NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

"Semenjak obrolan aku dengan tante di rumah sakit waktu itu, aku udah berjanji untuk menganggap tante sebagai mamaku sendiri. Makanya aku akan selalu dengan hati mendengar cerita tante dan memperlakukan tante selayaknya mamaku sendiri." Kedua mata Kanaya kembali berkaca-kaca. Dia selalu rapuh saat membicarakan perihal mamanya.

"Oh, beruntungnya aku bisa ketemu gadis sepertimu, Nay. Andai aja menantuku bisa bersikap sepertimu, tentu aku pasti akan lebih senang. Vania lebih memilih menjaga jarak dengan diriku. Yah... mungkin karena aku selalu menekannya untuk memberikanku seorang cucu." Kini giliran Putri yang bersedih hati. Dia kembali teringat dengan hinaan temannya untuk Adnan.

Dalam hati Kanaya sungguh ingin menjerit, memberitahukan pada Putri bahwa dirinya mungkin saja tengah hamil anak Adnan. Seharusnya dia sudah membeli alat tes pack dan memeriksa urinnya, tetapi malah sekarang dia berada di tempat yang jauh dari rumah. Mungkin Kanaya akan membeli alat tersebut saat sesampainya di rumah nanti.

"Tante... kalau misal Mas Adnan punya istri lain lalu istri itu hamil. Bagaimana perasaan tante?" tanya Kanaya karena penasaran. Jari jemarinya saling bertaut, merasa gugup kalau nantinya reaksi Putri akan marah.

"Justru aku akan sangat bersyukur, Nay. Adnan terlalu bucin dengan Vania. Dia beranggapan tidak punya anak tidak apa-apa asal ada Vania dalam hidupnya. Padahal tante tahu kalau jauh dalam lubuk hati Adnan sendiri, dia sangat menginginkan anak. Tante sendiri juga menyesal karena dulu hanya memiliki anak tunggal hingga hanya menggantungkan harapan pada Adnan seorang. Tante ini sangat kepengen punya cucu, Nay. Gak ada lagi yang tante harapkan di dunia ini sebelum tante meninggal."

Helaan napas lega keluar dari mulut Kanaya. Harapannya untuk diterima secara baik sudah tercapai. Matanya menatap pemandangan luar dengan menerawang. Ingin rasanya dia menceritakan tentang status aslinya pada Putri namun entah mengapa lidahnya begitu kelu.

Kanaya menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba saja perutnya terasa mulas. Cuaca dingin disekitarnya sedari tadi membuat sekujur tubuh Kanaya kedinginan hingga terkadang dia merasakan perutnya terasa penuh dan napasnya begitu sesak.

"Kamu kenapa? Kok megangin perut? Perutmu sakit?" tanya Putri setelah melihat Kanaya yang diam saja sambil meremas perutnya. Wajah Kanaya bahkan lebih pucat dibanding saat di rumah tadi.

"Perutku... agak sakit, Tante."

Nyeri yang dirasakan Kanaya semakin terasa, pandangannya mulai terasa kabur dengan kepala berdenyut dan berputar-putar. Kanaya sampai menegang ujung meja untuk dia jadikan pegangan.

Putri yang melihat keadaan Kanaya pun menjadi panik. Dia segera menghampiri seseorang untuk meminta tolong.

Tak lama, Kanaya yang sudah tak sanggup pun terjatuh pingsan di atas lantai.

***

Kanaya tersadar setelah telinganya menangkap suara-suara berisik dari sekelilingnya. Awalnya dia bingung saat membuka kedua mata, hanya ada nuansa putih dengan lampu-lampu yang sangat terang. Benak Kanaya langsung berputar pada kejadian terakhir sebelum dirinya jatuh pingsan.

Akhirnya Kanaya menyadari jika dia berada di rumah sakit setelah melihat jarum infus yang terpasang di pergelangan tangan. Kanaya menatap langit-langit rumah sakit, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya hingga terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

"Kamu udah sadar? Ada yang masih sakit?" Adnan datang masih dengan mengenakan setelan kerjanya. Raut wajahnya nampak khawatir dengan sorot mata yang sendu.

Kanaya menatap Adnan dengan mata yang berkaca-kaca. 'Apa seperti ini rasanya dikhawatirkan oleh seseorang?'

Tanpa menunggu jawaban dari Kanaya, Adnan mendekatkan diri ke wajah Kanaya lalu mendaratkan bibirnya ke kening Kanaya. "Dokter bilang kamu sakit karena kelelahan tadi. Beliau juga bilang untuk menjaga kandungan mu dengan baik."

Adnan mengelus pelan perut Kanaya yang masih datar.

"A-aku hamil beneran?" Kanaya masih tak percaya meski dia sudah telah menduga hal itu sebelumnya.

"Iya." Tangan Adnan bergeser memegang tangan Kanaya dan mengelusnya lembut. Perlakuannya sungguh berbeda dibanding saat awal-awal berkenalan dengan Kanaya dulu.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat Adnan langsung menjauh. Kanaya melihat ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Itu ternyata adalah mamanya Adnan.

"Kamu udah baikan?" tanya Putri setelah mendekat ke arah Kanaya. Dengan lembut dia mengelus puncak kepala Kanaya.

Kanaya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya. Dia bersyukur meski tidak lagi memiliki ibu, ada seorang wanita yang memperlakukannya seperti anak kandung dengan tulus.

"Katakan pada Tante dengan jujur, siapa bapak kandungnya? Apa dia Hilman yang kita temui beberapa waktu lalu?"

Pertanyaan Putri membuka Kanaya terkejut. Dia melirik ke arah Adnan untuk melihat bagaimana reaksinya. Seperti yang sudah dia duga, wajah Adnan menggelap dengan tatapan tajam mengarah padanya.

"E... bu-bukan, Tante," ujar Kanaya terbata-bata. Dia sendiri bingung harus mengatakan yang sejujurnya atau tidak pada Putri.

"Bukan?" Alis Putri terangkat satu karena sebelumnya dia begitu percaya jika Kanaya ada hubungan yang cukup spesial dengan Hilman. "Oke... cukup mengejutkan."

Kanaya menelan salivanya dalam, berharap Adnan memberikan pembelaan padanya atau mengalihkan perhatian Putri agar tak menuntutnya sebuah jawaban. Bagaimanapun, Kanaya belum meminta izin apakah dia harus membeberkan fakta yang sebenarnya pada Putri atau lebih baik baginya diam.

"Lalu siapa bapak kandungnya, Naya? Kamu ini adalah perempuan yang belum menikah. Bagaimanapun tanggung jawab mu sepenuhnya ada di tangan Vania dan Adnan karena kamu sedang tinggal bersama mereka. Apa yang akan mereka katakan pada paman dan bibimu kalau keduanya bertanya nantinya?" desak Putri.

Kanaya hanya mampu menundukkan kepalanya, kedua matanya berembun. Dia seperti perempuan tak beradab karena dianggap mengandung anak di luar nikah.

"Lagipula apa bapaknya tahu kalau kamu sedang mengandung anaknya? Jangan sampai dia hanya mau enaknya saja tanpa mau ikut tanggung jawab."

"Ma, sudahlah. Biarkan Kanaya istirahat dulu. Soal itu, biar Vania nanti yang menanyakannya." Adnan mulai menengahi sang mama yang terus menerus mendesak Kanaya untuk berbicara.

Putri pun menghela napasnya berat. "Mama hanya ingin yang terbaik untuk Kanaya. Jangan sampai dia sengsara nantinya," ujarnya menatap Kanaya dengan tulus.

"Aku tahu. Biar itu menjadi urusanku dengan Vania nanti. Lebih baik mama pulang dulu saja, aku yang akan menggantikan mama untuk menjaga Kanaya."

"Baiklah." Putri kembali ke arah Kanaya lalu memeluknya dengan hangat. "Ingat! Apapun yang terjadi, ada tante yang akan menemanimu."

Kanaya membalas pelukan itu dengan meneteskan air matanya.

"Ya sudah, jangan menangis lagi. Tante pulang dulu ya, jaga diri baik-baik."

Setelah Kanaya menganggukkan kepalanya, Putri pergi dari ruang tempat Kanaya dirawat dengan diantar Adnan.

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!