Mahendra laki laki tegas dan berpendirian, ia jatuh cinta pada Retno adik tunangannya.
Satu malam Hendra melakukan kesalahan besar pada Retno, sehingga membuat gadis itu pergi meninggalkan kota kelahirannya.
Bertahun tahun Hendra hidup dalam penyesalannya, hingga tujuh tahun kemudian Retno kembali ke kota kelahirannya dengan calon suaminya.
apakah yang akan terjadi pada Retno dan Hendra, apakah kebencian masih menguasai hati Retno? dan masihkah Hendra mencintai Retno?, selamat membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dia mencintaimu
" Ada apa ini?" tanya Didit masuk ke dalam kamar,
" Ambilkan Retno minum mas?" suruh Ratna pada suaminya yang baru saja datang dari bekerja itu.
Didit patuh, ia menaruh tas punggungnya dan segera keluar, tidak lama ia kembali dengan satu gelas air putih di tangannya.
" Minumlah ret.. Supaya kau tenang," Ratna mengambil gelas itu dari tangan suaminya dan meminumkan air putih itu ke adiknya.
Pelan namun pasti Retno meminum air yang di berikan Ratna.
Entah kemana tenaganya, tubuhnya lemas seketika,
Apa yang sudah di katakan Ratna itu benar benar membuatnya shock.
" Apa yang terjadi sampai Retno lemas begini?" tanya Didit duduk tidak jauh dari istri dan adik iparnya, ia ikut khawatir.
" Kami bicara sedikit tentang mas Hendra, dia sepertinya terkejut sampai begini.." jawab Ratna menatap Didit.
mendengar itu Didit diam, ia tidak berani ikut ikutan.
" Ret.. Apa kita perlu membawamu ke dokter?" tanya Ratna melihat wajah adiknya yang pucat,
" tidak mbak," Retno menggeleng,
" aku akan membaik seiring waktu.." imbuh Retno.
" Baguslah, kau bukan anak anak lagi ret, tentunya kau bisa memahami semuanya sekarang bukan?
Termasuk kenapa mas Hendra belum menikah juga sampai sekarang?"
Retno menatap kakaknya,
" tidak mungkin.." kata Retno dengan nada masih tidak percaya, satu jawaban melintas di kepalanya.
" Tidak mungkin mbak?" kata Retno lagi,
" mungkin ret.. Bahkan sampai sekarang," jelas Ratna,
" sampai detik ini dia masih menyimpan perasaannya padamu..
Dia bahkan tidak mau menikah meski di jodoh kah oleh kedua orang tuanya,
Di pikirannya hanya kau ret, kau.."
" mbak?" Ratna berusaha menghentikan kata kata kakaknya, rasanya ia tidak sanggup lagi untuk mendengarkan.
" Apa mbak sadar dengan apa yang mbak katakan?" Retno kembali berkaca kaca,
" aku tidak mau mendengarkan semua itu mbak, aku tidak sanggup?" ujar Retno,
Melihat adik iparnya Didit hanya bisa menghela nafas,
" Ma, mungkin ini semua terlalu berat untuk Retno.." kata Didit pada istrinya.
" Retno Harus tau kenyataan ini, agar tidak ada penyesalan diantara keduanya ke depannya?" jawab Ratna menatap suaminya.
" Apalagi yang harus ku ketahui mbak?" Retno menatap Ratna,
" Dia mencintaimu.. Sampai sekarang," tegas Ratna dengan suara tenang, membuat suasana di dalam kamar itu Hening cukup lama.
" Apa yang mbak katakan.. memang membuatku kaget, aku menyesali kesalahpahamanku pada mas Hendra,
tapi semua sudah menjadi masa lalu untukku mbak,
Aku punya mas Aryo sekarang, apa yang mbak harapkan dengan mengatakan semua ini sekarang,
Aku tetap akan menikah mbak," ucap Retno setelah lama terdiam dan jauh lebih tenang,
" Aku tau kata kata ku tidak akan merubahmu..
merubah tujuanmu..
Aku mengatakan semuanya agar ini terasa adil untuk Hendra, meski kau akan menikah dengan laki laki lain, kau harus tau ret, kalau Hendra menyimpan perasaan yang besar terhadapmu..
Sebagai kakak tentu saja aku mengharapkan kebahagiaanmu,
Tapi aku juga ingin masalah yang ada diantara kau dan mas Hendra terselesaikan,
tidak menggumpal dan akan menyebabkan penyakit di kemudian hari.."
Retno tertunduk,
" Aku sudah bertahun tahun menjadi guru mbak, aku juga selalu memberi saran dan menyelesaikan permasalahan muridku dengan baik,
Tapi kenapa?
di saat saat seperti ini, aku malah tidak bisa berpikir dengan baik dan benar untuk diriku sendiri.." Retno mengeluh, ia tiba tiba tumpul setelah mendengar semua perkataan kakaknya, percaya tidak percaya, tapi mana mungkin kakaknya itu berbohong padanya, bagaimanapun juga Ratna adalah orang yang jujur, meski terkesan galak pada Retno, tapi Ratna tidak pernah merugikan Retno, Ratna justru orang yang paling merasa berat saat Retno pergi meninggalkan kota kelahirannya.
" Jangankan kau ret, dokter bedah pun tidak bisa membedah dirinya sendiri dan mengambil penyakitnya..
Kau itu manusia, tidak sempurna..
Yang kau alami dengan mas Hendra bukanlah hal yang remeh,
Itu pertama kalinya untukmu, pertama kalinya juga untuknya,
Wajar kau merasa terbebani,
Wajar mas Hendra tidak bisa melupakanmu.."
Ucap Ratna memegang kembali kedua pundak adiknya.
" Yang jelas mbak lega telah mengatakan semua ini Ret,
Masalah pilihan kau hidup dengan siapa ke depannya itu sungguh hakmu..
Tapi pesanku,
Kali ini coba dengarkan hatimu baik baik..
Jangan lari lagi seperti dulu.." Ratna menatap adiknya,
" Ret.. Aku sungguh sayang padamu, aku ingin kau bahagia.." di peluk adiknya itu lagi.
Malam itu menjadi malam yang meresahkan untuk Hendra dan Retno,
Hendra yang tidak bisa tidur nyenyak karena belum bisa menyelesaikan penjelasannya.
Sementara Retno pun tidak bisa memejamkan mata karena pikirannya penuh oleh kata kata kakaknya.
Retno yang tidak bisa tidur itu membuka jendela kamarnya, membiarkan angin dingin masuk menyentuh wajahnya.
Sungguh tidak pernah ia bayangkan Hendra menyimpan suatu perasaan untuknya.
Pantas saja,
Malam itu,
saat di villa,
hendra berkata akan bertanggung jawab padanya,
padahal ia adalah tunangan kakaknya.
Retno menghela nafas panjang, pikirannya tiba tiba melayang pada sosok Hendra,
Dulu memang, saat Retno baru masuk SMA, saat Hendra masih sering sekali kerumah, tidak jarang laki laki itu duduk di ruang tengah sembari mengawasinya yang sedang sibuk kerja kelompok dengan teman temannya di ruang tamu,
Tatapan yang dirasa Retno sedikit aneh untuk ukuran Hendra yang sudah jauh lebih dewasa dan jarang menyapanya.
Namun Retno mengabaikan semua itu, karena yang ia tau hendra adalah tunangan kakaknya, di buang pikiran pikiran tidak masuk akalnya.
Sementara Hendra, laki laki itu duduk di atas tempat tidurnya sembari memandangi foto Retno,
Foto yang ia ambil diam diam dari album yang selalu di letakkan di bawah meja televisi dirumah Retno.
Sampai sekarang tidak ada seorang pun yang tau kalau foto itu sudah berpindah ke kamar Hendra.
" Harus ku apakan kau ret..?" keluh Hendra pelan,
" Andai tidak ada laki laki itu, aku akan meraihmu sebisaku.." ucap Hendra lagi sembari tertunduk, matanya lurus menatap lantai rumahnya, namun entah pikirannya kemana.
sehat selalu mbk Ayu