tetapi akhirnya malah mengimbangi pelakon pria. Pikirannya menyakini bahwa Fina pun saat ini begitu.
Fina serasa akan tercabik, kala tangan William berhasil melepaskan celananya. Kini dirinya sudah tak ada pelindung, polos dihadapan William.
"Arghhhhhh tolong" Fina hendak bangkit tetapi William malah menguncinya.
Terus mencumbui, bukan hasrat yang Fina dapatkan melainkan rasa takut bercampur kengerian.
Saat ini dirinya hanya bisa menangis dan mengutuk apa yang di lakukan William padanya.
"Ayah, tolong Fina! Hikhikhik" tangisnya kala mengingat sang ayah.
William berdiri membuka satu persatu apa yang melekat pada tubuhnya hingga terlihat polos. Dirinya merayap keatas ranjang dan membuka kedua kaki Fina lalu mengarahkan sesuatu yang panjang tapi bukan umur itu ke dalam masa depan Fina. Fina menjerit kala benda asing itu pelan-pelan masuk kedalam tubuhnya memaksa.
"Arghhhhh, sakit arghhhhhhh.. Ya allah sungguh aku tidak ridho" Fina menjerit tetapi William seolah menulikan suara pilu Fina.
Blesss....!!!!
Sekali hentakan maka robek lah sesuatu yang Fina jaga selama hidupnya. Sesuatu yang akan ia berikan kelak pada suaminya.
Fina mencakar punggung William, menjambak rambutnya kala tubuhnya terasa terbelah dan area pribadinya terasa terkoyak.
"Hikhikhik.. William hentikan aku mohon" ucap Fina dengan suara tercekat.
William tak mendengarkan sebaliknya ia mempercepat gerakannya.
William menggeram merasakan nikmat luar biasa dalam intinya.
Sementara Fina dengan air mata deras berjatuhan hanya memalingkan wajahnya tak sanggup memandang William yang tengah mende*ah di atas tubuhnya.
Satu jam sudah William menempa tubuh Fina di bawah kungkungannya, ia pun akhirnya mengalami pelepasan bahkan Fina pun ikut bergetar mengalami hal sama.
Pelan-pelan William ambruk diatas tubuh Fina, Fina dengan segera mendorong tubuh itu, bangkit dari atas ranjang memungut bajunya yang sudah terkoyak. Fina lari keluar rumah dengan keadaan yang amat menyedihkan serta menahan rasa ngilu di area pribadinya.
Fina terus berjalan hingga ke depan pintu gerbang keluar rumah itu hingga ia berpapasan dengan Eko dan Yudho yang tengah ngopi di pos jaga.
"Suster apa yang terjadi sus?" Eko iba melihat Fina yang sudah sangat berantakan.
"Katakan sus apa yang terjadi denganmu?" tanya Yudho ikut bertanya.
Fina hanya diam. Ia langsung berlalu membuka pintu pagar, menghiraukan teriakan Eko dan Yudho.
Beruntung saat itu ada taksi yang lewat, Fina segera menyetop taksi itu lalu menaikinya.
aku gemes rna gregetan alliya
kak buatin dong cerita antara aliyya dgn om grab nya dong ☹️☹️🥺
klau bisa ya kak🙂🙂😭
menghibur bgt🙏🙏🤗🤗🥰😍😘